Disebutkan pula oleh Nur Hasyim, pendiri Aliansi Laki-Laki Baru, "Laki-laki banyak terlibat dalam perilaku yang berisiko misalnya kebut-kebutan di jalan, terlibat dalam kekerasan. Tidak ada self-respect. Tidak asertif. Laki-laki lebih agresif dalam menyelesaikan konflik. Maskulinitas yang hurtful itu tidak manusiawi, bagi laki-laki sendiri apalagi bagi orang lain." Dari paparan Nur Hasyim tersebut, toxic masculinity mempunyai dampak buruk. Terlebih lagi pada mereka yang usia remaja. Mereka akan lebih merasa 'jagoan' dikarenakan pelabelan laki-laki berkaitan dengan kuat, agresif, dan kasar. Sehingga akan menimbulkan kerusuhan-kerusuhan seperti tawuran, kebut-kebutan di jalan, dan lain sebagainya.
Perlunya sinergi antara murid dan guru agar menjadikan lembaga pendidikan menjadi tempat yang sesuai fungsinya dan tidak menakutkan untuk bersosialisasi. Maskulinitas diperlukan kehadirannya agar keseimbangan terjaga. Namun, yang menjadi permasalahan di sini adalah ketika laki-laki yang dianggap kemayu itu mendapat olok-olokan dan hal yang seharusnya lumrah dilakukan semua gender malah dicap sebagai kelakuan salah satu gender saja. Itulah yang disebut toxic.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H