Mohon tunggu...
Muhammad Hartanto Amarsa
Muhammad Hartanto Amarsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merangkak atau memilih layu

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030072)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ciu, Minuman Alkohol Fermentasi Khas Daerah

6 Maret 2021   12:27 Diperbarui: 8 Maret 2021   10:28 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bkpp.slemankab.go.id

Ciu rantai atau biasa kita kenal dengan ciu adalah sebutan bagi sejenis minuman-minuman beralkohol yang berbahan dasar dari fermentasi ketela pohon yang cair yang terbuang dalam proses pembuatan olahan untuk tapai. 

Minuman ini khas dari daerah Desa Kebjaran, Sumpiuh, Banyumas dan Cikakak Ajibarang, Jawa Tengah, Indonesia, sebuah daerah di sekitar pinggiran kota Banyumas. Selain itu Minuman ini juga sangat populer dikalangan pemuda Kota Sumiuh.

Minuman ciu ini diketahui mengandung alkohol yang sangat tinggi dan minuman ini pun sangat efektif untuk membuat orang yang meminumnya langsung mabuk. Minuman keras ini sudah sangat populer di kota Jawa terutama wilayah Banyumas, Sumpuh, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kroya, dan sekitarnya.

Awalnya minuman ciu ini hanya banyak di pasarkan di wilayah Banyumas, Purwokerto, Sumpiuh dan Ajibarang saja, tetapi karena semakin banyaknya peminat mimuman keras botol tersebut, membuat masyarakat menjadi memilih minuman ciu, karena juga minuman keras ini sangat terjangkau harganya.

Sejarah adanya minuman ciu ini ternyata sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, di mana dulu pada sekitar abad ke-18 dikenal sebagai minuman keras dengan label Batavia Arrack Van Oosten, kala itu Batavia Arrack Van Oosten memproduksi minuman keras berbahan dasar yang sebenarnya banyak ditemui di wilayah nusantara seperti misalnya beras yang difermentasi, tetes tebu, dan kelapa. 

Sampai akhirnya masyarakat Banyumas sanggup menciptakan racikan sendiri yang berbahan dasar ketela pohon. Bahkan sampai saat ini masyarakat Banyumas dalam pembuatan minuman keras ciu ini masih tergolong sangat tradisional dan sebenarnya minuman keras ciu ini menggunakan bahan-bahan asli dan tidak mengandung campuran bahan kimia buatan lainnya.

Di daerah penghasil ciu biasanya para pengrajin atau pembuat ciu sebagian besar merupakan ibu rumah tangga, sedangkan kaum laki-laki biasanya bertugas untuk mencari bahan baku dari ciu di kebun dan menjadi penjual langsung ke beberapa tempat. 

Untuk membuat ciu sendiri, biasanya mereka menggunakan tong-tong besar untuk mencampur beberapa bahan baku dari ciu sendiri seperti gula merah, tape, air, dan bibit ciu

Warna ciu sendiri seperti air putih yang sangat bersih dan bening. itulah mengapa banyak orang salah mengira dan menganggap ciu sebagai air putih biasa, bedanya ketika ciu di minum akan terasa pahit dan membuat sensasi terbakar di sekitar kerongkongan dan tenggorokan. 

Harga minuman keras botol inipun sangat bervariasi tergantung kadar alkohol yang terkandung dalam ciu tersebut. Semakin besar kadar alkoholnya semakin mahal pula harganya.

Namun meskipun ciu adalah minuman tradisional, kenyataannya minuman keras ciu justru menjadi minuman yang sering dilarang peredarannya oleh aparat kepolisian. 

Selain itu, ciu juga dicap sebagai minuman kelas rendahan dan rentan dioplos dengan bahan kimia yang berbahaya. Padahal, ciu sendiri sebenarnya asli dan tanpa dioplos yang bisa dikategorikan ke dalam miras yang aman selama dikonsumsi dalam batas kewajaran.

Biasanya, para pembuat ciu tidak pernah menyemburkan bahan oplosan ataupun bahan campuran kimia buatan lainnya ke dalam bahan baku ciu, biasanya yang menambahkan dan mengoplos justru dari pihak kedua seperti pengecer dan distributor. Alasannya agar lebih keras dan lebih banyak. Jadi kalian perlu mewaspadai jika menemukan ciu yang warnanya sedikit agak keruh, karena ciu sendiri sebenarnya berwarna sangat jernih dan bening.

Adapula minuman ciu yang berasal dari Solo, yang bernama ciu bekonang, ciu ini berasal dari Desa Bekonang, Kabupaten Sukoharjo, Jawa tengah. Jika anda bermain ke Desa Bekonang anda akan disuguhkan dengan pemandangan tong-tong besar yang terjejer di setiap jalanya dan di setiap depan rumah warga. Tak hanya itu kalian juga akan menghirup aroma seperti anngur yang sangat tajam dan sangat menusuk hidung. 

Desa Bekonang memang sudah terkenal sebagai daerah indsutri penghasil minuman beralkohol yaitu ciu bekonang. Minuman ciu bekonang inipun menjadi salah minuman favorit salah satu penanyi sampur sari legendaris yaitu Didi Kempot. Didi Kempot juga diangkat oleh BNN sebagai penyanyi dengan Duta anti-narkoba. 

Namun beliau mengatakan bahwa dirinya memang mengonsumsi minuman keras yaitu ciui. Karena di dunia permusikan tidak bisa lepas dengan yang namanya minuman keras, tambahnya.

Sebenarnya, masih banyak minuman keras khas daerah yang dibuat dengan cara difermentasi, salah satu contohnya adalah Tuak. Meniman keras dengan nama tuak ini berbahan dasar fermentsai dari nira, beras dan buah yang mengandung gula. Namun ada dua jenis tuak yang di buat

Tuak beras

Tuak beras ini biasanya di buat menggunakan bahan dasar beras yang disebut dengan “beras pulut” (beras ketan). Beras tersebut direndam air di dalam tempayang yang disebut tanjau. Proses tersebut memerlukan waktu sampai dua minggu, sebelum akhirnya bisa diminum. Lalu beras tadi pun masih bisa di konsumsi dan masih bisa diolah menjadi makanan yang disebut tapai.

Tuak nira

Tuak nira biasanya dibuat dari mengambil sari air dari tongkol bunga dari pohon enau atau nipah. Tongkol bunga dari enau atau nipah akan dibiarkan menjadi buah, dipotong, dan air manis yang menetes dari batang tersebut ditampung dalam wadah dan difermentasi selama beberapa hari sampai mengandung alkohol. Sampai akhirnya bisa diminum.

Ada juga minuman keras yang difermentasi lainya, yaitu arak. Arak adalah minuman keras yang di produksi di negara-negara bagain Asia Tenggara dan Asia Selatan. 

Arak terbuat dari fermentasi cairan sari dari tongkol bunga kelapa, tebu atau buah, tergantung darimana negara atau wilayah asalnya yang menciptakan arak tersebut. 

Bahan baku dari arak tersebut dapat dicampur dan disimpan lama dalam tong kayu. Dan juga dapat disuling dan disaring tergantung pada rasa dan warna yang ingin dibuat oleh pengrajinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun