Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Lakukan Counter Attack, Sikap Jokowi dan Politik Game Over

28 September 2022   15:28 Diperbarui: 28 September 2022   16:53 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi akan lebih banyak bersikap kompromis di ujung pemerintahannya. Sebab dalam hitung-hitungan politiknya, ia tak mau dicatat sebagai Presiden yang bernasib buruk. Yang kelak ketika tidak lagi memimpin skandalnya diubar-ubar ke publik. Kenyamanan privasinya diusik.

Walaupun, publik tau kelompok Jokowi punya kartu joker untuk menghadapi SBY. Kasus korupsi century akan menjadi alat sandera bagi SBY. Jika kencang, SBY ''melawan takluk'', sudah pasti kasus yang merugikan negara sebesar Rp. 689,39 miliar dan Rp 6,76 triliun, akan diangkat lagi. Pasti booming di media massa.

Jokowi melalui LBP dapat mengkondisikan, membuat jinak Airlangga Hartarto dan Zulkifly Hasan. Ketika kepentingan Megawati Soekarno putri untuk mendorong Puan Maharani sebagai Capres atau Cawapres 2024 terakomodir, Megawati diprediksi akan total berjuang bersama Jokowi. Tidak akan ada pecah kongsi.

Secara garis besar, Jokowi tak mau perahu koalisi besar yang dipimpinnya pecah. Meski dari sikapnya, Jokowi terbaca lebih menyukai Ganjar Pranowo, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno. Ketimbang Puan Maraharani. Situasi politik melilitnya, yang mendesak Jokowi harus memilih Puan Maharani.

SBY lakukan serangan balik atas skema poros koalisi yang merugikan Partai Demokrat. Dimana ada kesan, posisi mitra koalisi SBY akan dikunci. Semuanya akan diambil alih pihak oligarki. Sehingga hanya meninggalkan Partai Demokrat dan PKS, resikonya kedua parpol ini tidak dapat mencalonkan jagoannya di Pilpres.

Dengan terjadinya ''gempa politik'' di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso diguncang menandakan PPP tengah ditarik kembali pihak Istana. Keberadaan PPP akan dibuat makin jauh dari Anies Baswedan. Sepenuhnya langkah elit PPP akan mengikuti dimana saja kemauan Istana.

Terakhir, harapan satu-satunya SBY adalah pada Surya Paloh, Ketum NasDem dan Ahmad Syaikhu, Presiden PKS. Ketika SBY terus mendapat serangan, mengalami kelelahan, maka konstruksi koalisi yang melahirkan dua pasangan Capres akan terwujud. Dan itulah boneka-boneka oligarki.

Calon Presiden yang digemari, mendapat dukungan luas di tengah rakyat boleh jadi tidak lolos. Karena semua bergantung di tangan elit parpol, yang kalau kita tarik berkolerasi dengan selera Jokowi. Tergantung Jokowi, jika menghendaki empat pasangan calon Presiden atau tiga pasangan, itu bisa terjadi.

Termasuk dalam wawancara salah satu stasiun TV, di YouTube, Surya Paloh memprediksi lebih dari dua calon Presiden boleh jadi sebagai hanya sekedar harapan pribadi. Dari sisi politis, Surya Palo telah mengetahui komitmen dan konsesi politik yang dibangun para elit parpol di republik ini.

Mereka para elit parpol pasti tak mau dituding pro oligarki, sehingga akan melahirkan argumentasi yang beragam. Yang berbasis demokrasi. Yang lahir di media massa ialah kamuflase politik. Sekiranya harapan-harapan pribadi dari elit parpol tersebut membuahkan hasil. Lahirlah lebih dari dua pasangan calon Presiden.

Skenario dua calon Presiden tentu hanya akan menguntungkan oligarki dan bandar-bandar politik. Bukan untuk kesejahteraan rakyat. Dua paket calon secara nyata mereduksi, membunuh demokrasi jauh-jauh hari. Ini bertanda demokrasi kita dibuat mati muda ''prematur''. Rakyat lagi-lagi didzalimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun