Gas metana adalah karbon yang berjenis hidrokarbon paling sederhana, biasanya metana adalah hidrokarbon yang berbentuk gas, metana sendiri punya nama lain atau rumus kimia yang bernama CH4.
Biasanya metana murni tidak berbau apapun, tetapi jika metana tersebut diolah dan digunaka atau dijadikan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan dan dicampurkan bau belerang untuk mendeteksi jika terjadinya kebocoran dari pipa-pipa gas metana itu sendiri.
Gas metana juga merupakan salah satu komponen utama dari gas alam, metana juga merupakan sumber bahan bakar utama. Proses terjadinya atau terbentuknya gas metana adalah jika adanya pembakaran yang terjadi pada satu molekul yang dimiliki metana dibarengi dengan oksigen yang lalu akan melepaskan satu molekul lainya yang dimiliki karbondioksida atau CO2 dan dua molekul yang dimiliki oleh air atau H2O.
Gas metana tidak hanya bisa diperoleh melalu ladang gas saja, metana juga mempunyai cara alternatif untuk mendapatkan gas itu sendiri, untuk mendapatkan metana selain dari ladang gas misalnya melalui TPA (Tempat pembuangan Akhir).
Limbah cair, pupuk kandang dan lain sebagainya. Cara tersebut didapatkan dari biogas yang di hasilkan dari fermentasi substansi organik. Namun bahan yang dipilih untuk menghasilkan metana mempengaruhi cara atau proses untuk mendapatkan metana. Perbedaanya terletak pada pengolahan saat merubah biogas menjadi metana dan saat mengambil uap gas untuk dijadikan metana.
Nahh, kali ini saya ingin membahas salah satu tempat yang mengelola dengan baik limbahnya untuk dijadikan metana, mereka memanfaatkan limbahnya untuk diproses dan diambil uapnya dari biogas yang dihasilkan dari limbah tersebut lalu di proses untuk menjadi metana, dan di pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Saya telah berhasil berkunjung ke salah satu tempat yang berada di temanggung untuk melihat dan mengamati proses dari pengolahan serta proses pengambilan biogas yang di hasilkan limbah untuk dijadikan gas metana. Tepatnya saya berkunjung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada di Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
TPA adalah tempat pusat atau tempat dari berakhirnya pembuangan sampah. Di tempat pembuangan akhir itu telah terdapat tumpukan gunungan sampah, karena bisa dikatakan TPA tersebut adalah satu-satunya TPA yang ada di Kabupaten Temanggung.
Para pengelola TPA Temanggung telah berinisiatif untuk memanfaatkan gunungan limbah yang telah tertumpuk di lahan TPA, mereka mengambil biogas yang dihasilkan dari uap limbah yang sudah tertumpuk di dalam, mereka menggunakan cerobong drum untuk ditanam kedalam sampah kurang lebih sedalam 2 meter, drum tersebut juga diberi rongga-rongga agar gas yang dihasilkan dapat keluar.
Guna dari menanam drum tersebut ialah untuk menyerap biogas tersebut dan dijadikan tempat penampungan sementara dari biogas yang dihasilkan tersebut.
Selanjutnya setiap drum drum yang telah terpasang di beri pipa-pipa yang memanjang untuk menyalurkan gas dari drum menuju ke kompor dan yang digunakan sebagai bahan bakar, selanjutnya biogas dibakar menjadi api yang selalu menyala.