Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Drama Politik dan Framing Media Massa

20 Februari 2022   10:51 Diperbarui: 20 Februari 2022   10:57 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Framing media yang membuat para Capres (Calon Presiden) dan Cawapres (Calon Wakil Presiden) terkondisikan. Diarahkan pada zona atau skala tertentu. Dibuatkan ranking, kondisi itu diperkuat lagi dengan hadirnya Lembaga Survei, Riset dan Polling. Habislah mereka calon pemimpin yang punya konsep, tau bekerja, tapi tidak tersambung dengan media massa.

Tidak terkoneksi dengan Lembaga Survei maupun Polling, maka nama mereka tidak ada mencuat. Publik tidak akan kenal. Disinilah ruang kelemahan kita membuat pasar. Marketing politik bermain dalam ruang-ruang dan pentas seperti ini. Sederhananya, bakal Capres dan bakal Cawapres ditentukan media massa bersama Lembaga Survei, Riset dan Polling.

Figur terbaik sekalipun, jika namanya menghilang dari radar (quesioner) Lembaga Survei, pasti tidak akan dikenal publik. Mekanisme tekni meramu pertanyaan dalam quesioner tentu para ahli, konsultan, dan praktisi Lembaga Survei lebih mengerti ini. Kalau kita membaca peta politik, selera elit politik, dan keberadaan rakyat, gampang memetakannya. 

Bahwa Capres dan Cawapres hanya diatur beberapa pihak. Termasuk parpol, elit penguasa dan pemodal. Makin jalan muluslah jika konspirasi itu dijalankan media massa. Melalui framing pemberitaan media, keburukan, kebohongan, kejahatan yang diberitakan menjadi kebaikan berulang-ulang, akan menjadi kebaikan hasilnya. Beginilah bentuk pembohongan, dusta, kejahatan modern.

Ketika beberapa elemen penting ini sepakat memajukan pasangan Capres tertentu, pasti beres semuanya. Urusan teknis membangun citra mudah dilakukannya. Artinya apa?, Pilpres 2024 menurut saya sudah ditetapkan Capresnya sekarang. Hanya rakyat awam yang belum mendeteksinya. Bagi tokoh kunci, pengatur politik nasional, hanya ini sudah final.

Hanya saja informasi tersebut masih ditutup rapi. Bagi pihak-pihak tertentu yang mengskenariokan paslon Capres Indonesia, sejak Jokowi dilantik periode kedua juga jagoan untuk menggantikan Jokowi sudah disiapkan. Mapping politik yang jangka panjang ini tentu melibatkan oligarki, mereka yang mengatur ini bersama pemodal (bandar dan cukong).

Lalu media massa dan Lembaga Survei ditarik sebagai bagian penting dalam urusan propaganda pemenangan. Skenario besarnya hanya mereka, orang-orang tentu yang mengetahuinya. Drama politik memang berkait erat dengan framing pemberitaan Media massa. Paket hemat dalam desain pemenangan politik, disinilah kuasa uang menjadi penentu penting (bagi mereka).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun