Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penundaan Pemilu 2024, Nasib LBP dan Conflict of Interest

19 Maret 2022   13:08 Diperbarui: 20 Maret 2022   08:09 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Gerbong Megawati yang aktif di media massa, melalui peran-peran politik Puan Maharani untuk menolak penundaan Pemilu 2024, singkatnya tidak akan bertahan lama. Publik tidak mudah dibohongi, tiba-tiba hanya satu soal ini lantas Megawati berseberangan dengan Jokowi. Dimana penundaan Pemilu 2024 sudah pasti akan dirindukan dan ditunggu-tunggu Jokowi.

Ingat, Jokowi adalah politisi. Mesti pernah dipublikasikan bahwa dirinya tidak berminat dan menolak wacana dirinya diusung menjadi Presiden 3 periode. Yang namanya politisi, perilakunya tidak boleh dibaca secara literlek atau verbal semata. Harus melampaui itu bacaannya.

Pada posisi ini, maka publik akan curiga apa yang dilakukan Megawati. Kemungkinan, Mega sedang meningkatkan bargaining politiknya. Meminta agar Puan menjadi wakil Presiden jika Jokowi 3 periode. Karena Mega khawatir, Jokowi sedang dikondisikan Partai Golkar, PKB, PAN.

Sebagai Ketum partai besar, Mega tak mau kecolongan. Tak mau dipecundangi, Mega punya ego politik tersendiri. Itu harus diingat. Akhirnya dalam benturan isu, Mega terseret dan kini mencoba meminta dukungan kelompok oposisi. Dimana kemauan oposisi sudah pasti adalah menolak Jokowi 3 periode.

Sebaik apapun struktur argumen yang dibangun untuk menunda Pemilu 2024, faksi oposisi Jokowi tidak pernah ikhlas Jokowi menjadi Presiden 3 periode. Tentu mereka punya alasan kuat, karena konstitusi. Walaupun konstitusi bisa diamandemen. Tergantung konsensus bersama.

LBP memang tidak ada takutnya. Lihat saja, rakyat menolak usulan penundaan Pemilu 2024, dia malah tidak kehabisan akal. LBP beralasan dia punya big data, yang kesimpulannya mayoritas rakyat Indonesia masih menginginkan Jokowi memimpin Indonesia. Jokowi masih sangat layak memimpin Indonesia, dan Pemilu 2024 ditunda. Klaim LBP soal rakyat mendukung Pemilu 2024 ditunda juga menuai protes luas.

Politisi yang satu ini dianggap hilang keseimbangan. LBP seperti mengidap post power syndrome. Bahkan atas klaimnya itu, dia ditertawakan Rizal Ramli ekonom senior. Elit Partai Demokrat juga menyindir dan menyerang LBP.

Publik berdoa kiranya Jokowi tidak tergoda dengan rayuan LBP. Cukuplah pengabdian Jokowi 10 tahun di Indonesia menjadi legacy. Tidak usah menjadi pemimpin yang makin rakus jabatan. Jangan sampai mewariskan cerita dan teladan yang kian memburuk.

Cek ombak yang dilakukan LBP cs, terpental. Dimana rakyat menolak satu demi satu, isu yang dibuat kelompok pendorong Pemilu 2024 ditunda. Lagi pula pembelahan politik sementara yang dilakukan LBP vs Megawati akan menyatu dalam waktu dekat.

Sebab tidak bisa diabaikan, eksistensi Surya Paloh bersama sederet politisi senior lainnya. Ada sosok Soesilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, dan kekuatan PKS yang sedang menyiapkan skenario politiknya. Ketika sedikit saja salah permainan LBP, maka tamatlah karir politiknya diusia senja.

Riak dan letupan politik sengaja dibuat. Kepentingannya ialah mengukur kadar reaksi publik. Bila tidak ada penolakan yang serius, maka penundaan Pemilu 2024 akan terwujud. LBP dan Megawati, sudah pasti menyatu demi Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun