Yang karena sahwat politiknya membuat ia menghalalkan segala cara. Meniadakan kejujuran dan keadilan Pemilu. Keberadaan manusia-manusia monster, perusak demokrasi. Jangan beri lagi mereka kesempatan. Alat mereka untuk beraksi adalah dengan politik uang.
Bahayanya, jika pemimpin fasik memimpin Indonesia. Yakni pemimpin yang keluar dari ketaatan kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Pemimpin yang pro pada komunisme. Yang berkompromi dengan pandangan atau pemikiran-pemikiran, juga produk karya sekuler.
Pemimpin fasik terpilih ditandai dengan banyaknya bencana. Baik fisik maupun nonfisik. Bencana berupa korupsi. Banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi. Kehadirannya sebagai magnet mendatangkan malapetaka. Pemimpin fasik merupakan toxic bagi demokrasi. Membuat masa depan Indonesia kian suram.
Sampai meluas, merambah pada praktek amoral. Skanda kecurangan, gratifikasi, dan dilegalkannya prostitusi. Pemimpin yang melakukan pembiaran terhadap kedzaliman. Yang tidak mau diingatkan rakyatnya. Kritik dianggapnya ancama dan bagian dari antipati.
Begitu pula bencana yang berupa dekadensi moral. Lahirnya memimpin yang dehumanis. Pemimpin yang merendahkan Marwah dan reputasi para ulama. Membiarkan sesama manusia saling menghasut, saling menerkam antara sesama manusia.
Degradasi moral terjadi dimana-mana. Merasa paling benar sendiri. Model pemimpin seperti ini dikelilingi para pemujanya, para penjilat. Sedihnya, ia malah menempatkan dirinya seperti Tuhan. Tidak ada yang salah, tak mau sama sekali meminta maaf kepada rakyat meski banyak salahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H