Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Bukan Camera Obscura

6 Mei 2022   14:34 Diperbarui: 6 Mei 2022   15:11 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bujuk rayu, uang recehan diberikan. Rakyat merasa sudah kenyang, menerima uang dari politik uang yang recehan itu membuat sebagian rakyat siap berjuang mati-matian. Mereka lupa, mereka hanyalah korban. Menjadi pion, boneka bagi politisi pengusaha bermental jahat.

Atas kemauan dan dikuasi nafsu bejat untuk mendapatkan kekuasaan, segala cara dilakukan. Rakyat disodori berbagai narasi kebencian. Hasutan dibuat seolah-olah menjadi hal baik. Ternyata dampaknya membuat rakyat terbelah.

Kealpaan juga sering kita temukan di tengah rakyat. Mereka mengkultuskan figur politisi yang berduit. Hingga mengabaikan nilai-nilai persaudaraan, dan kebersamaan. Nalar rakyat dikotori, dibius, dibutakan dengan materi. Padahal masa depan anak cucu rakyat lebih utama.

Jangan karena kepentingan politik sesaat, nasib akan cuci kita digadaikan. Para politisi kotor yang doyan memberi uang saat berjuang, setelah mereka menang mereka melupakan rakyat. Itu sudah bukan hal baru. Sehingga rakyat harus belajar dari peristiwa tersebut.

Demokrasi bukanlah ruangan gelap. Karena demokrasi membawa prinsip keterbukaan. Keadilan, kejujuran, kemerdekaan, kesetaraan, dan nilai humanisme universal lainnya. Rakyat harus bangkit dari penindasan politisi yang tak punya nurani. Mereka merusak pikiran rakyat dengan uang.

Yang lebih penting dan prioritas dari uang adalah masa depan. Demokrasi harus terus hidup, tumbuh bersama rakyat yang waras. Bukan rakyat yang rela membiarkan politisi bejat, bermain uang untuk menang dalam kontestasi politik. Politisi yang mengandalkan uang dalam Pemilu, rata-rata tidak punya kualitas diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun