Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Menikmati Nyaman dan Asiknya Mudik Melalui "The Long Road Cipali"

3 Agustus 2015   08:14 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:19 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimulailah petualangan tol Cipali. Karena saya duduk di sebelah kiri dekat jendela bisa dengan leluasa mereview tingkat kenyamanan jalan sambil melihat pemandangan yang berbeda-beda sepanjang perjalanan. Inilah rute pertama jalur Cipali, pintu gerbang Cikopo.

Oh ya selain untuk jalur mudik ke Jepara, ternyata Cikopo bisa menjadi jalur alternatif ke `bandung jika via tol Cipularang macet di akhir pekan atau saat liburan panjang. Kebayang kan betapa menyebalkannya melewati jalur Cipularang saat macet? Nah...Cikopo bisa jadi jalur alternatif menuju Bandung via Subang. Keluar di Kertajati, yang tulisannya arah Subang dan harganya lebih murah, hanya Rp 31.000,00. Jalannya lurus dan mulus, terasa cepat sampai juga. 

 

Balik lagi ke laporan utama, mudik via Cipali. Karena saya mudik 9 hari sebelum Hari H, jadi jalur Cikopo belum padat. Tarif tol Cipali untuk bus Rp 144.000,00 sampai jalur tol terakhir Palimanan sementara mobil kecil Rp 96.000,00. Jalanan di awal perjalanan dibangun dari beton yang belum dilayer hot mix, jadi terasalah ada getaran halusnya ke penumpang. Walaupun bus besar ini menggunakan mesin Mercedes tapi masih terasa 'keras'. Pertama yang kita lewati adalah hutan karet, karena jalur ini memang membelah perkebunan karet. Jejeran pepohonan hijau memanjakan pandangan mata. Bukan rumah-rumah padat penduduk dan pasar seperti di jalur Pantura. 

Namun saya perhatikan bahu jalannya sempit sehingga menurut saya pribadi kurang nyaman saat pengendara harus berhenti sekedar beristirahat jika kantuk benar-benar tak tertahan, atau jika terjadi sesuatu yang tak beres pada mesin mobil misalnya. Memang tak disarankan untuk berhenti di bahu jalan ya.. karena bisa berbahaya. lampu-lampu jalan masih sangat jarang per-kilometernya. Karena jalur Cipali ini sangat sepi, bebas dari kerumunan manusia yang membuat kita bisa memacu kendaraan dengan nyaman pada high speed yang akan menghemat waktu dan tenaga, namun tentu ada sisi lain yang harus diperhatikan. Apalagi jika mudik perjalanan jauh dan mengingat jalur Cipali jauh dari pemukiman penduduk.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan!

  1. Pastikan anda telah mengecek kondisi kendaraan dengan baik. Apakah ban masih bagus grip-nya? Apakah air radiator penuh? Bagaimana dengan kondisi tekanan ban, apakah sudah sesuai? Sudah ganti oli? Mesin sudah dicek dulu di bengkel langganan? Rem aman? Ini untuk mengindari sesuatu yang buruk menimpa anda selama perjalanan karena jalur Cipali sangat panjang, akan repot jika kendaraan anda bermasalah karena minimnya pertolongan yang bisa anda dapatkan.
  2. Siapkan kondisi fisik yang prima. Usahakan berangkat saat jam produktif manusia berjalan. Pagi hari, suasana fresh,..badan anda masih segar. Tingkat konsentrasi dan kesadarannya tinggi. Pastikan anda memperoleh istirahat yang cukup sebelum melakukan perjalanan panjang. Ingat....! Sebagian besar kasus kecelakaan yang menimpa pengguna Cipali adalah faktor Human Errror. Kesalahan manusia. Karena lelah dan mengantuk. 
  3. Akan lebih baik lagi jika anda memiliki teman perjalanan. Akan lebih baik jika ada yang menemani. Maka pengemudi tidak akan gampang mengantuk karena ada orang yang menemaninya mengobrol dan mengingatkan jika ada sesuatu yang tak beres pada kendaraan atau mengingatkan kondisi perjalanan agar anda lebih hati-hati mengemudi.
  4. Bawalah banyak akomodasi makanan dan minuman di perjalanan. Mengingat tol Cipali ini masih baru, dan dibuka memang untuk mengantisipasi mudik Lebaran maka banyak pembangunan sarana pendukung yang belum selesai. Seperti tol jalur sebelah kiri, arah keluar Jakarta ini, kalau tidak salah, baru memiliki 3 rest area yang cukup memadai sebagai tempat pemberhentian. Baik untuk SPBU, tempat salat, kebutuhan toilet, restoran untuk makan dan minum, atau gerai minimarket. Dan jarak antaranya cukup jauh, jadi pastikan anda siapkan perbekalan yang cukup banyak terutama yang mudik membawa bayi dan anak kecil.  

Kembali ke review perjalanaaan....!

Setelah area hutan karet yang berbaris rapi, sebagian daunnya berubah kuning dan daunnya berguguran yang mengingatkan saya pada suasana autumn di Benua Biru, Eropa sana, pemandangan berganti  dengan areal persawahan yang ijo royo-royo bagai permadani hijau yang tebal mengingatkanku pada lagu karangan Sunan Kalijogo Lir Ilir, sebagai lagu ungkapan cinta pada alam semesta. Hijau yang royo-royo itu menjadi alternatif perawatan mata, agar bagian-bagian mata menjadi fresh kembali. Pemandangan berganti dengan sungai yang membelah dua areal persawahan padi yang tumbuh subur, lalu berganti dengan ladang tebu, lalu berganti dengan pemandangan ala padang savana yang luas di Baluran Jawa Timur. Tapi tentunya tanpa rusa-rusa liar yang melewati padang. Eng..ing eng... pemandangan berganti dengan sawah terasiring ala Bali hijau berundak-undak, tapi tentu tanpa bendera poleng, kotak-kotak hitam putih yang jadi ciri khasnya. Tapi imajinasi saya menghadirkan suasana Bali yang lengkap dengan soundtrack musik gamelan :). 

Nah di jalur tengah ini lampu-lampu jalan banyak, sehingga suasama malam hari lebih terang. Jalur tengah smooth sekali. Lapisan jalan beton sudah dilapisi hot mix. Empuk tenan... mak nyuss! Terasa sekali perjalanannya jadi lebih nyaman. Bus melaju dengan lancar dan tenang. Sambil bersenandung "Sugar" nya Maroon Five via headset, saya mengamati pemandangan yang silih berganti. Berkali-kali saya terkantuk-kantuk karena jalan mulus dan lancar. `lancar itu penting memberikan rasa nyaman.

Terbayang kembali suasana mudik Lebaran tahun sebelumnya yang kacau balau mengjungkirbalikkan mood. Saya berkali-kali merasa jengkel dan gondok akibat faktor X yang membuat perjalanan terganggu. Macet! Kata sakti yang membuat sopir hingga penumpang gampang merasa frustasi! Kecuali bagi para pedagang ya, karena itu berarti omzetnya akan lebih besar. Untunglah kalau di bus patas para pedagang dilarang masuk ke dalam, kalau tidak...haduh ..betapa riuh rendahnya suasana di bus. Nyaman itu memang mahal! Jadi melaju via Cipali jelaaas lebih nyaman.

Bus melaju dengan lancar tanpa hambatan. Mobil-mobil dipacu dengan kecepatan tinggi melampaui bus kami. Mungkin pak sopir berhati-hati, karena saya perkirakan ia memacu di kecepatan 70-80 KM padahal jalur belum padat seumpama dipacu pada kecepatan di atas 100 masih aman. Saya yang tak sabar hehe.... Coba kalau pulang pake mobil pribadi dengan adek, si tukang ngebut itu, yang sering membayangkan dirinya sebagai Sebastian Vettel pasti wus..wus..wus.... bablas mobile!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun