Toyota tercipta dari rasa cinta anak terhadap orang tuanya
Saiichi Toyoda adalah seorang ahli mesin. awalnya ia melihat ibunya yang menggunakan pemintal benang tradisional saat menenun kain. Sebagai anak yang berbakti, Sakichi Toyoda (1867-1930) Â ingin mempermudah pekerjaan ibunya. Â maka lahirlah mesin pintal manual namun sudah mengunakan listrik. Hingga akhirnya Toyoda memperbaiki ciptaannya dan memproduksi mesin pintal otomatis dan lebih besar. Mesin produksi Toyoda inilah yang membuat industri tekstil mereka berkembang pesat. Toyoda memindahkan pabriknya ke Tokyo untuk memperbesar usaha, namun mesin tenun buatannya ternyata tidak begitu sukses di pasaran karena buat pengusaha teksil skala kecil, mesin itu terlalu mahal sementara untuk industri tekstile skala besar besar dan tingkat produksi mesin itu terasa nanggung, jadi mereka tetap mengandalkan mesin tekstile impor yang bisa memproduksi dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat meski mesin tersebut harganya jauh lebih mahal. Akhirnya Sakichi mengembalikan basis produksinya ke daerah asalnya.
Haluan berubah ketika Kiichiro Toyoda (1894-1952) Â yang merupakan anak Saiichi Toyoda mencintai bidang mesin otomotif. Setelah melakukan perjalanan ke Eropa dan Amerika, Kiichiro Toyoda terinspirasi untuk membuat obil karena ia melihat Jepang belum mampu memproduksi mobil sendiri, masih menggantungkan dari impor Amerika dan Jerman seperti Chevrolet, Ford dan Volk Wagen.
Kiichiro Toyoda lalu membeli mobil-mobil buatan Amerika itu untuk dibongkar dan dipelajarinya mesin dan spare partnya satu persatu dengan tekun. Rasa cinta pada ilmu pengetahuan dan teknologi itu yang membuatnya belajar secara otodidak mekanisme mesin-mesin mobil dengan tekun dan penuh semangat.
Sebagai ayah, Saiichi Toyoda yang melihat potensi besar anaknya tak mau bersikeras memaksa Kiichiro untuk meneruskan usaha tekstil. Sakichi menyadari bahwa tiap orang memiliki passion yang terkadang tak bisa diterima orang terdekat sekalipun. Istri Sakichi pun memilih meninggalkannya karena kegilaannya pada penemuan-penemuan mesin yang membuat keluarga mereka di awal usah ekonominya menjadi tidak stabil. Menilik dari pengalaman pribadinya, akhirnya Sakichi memilih mempercayai anaknya untuk membuka usaha baru, yaitu industri otomotif. Maka lahirlah mobil generasi pertama, Toyoda model AA lahir pada tahun 1936 yang merupakan produk perbaikan dari pabrikan Amerika Chevrolet. Mobil Toyoda dibuat sesuai prototype chevrolet dengan mesin yang lebih kecil untuk menekan biaya produksi dan penghematan bahan bakar mengingat Jepang memang tidak memiliki sumber daya alam untuk mendukung industri otomotif. Semua bahan baku diimpor dari negara lain. Produk pertama ini diterima dengan baik oleh konsumen Jepang dan membuat usaha otomotif mereka berkembang pesat.
Walaupun pada tahun 1945 Jepang hancur luluh lantak dibom Amerika Serikat dan kalah dalam Perang Dunia II namun Toyota mampu survive dan bangkit dengan cepat menjadi raksasa otomotif dunia. Tak dapat disangkal jika Toyota memberikan sumbangan besar bagi perkembangan pertmbuhan ekonomi Jepang saat masa resesi ekonomi dan bahkan pada perkembangan selanjutnya Jepang menjadi negara industri ke dua terbesar di dunia setelah Amerika.
Toyota Cinta Inovasi
Orang Jepang dikenal sebagai konsumen yang rewel dan menginginkan produk dengan standar kualitas tinggi. Mereka juga menginginkan layanan sebelum dan purna jual yang baik dari produsen. Jika produsen tak mampu memenuhinya, siap-siap terlibas oleh para pesaing. Makanya kita bisa lihat perusahaan-perusahaan Jepang memiliki manajemen yang bagus. Apalagi didukung budaya dan filosofi Jepang yang mencintai kesederhanaan, inovasi tiada henti, kedisiplinan, kepercayaan tinggi yang disertai dengan keindahan. Bahkan Steve Jobs pun terilhami budaya Jepang saat ia menciptakan produk-produk Apple (dicuplik dari buku "Life's Design,Pidato Wisuda Steve Jobs di Standsford University th 2015 menjelang masa terakhir hidupnya)
Jika ingin tetap survive di dunia bisnis, semua perusahaan harus selalu berinovasi. Toyota tak pernah berpuas diri dalam mengembangkan produknya. Mereka memakai jasa konsultan untuk mengembangkan budaya kerja yang baik berdasar nilai-nilai budaya Jepang bernama monozukuri dan Kaizen. Monozukuri berarti dalam membuat sebuah produk harus selalu melakukan perbaikan terus menerus dari hal-hal terkecil untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Kaizen dapat diartikan sebagai perbaikan yang terus menerus mulai dari skala yang kecil dalam jangka waktu yang pendek.
Setiap prestasi pekerja di TMMIN dihargai. Setiap penemuan baru oleh para pekerja akan diapresiasi manajemen. Bukankah setiap orang senang ketika usahanya dihargai dengan layak? Toyota tahu betul hal ini.