Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diantar Orang Tua di Hari Pertama Sekolah, Menjadi Kenangan Indah Sepanjang Masa

31 Juli 2016   21:32 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:46 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
meme-meme jenaka juga dibuat untuk menyukseskan program mengantar anak di hari pertama sekolah. Foto by www.brillio.net

Jauh-jauh hari ketika bulan puasa masih diambang pintu dan berita seputar kenaikan harga kebutuhan pokok atau saat orang mulai memimpikan THR, Pak Anies Baswedan yang saat itu masih menjabat sebagai Mendikbud sudah mengingatkan para orang tua untuk menyisihkan waktu agar bisa mengantarkan anaknya di hari pertama bersekolah pada tahun ajaran baru.

Program mengantar anak di hari pertama sekolah ini didengung-dengungkan di berbagai media social seperti twitter, face book, edaran yang disebarluaskan melalui aplikasi whatapps, dan lain-lain. Bahkan program mengantar anak ke sekolah ini sempat menjadi trending topic selama beberapa hari. Menurut saya ini berita yang menggembirakan, karena orang tua mulai menyadari betapa besarnya arti kehadiran mereka di hari pertama anaknya bersekolah. Apalagi jika anak baru masuk sekolah hari itu, pasti sosok orang tua yang menemaninya ke sekolah akan memberikan pengaruh positif bagi si anak.

meme-meme jenaka juga dibuat untuk menyukseskan program mengantar anak di hari pertama sekolah. Foto by www.brillio.net
meme-meme jenaka juga dibuat untuk menyukseskan program mengantar anak di hari pertama sekolah. Foto by www.brillio.net
Pak Anis memang bukan orang yang hanya memikirkan sistematika pembelajaran yang harus digunakan di sekolah atau masalah teknis pendidikan saja, karena sudah menjadi anekdot umum jika ganti menteri ganti kebijakan dan ganti kurikulum juga. Pak Anis memandang bahwa pendidikan menjadi tanggung-jawab semua pihak, bukan hanya sekolah tapi juga orang tua, masyarakat, media massa dan pemerintah. Sinergi berbagai komponen bangsa ini akan menciptakan energy positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Bagi anak-anak usia belia, suasana dan lingkungan baru bisa memicu stress. Pada usia belia, anak-anak suka mempelajari hal-hal yang telah dikuasainya dengan baik. Karena itulah mereka hobi mengulang-ulang menanyakan hal yang sama tanpa bosan. Itulah sebabnya beberapa tahun lalu, film nicklelodeon seperti Dora The Explorer sangat disukai anak-anak, karena film itu diputar berulang-ulang, dana anak-anak makin menyukainya jika mereka menguasai jalan cerita, menghafal dialog dan ekspresi wajah Dora.

Karena mereka merasa mampu menjawab dan itu menimbulkan rasa percaya diri. Sesuatu yang baru, yang belum dikuasainya bisa menimbulkan tekanan batin, karena kurangnya kepercayaan diri jika ia mampu mengatasi situasi yang belum bisa diperkirakannya sama sekali.

Sekolah baru, bertemu teman-teman baru, baju seragam baru, bertemu orang dewasa baru yang akan menjadi gurunya, karena selama ini jadi jago kandang, hanya mengenal ayah ibu dan pengasuhnya, anak akan berani memulai membuka percakapan, membuka diri pada guru jika orang tua memberikan penguatan dan menyakinkan bahwa situasi terkendali dan ia akan baik-baik saja.

Bahkan bagi anak yang lebih besar sekalipun, kehadiran orang tua yang mengantarkan mereka ke sekolah akan meningkatkan rasa percaya dirinya, karena bisa menunjukkan pada teman-temannya bahwa ia berasal dari keluarga yang utuh dan bahagia. Bahwa ia berharga bagi orang tuanya, sehingga mereka menyempatkan waktu untuk mengantarkan hari pertama ke sekolah. First day of School adalah sebuah ritual suci bagi tiap anak, yang kenangannya akan terekam hingga saat mereka dewasa nanti. Pak Anis paham, bahwa proses pendidikan itu harus dilaksanakan secara holistic dan berkesinambungan.

Tanpa adanya kerjasama dan sinergi berbagai komponen masyarakat, program mengantar anak di hari pertama sekolah hanya akan menjadi sekedar slogan tanpa arti. Karena untuk mendukung suksesnya program ini, Pak Anies meminta para perusahaan swasta untuk memberikan dispensasi waktu pada orang tua agar bisa mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah. Begitupun di kantor-kantor pemerintahan, surat edaran himbauan mengantar anak di hari pertama sekolah beredar luas dan meminta pengertian para atasan untuk memberikan waktu bagi bawahannya yang ingin mengantarkan buah hati di hari pertama sekolah.

Gambar: cumicumi.com
Gambar: cumicumi.com
Program ini berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat. Para public figure pun turut serta berpartisipasi memeriahkan program ini, seperti foto di atas yang diambil dari instagram Donna Agnesia yang mengantarkan sendiri tiga buah hatinya ke sekolah. Beberapa selebriti lain seperti Inul Daratista, Ayu Ting Ting, Sheila Marcia juga meng-upload foto kegiatan mereka mengantarkan anaknya ke sekolah dengan bangga, dengan foto-foto keren. Dan ini memberikan dampak positif pada masyarakat, bahwa gerakan mengantar anak ke sekolah membrikan andil besar bagi perkembangan anak di kemudian hari.

Kebetulan, saya seorang guru. Menjadi dilemma bagi kami, dalam menyikapi program ini. Di satu sisi,..betapa inginnya kami mengantarkan anak ke sekolah di hari pertamanya, mendoakannya, menciumnya sebelum masuk pelataran sekolah, berkenalan dengan wali kelasnya, memberi semangat bahwa hari itu akan menjadi hari yang luar biasa bagi buah hati. Tapi di sisi lain, sebagai guru, kami tak mungkin meninggalkan kewajiban. Tak mungkin saat orang tua datang mengantarkan anaknya ke sekolah, justru kami para guru taka da di tempat karena mengantarkan anak masing-masing juga.

Putar otak, akhirnya hari Minggu itulah saya bantu si Adek untuk mempersiapkan segala keperluannya di sekolah baru. Memastikan baju seragam baru telah dicuci bersih, wangi tersetrika. Kaus kaki putih bersih sudah disipkan, begitupun sepatu yang bbersih dan kebetulan baru biar lebih semangat di sekolah baru pun, telah teronggok dengan manis di sudut kamar menanti digunakan di hari besar esok hari. Tas sekolah diperiksa dengan seksama, memastikan segala keperluan belajar seperti buku pelajaran, binder dan alat tulis telah disiapkan, apakah semuanya telah dimasukkan ke dalam tas. Jangan sampai ada yang tertinggal karena dapat menimbulkan kepanikan keesokan harinya.

Hari Minggu itu si Adek saya ajak mengunjungi sekolahnya, agar ia sudah familiar keesokan hari. Kami minta ijin pada pak penjaga, agar diijinkan melihat-lihat ruangan kelasnya, agar besok ia sudah tahu kemana harus melangkah. Ia antusias menjelajahi lingkungan sekolahnya yang masih sepi. Kami juga melihat lokasi toilet, kantin, lapangan upacara, tempat olah raga, musholla, tempat parkir, kantor guru dan sebagainya. Begitu sudah menguasai wilayah sekolah, kami memutuskan pulang. Besok ia harus ke sekolah diantar ayahnya, karena Ibu harus menyambut siswa baru di sekolah. Untunglah adek paham situasinya, bahwa ibunya seorang guru, tidak hanya menjadi miliknya saja.

Jauh-jauh hari,…sekolah kami yang bersistem asrama telah mengundang para orang tua untuk datang mengantarkan anak-anaknya mulai bersekolah di hari pertama. Karena kesan pertama selalu menggoda,..dan akan dikenang sepanjang masa, maka hari pertama di sekolah dibuat menjadi acara yang menyenangkan bagi siswa dan orang tua.

Murid-murid kami sebagian besar memang berasal dari luar Jawa. Jadi hari pertama di sekolah menjadi cukup berat untuk kami tangani karena banyaknya anak yang belum siap berpisah dari rumah dan orang tua. Anak-anak yang jago kandang, home minded, terlalu dilindungi orang tua adalah sasaran empuk “schoolingblues” di hari pertama hehe… beberapa anak diam-diam menangis, mimisan, feeling out of blue di hari pertama.

Mereka yang terbiasa dilayani pembantu setiap harinya, tak memiliki tugas domestik di rumah, apa-apa tinggal minta si mbak, tak pernah bersikap mandiri dalam menghadapi masalah maupun lingkungan, adalah pihak-pihak yang paling terpukul ketika keluar dari rumah. Untuk itulah peran orang tua selalu urgent untuk menyakinkan anak-anak, bahwa orang tua akan selalu menyayangi dan mengawasi mereka dari jauh.

Maka di hari pertama sekolah diisi dengan berkumpul bersama di ballroom sambil saling memperkenalkan diri antara civitas akademika, orang tua, siswa dan staf pendukung lainnya. Kepala sekolah akan memberikan pidato sambutan, dan orang tua beserta anaknya masing-masing duduk mendengarkan. Lalu diadakan sesi perkenalan para guru, disusun peragaan busana seragam sekolah yang modelnya adalah kakak-kakak kelas mereka.

Acara ini biasanya menjadi acara paling ditunggu-tunggu ketika melihat kakak kelasnya berlagak seperti olah ragawan, saintist, dan siswa teladan. Seluruh seragam dari Senin sampai Sabtu diperagakan dengan menarik dan jenaka. Karena tahun ini beredar peraturan bahwa pengurus OSIS dan para kakak kelas dilarang terlibat dalam kegiatan prasesi, maka untuk menjembatani keinginan kakak kelas terutama dari OSIS untuk berpartisipasi dalam acara First day Of School tersebut.

Agar hubungan antara kakak dan adek kelas berlangsung serasi, maka kakak kelas memberikan apresiasi berupa show pada adek kelas dan orang tua murrid yang hadir di acara First day Of School (FDOS). Mereka bernyanyi, menari, berpidato, membuat drama pendek agar adik kelasnya terhibur. Penampilan kakak-kakak kelas di acara tersebut menggambarkan kepedulian dan rasa senang kakak kelas karena kehadiran adik-adik baru. Adik-adik baru pun merasa terhibur dan merasa bahwa dia tak sendiri. Ada kakak-kakak kelas baik hati dan rajin menanbung akan mendampingi mereka di acara tersebut.

Paling berat adalah sesi orang tua meninggalkan anak untuk tinggal di asrama. Tidak jarang, justru orang tua yang menadi kendala. Kadang bahkan orang tua yang belum siap jauh dari anak, padahal si anak anteng-anteng saja. Begitupu ada juga yang lain.

Jadi........ jangan pernah anggap enteng pentingnya mengantar anak bersekolah di hari pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun