FIGUR muda yang dikenal masih konsisten memperjuangkan nasib rakyat termarginal. Jebolan aktivis 1998 yang tampil di publik dengan totalitasnya berpihak pada rakyat. Dialah sosok Adian Napitapulu. Ketika tampil di Media Massa, Bung Adian mengarahkan konsentrasi dan perhatiannya pada kepentingan rakyat.Â
Tidak seperti Ali Mochtar Ngabalin, yang menjengkelkan, membabi buta membela pemerintah. Sehingga nyaris tenggelam rasionalitas dan nalar kritisnya. Bagaimanapun reputasi aktivis bukan semata pemuja pemerintah. Perlu ada narasi bermutu. Ada usul kritis dan koreksi.
Pria yang bernama lengkap Adian Yunus Yusak Napitupulu, S.H, merupakan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dalam proyeksi politik, regenerasi kepemimpinan nasional, rasanya sangat layak figur pemimpin muda seperti Bung Adian diorbitkan dalam Pilpres 2024. Figur di internal PDI-P yang layak diberi tempat dalam bursa Capres dan Cawapres. Untuk kalangan muda progresif di PDI-P, diantaranya Bung Adian, Bung Budiman Sudjatmiko, Ahmad Basara, dan Bung Ara atau Maruar Sirait.
Terlebih Bung Adian, yang menurut saya memiliki keunggulan dan nilai lebih. Pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 itu memiliki sejumlah pengalaman berharga. Selain dikenal sebagai aktivis mahasiswa tulen, legislator jalanan.Â
Sebelum masuk ke parlemen sebagai wakil rakyat. Memang suara kritis Bung Adien selalu membuat bising telinga penguasa. Analisis kritisnya menyilaukan mata, membuat risih kaum oligarki. Bagi kaum aktivis mahasiswa, pasti terpesona, salut dan bersimpati pada sosok yang satu ini.
Bung Adian menjadi magnet pergerakan mahasiswa di zamannya. Bahkan sampai saat ini. Tidak berlebihan, politisi lulusan Universitas Kristen Indonesia (UKI) tersebut dikenal punya komitmen besar membela kawan-kawan juangnya. Demi kolektifitas perjuangan, Bung Adian rela mengantri dan menjadi martir reformasi.
Mengakomodasi perjuangan sahabat juangnya, menurutnya sudah aktivis 98 menguasai penggung pemerintahan. Sebab, mereka berjasa besar dan juga bertanggung jawab menjaga, menyelamatkan Indonesia. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari rongrongan kelompok intoleran.
Dalam sejumlah kesempatan, narasi dan edukasi yang disampaikan Bung Adian selalu saja diarahkan untuk optimalisasi serta konsolidasi demokrasi. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila, menjauhkan rakyat dari anasir-anasir yang mempolarisasi. Tradisi jegal menjegal dilawannya. Saatnya kolaborasi.
Indonesia jangan disekat dalam ruang sempit. Yang kemudian melahirkan disintegrasi bangsa. Bung Adian berpolitik dengan berdiri di atas kepentingan semua golongan. Dengan prinsip gotong royong, Bung Adian menganeksasi kepentingan rakyat di jantung-jantung kekuasaan.
Potret politisi populis, representatif kaula muda yang kritis ini tercatat relatif lama menyandang status sebagai mahasiswa (kurang lebih 16 tahun). Sejak 1991 menempuh studi di UKI Jakarta, pada tahun 2007 baru berhasil meraih gelar Sarjana. Tentu bukan karena kemalasan belajar, atau tidak pandai. Bung Adian doyan berkelana intelektual, menciptakan forum ilmiah, menghadiri seminar dan diskusi-diskusi kritis untuk mengasa diri sekaligus memberi pencerahan kepada publik. Tanpa henti, kegiatan literasi dilakukannya.
Pendiri Forum Kota (FORKOT) tahun 1998 itu telah berkali-kali menjadi wakil rakyat. Dalam posisi sebagai pejabat publik tidak membuat Bung Adian lantas tumpul dan redup suara kritisnya. Keterlibatan aktif, bahkan ia menjadi pioneer dalam tiap momentum penting kemajuan di republik Indonesia tercinta.Â