Pada saat itu, dengan briliannya polisi yang bertugas diarahkan untuk mengenakan peci dan sorban dan bersholawat bersama dengan para pendemo. Polisi yang berhasil membaur dengan pendemo berhasil memecah ketegangan dan menggiring peserta demo untuk keluar dari barisan. Pak Tito Karnavian beserta jajarannya dengan disiplin dan pendekatan persuasifnya berhasil mewujudkan amanat dari Presiden Joko Widodo untuk mengamankan situasi. Strategi yang sungguh jenius!Â
Aksi 212 yang terjadi hingga 3 jilid pun berhasil diamankan oleh aparat kepolisian dan dapat diselesaikan secara "damai". Polri bergerak lebih cepat dengan menjemput para "pentolan-pentolan" pembuat ribut tersebut. Bukan untuk ditangkap, hanya semacam mediasi yang membuat dengkul mereka sempat gemetaran sehingga pada waktu aksi para tokoh ini tidak berani berkoar-koar.Â
Dan yang paling teringat jelas tentu saja demo yang dilakukan menjelang Pilpres beberapa waktu yang lalu yang kembali menggerakan gairah dan semangat juang para demonstran layaknya menghadapi "musuh" di perang badar. Permainan menawan kembali dimainkan oleh jajaran Polri yang melalui intelejennya mendapati bahwa aksi tersebut sengaja dibuat untuk membakar Indonesia dan akan ada beberapa beberapa korban jiwa supaya polisi terkena getah.Â
Lebih parah lagi Polisi "diadu" dengan mahasiswa, dengan harapan mahasiswa tersebut meninggal. Dengan begitu sorakan HAM dari seluruh dunua akan menyalahkan aparat dan tentu saja semakin banyak simpatisan untuk para pendemo. Sayangnya, aparat malah melunak dihadapan masa yang sejak awal memang hanya memiliki niat untuk meredam gelombang demo tersebut sehingga pendemo nasi bungkus tersebut frustasi dan pulang kerumah dengan tangan hampa.
Bravo Pak Polisi! Terima Kasih Banyak Atas Jasamu! Bangga dengan Kepolisian Republik Indonesia!
Keberhasilan Polri dalam menjaga stabilitas nasional membuat kini banyak orang malah bersimpati dan hormat kepada aparat kita sekarang. Jika pada masa Orde Baru masyarakat membenci aparat, di tahun 2020 ini justru para pendemo inilah yang mendapatkan reaksi dan respon negatif dari masyarakat.Â
Malahan  aparat lah yang semakin disanjung dan dielu elukan masyarakat Indonesia. Berbagai foto dan video tentang bagaimana aparat kita bekerja secara humanis berhasil menarik dukungan dari masyarakat luas. Walaupun begitu, tentu saja masih ada saja di lapisan masyarakat kita yang masih belum terbuka logika dan nuraninya akan betapa hebatnya aparat kita ketika menghadapi demo demo berbau anarkis.Â
Hal tersebut bisa kita lihat sendiri di Amerika Serikat baru-baru ini. Betapa barbarnya polisi Ameriika dalam menangani demonstran disana terkait kasus George Floyd beberapa waktu yang lalu. Kebrutalan tersebut dapat dilihat dari para pendemo yang tanpa segan diinjak. Tidak selesai dengan diinjak kita pun dapat melihat pemandangan pengeroyokan yang dilakukan oleh pihak kepolisian.Â
Belum cukup dengan itu bahkan ada yang sengaja ditabrak dengan mobil patroli untuk mengondisikan amukan masa! Situasi tersebut diperkeruh dengan sikap Presiden Donald Trump yang menegaskan kembali perlunya "mendominasi" setiap demonstran. Â Belum takzim kah kita dengan upaya upaya yang dilakukan oleh Polri dan Presiden kita?Â