Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terkesan Pada Kejujuran Orang Amerika

15 September 2015   11:37 Diperbarui: 15 September 2015   11:53 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat kita kehilangan dompet di Indonesia, entah karena lupa naruh atau memang dicopet orang, kita pasti seringkali bersikap pasrah. Siap-siap menerima kemungkinan terburuk, kalau dompet akan hilang tanpa bekas. Banyak teman, ketika mendapat musibah seperti ini hanya berujar, "Ya sudahlah uangnya tak kembali tapi semoga surat-surat penting di dalamnya dikembalikan.." Kita tahulah bagaimana birokrasi Indonesia untuk masalah pembuatan surat-surat penting. 

Jangankan dompet di tempat umum, bahkan sandal ketika para Bapak-bapak salat Jum'at saja pulangnya bisa berubah wujud. Maka anekdot, 'ambillah yang baik buanglah yang jelek," menjadi sebuah kalimat terkenal yang menjadi bagian dari kegiatan ibadah di masjid. Bagaimana bisa masjid yang tempat suci saja masih menjadi lahan kriminalitas, apalagi tempat lainnya?

Maka,.. ketika beberapa orang Indonesia Indonesia yang secara jujur mengembalikan uang orang yang ditemukannya, langsung menjadi berita hits di tanah air. Begitu susahnya menemukan nilai kejujuran di negara kita. Belum lagi tiap saat kita disuguhi berita korupsi dalam jumlah yang gila-gilaan, konspirasi politik tingkat tinggi, penggelembungan nilai proyek, dan bla,..bla,..bla.. makin lengkaplah isi kepala orang Indonesia dengan kasus-kasus ketidakjujuran. 

Selama mendampingi para siswa menjalankan kegiatan overseas program di San Diego, negara bagian California beberapa kali saya mendapatkan kejadian kejujuran yang membuat kita harusnya malu jadi bangsa Indonesia yang katanya terkenal jujur, baik hati dan ramah ini. 

Dua kali dompet saya tertinggal di front office hotel. Bahkan kejadian yang ke dua sampai saya balik hotel pun saya tidak tahu kalau dompet saya tertinggal di lobby. Kejadian yang pertama karena ingat terakhir duduk di lobby saya langsung menuju lobby hotel. Mereka hanya menanyakan ciri-ciri dompet saya yang hilang. Begitu semua jawaban sesuai langsung dompet saya dikembalikan petugas hotel. Isinya lengkap tak ada yang hilang! Pada kejadian ke dua, mereka memfoto SIM Indonesia saya dan menanyakan pada sesama teman, siapa orang yang identitasnya tertera karena telah lupa membawa dompetnya. Jadilah saya yang lupa kalau kehilangan dompet menuju ke lobby untuk mengambilnya. Maluuuu....

Kehilangan ke tiga di area perpustakaan kampus University of California San Diego (UCSD). Hape yang mati karena lobat saya masukkan saku depan ternyata tak tertutup dengan sempurna. Maka jatuhlah ia di suatu kawasan di area perpustakaan. saya baru menyadari kalau hape saya hilang ketika sedang makan siang. Ada jeda 3 jam dari peristiwa jatuhnya dompet. Begitu sadar saya langsung berlari ke perpustakaan, mencari di sela-sela rerumputan dan batu-batuan, di jalan setapak, di bangku-bangku taman, di semua tempat yang sempat terakhir saya datangi sebelum peristiwa kehilangan. Sudah sempat hopeless karena saya cari keliling lembah menyeberangi lautan saya tak bisa menemukannya. Saya sudah menyiapkan hati untuk kehilangan hape. Paling menyesakkan dada tentu kehilangan kontak-kontak penting yang ada di dalamnya beseerta foto dan video yang belum sempat di transfer ke external hardisk. Lah kalau di Indonesia kan seringnya begitu. "Udah,... iklashin saja. Nanti pasti dapat yang lebih baik" Klasik banget dah.

saya beritahu teman UCSD. Partner kerja yang orang Amerika itu menyarankan saya menghubungi bagian Lost and Found di perpustakaan. Saya pun segera melesat ke sana. dan voilaaa..... saat saya sebutkan ciri-cirinya langsunglah hape Samsul itu diserahkan ke tangan saya dalam keadaan sehat wal'afiat selamat sentosa. Seorang petugas kebersihan menemukannya saat membersihkan ruangan dan memberikannya pada petugas lost and found. 

Kejadian lainnya, saat kami mengadakan fieldtrip ke kebun binatang San Diego, dua orang murid kehilangan dompetnya. Yah,.. kalau dompet anak orang kaya pastilah isinya banyak hehe. Ia menyadari dompetnya hilang saat sudah sampai kampus UCSD, lumayan jauh jaraknya dari lokasi peristiwa. Kristin langsung mengkontak Lost and Found San Diego Zoo dan Kantor polisi yang biasa mengurusi kehilangan barang. Cuma butuh 2 hari, dan Kristin ditelpon petugas kalau dompet telah ditemukan. Yang lama justru proses pengambilannya, karena petugas mencari waktu yang tepat untuk mengambilnya ke lokasi. Karena saat pengambilan barang harus bersama si pemilik aslinya. Ke dua dompet selamat dan sekali lagi,..isinya utuh!

Peristiwa berikutnya ketika murid saya ketinggalan tas di pusat jajan Price Centre. Tas punggung mungil cewe itu berisi head set Dr Dre yang tahu dong harganya berapa, beberapa buku dan dompet yang walaupun tak ada uang cashnya tapi terdapat kartu debit di dalamnya.

Karena sudah pengalaman kami keesokan harinya langsung melapor ke petugas lost and found price centre. Baru menyadari kalau tas tertinggal malam harinya saat sudah sampai di hotel. Kami bertanya pada petugas kebersihan. Ia bercerita sampai pukul 6 sore masih melihat tas itu di atas meja. Tapi setengah jam kemudian sudah tidak ada. Ia berpikir mungkin yang punya sudah mengambilnya atau dibawa ke community centre. Maka berlarilah kami ke community centre. Setelah membuat laporan kehilangan dan ciri2 barangnya kami sertakan no telepon yang bisa dihubungi. Setiap hari saya dan si anak pergi mengecek ke lost and found dan community centre untuk memantau dan berharap barang tersebut segera diketemukan. Seminggu lebih sudah berlalu tapi tanda-tanda barang tersebut diketemukan tak ada titik kejelasannya. Rasanya sampai putus asa. Tak enak hati juga dengan orang tua siswa.

Hingga pada hari Jum'at itu tiba-tiba kami punya pikiran buruk. jangan-jangan tas itu sudah diambil orang karena isinya yang mahal-mahal. Berarti Amerika sama saja dong dengan negara lain. Segala pikiran buruk hinggap di kepala. Tiba-tiba tercetus pikiran untuk meminta bantuan melihat rekaman CCTV, jika mungkin bisa melacak siapa sebenarnya yang mengambil tas itu. Kami kembali ke tempat kejadian. Dan memang benar ada CCTV. Yes! Bisa terlacak ini. Di Price Centre memang ada kantor polisi mungil' ke sanalah kami ingin meminta bantuan melihat rekaman CCTV pada hari tas itu tertinggal. Pak Polisi kebetulan sedang berdiri di tangga lantai 2. Semula kami ditolak untuk melihat CCTV setelah melihat duduk persoalannya ia langsung bertanya ciri-ciri tas yang kami cari. Setelah mendengar penjelasan ia pun berkata, "Come with me. I put that bag in my office because I know there are some expensive stuffs inside.."

Senangnya.... leganya......

Maka pergilah kami ke kantor si bapak polisi baik hati ini yang ada di bagian dalam Price centre melewati beberapa lorong tersembunyi. Ia buka kantor dan dengan ramah mempersilahkan kami menunggu ia mengambil tas itu. "Cek isinya, apa masih utuh?" Si bocah tertawa bahagia diciuminya tas punggung itu beberapa kali karena begitu senangnya tas kembali. "Thank you so much Mr. Fabio Lopez" Sempat terbaca di pintu kantor namanya.

Begitulah,... ceritanya. Lega kami dan saya harus memenuhi nazar salat tahajud 7 malam berturut-turut jika tas itu ketemu. Tak apalah... yang penting ketemu. Hari itu, saya ingiiin sekali kejadian serupa bisa terjadi di Indonesia dan bukan sebagai dongeng tidur. Amiin.  

San Diego, 13 September 2015 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun