Ramadan sudah hampir meninggalkan pekan pertama! Bagaimana hari-hari yang telah kaujalani selama ini?
Masih membekas euforia menyambut bulan suci ini di hari awal kedatangannya. Tentu saja, kita memiliki banyak alasan untuk berbahagia dengan tibanya bulan penuh berkah ini. Mulai dari THR sebagai alasan hingga liburan yang dapat mempererat silaturahim pada waktu idul fitri. Tak lupa alasan ukhrawi seperti dilipatgandakannya pahala amal kebaikan.
Berbicara tentang amal ibadah, salah satu yang tak dapat dipisahkan selama Ramadan yaitu membaca al-qur'an. Para ulama telah menjadikan keseharian dengan al-qur'an selama bulan Ramadan sebagai tradisi. Bahkan, mereka sampai meninggalkan kegiatan lain hanya untuk mengalokasikan waktunya dengan al-qur'an.
Kemesraan para ulama dengan al-qur'an selama bulan Ramadan telah dicatat sejarah sebagai kisah inspiratif bagi generasi setelahnya. Berkiblat pada kebiasaan Rasul yang dibacakan al-qur'an oleh Jibril setiap malam selama bulan Ramadan, para ulama yang dikisahkan mengikuti jejak tersebut sampai meninggalkan pembacaan hadits yang rutin dilakukan demi mendekatkan diri dengan al-qur'an.
Istri Rasul, Sayyidah 'Aisyah RA memulai bacaan al-qur'annya sejak siang hari di bulan Ramadan. Demikian pula para tabi'in, contohnya Zubaid bin Harits al-Yami yang menyediakan al-qur'an serta mengundang para sahabatnya untuk membaca bersama dalam sebuah majelis.Â
Ada ulama yang mengkhatamkan bacaan al-qur'an di hari 'biasa' sepekan sekali. Beliau adalah Qatadah bin Diamah. Di bulan Ramadan, beliau mengkhatamkan al-qur'an tiga hari sekali.
Tabi'in lainnya yang menjadi panutan ialah Abu al-Abbas Atha'. Di hari biasa, beliau mengkhatamkan al-qur'an sekali dalam sehari. Bila tiba bulan Ramadan, beliau mampu mengkhatamkan tiga kali dalam sehari.
Salah satu ulama masyhur, Sufyan Ats-Tsauri seperti dikatakan oleh Abdur-Razaq, meninggalkan seluruh ibadah di bulan Ramadan kecuali membaca al-qur'an.
Begitu banyak ulama yang meninggalkan hadits demi membaca al-qur'an di bulan Ramadan. Berbeda dengan aktivitas salah satu ulama lain bernama al-Qazwini. Beliau membuka majelis tafsir al-qur'an usai salat tarawih dan menafsirkan surat demi surat semalam suntuk hingga datang waktu subuh. Kemudian menunaikan salat subuhnya berjamaah dengan kondisi wudhu yang terjaga sedari isya'. Setelah itu beliau mengajar di madrasah seolah tidak merasa lelah melalui malamnya yang erat dengan al-qur'an.
Membaca sesuai dengan kemampuan
Keutamaan membaca kitab suci umat muslim sejatinya telah mengandung banyak kebaikan bahkan di luar bulan Ramadan. Tidak masalah jika membaca sambil terbata atau lancar sekali pun, semua memperoleh pahala menurut hadits. Pahala yang didapat pun dihitung per huruf yang telah dibaca. Jika ada alif lam mim, bukan dihitung sebagai satu huruf melainkan tiga huruf yang masing-masing mendapat 10 kali ganjaran (pahala). Bayangkan jika pahala ini dilipatgandakan selama bulan Ramadan, bahkan ketika lailatul qadar yang hanya datang pada satu malam saja.
Kebersihan hati seseorang menunjukkan kualitas dalam membaca al-qur'an. Apabila bersih hatinya, maka ia tiada pernah merasa jenuh dalam membacanya. Satu hari dilalui tanpa al-qur'an, akan terasa kurang bahkan hampa.