Konflik yang telah berlangsung lama antara Israel dan Palestina tidak hanya terjadi di medan perang fisik, tetapi juga telah meluas ke ranah digital, sehingga memunculkan dimensi geopolitik digital yang signifikan.
Di era di mana informasi disebarkan dengan cepat melalui platform online, kedua belah pihak yang berkonflik memanfaatkan lanskap digital untuk membentuk narasi, memengaruhi opini publik, dan menggalang dukungan internasional.
Para peneliti mengatakan bahwa peningkatan akses internet dan penyebaran ponsel pintar memungkinkan terjadinya momen penting, yang menunjukkan bagaimana platform teknologi dapat menunjukkan kengerian dan korban jiwa dari peristiwa semacam itu.
Namun kini, pertarungan yang tak menentu selama berbulan-bulan mengenai masa depan demokrasi Israel telah mendorong konspirasi dan informasi palsu untuk menyebar di dalam perbatasannya.
Lebih dari 9.000 warga Palestina telah terbunuh sejak militan Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober lalu, yang memicu pengepungan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza.
Jumlah korban tewas, yang diberikan oleh otoritas kesehatan Palestina, tidak termasuk korban luka-luka yang tak terhitung jumlahnya dalam serangan tersebut, dan hampir setengah dari korban tewas dan luka-luka adalah anak-anak.
Kengerian di lapangan telah diselimuti oleh kabut misinformasi dan propaganda yang telah menghambat akses terhadap informasi yang dapat diverifikasi tentang konflik tersebut.
Para penentang Palestina memperparah keadaan dengan menghidupkan kembali mitos lama untuk mendiskreditkan penderitaan, kesedihan, dan permohonan bantuan yang datang dari Gaza. Mereka mengklaim, secara keliru, bahwa orang-orang Palestina berpura-pura.
Sejak Hamas melancarkan serangan mematikannya pada tanggal 7 oktober dan Israel memulai operasi militer balasan di Gaza, perang paralel sedang terjadi secara online. Penyebaran hoaks mewabah di berbagai platform media sosial terkait eskalasi di Jalur Gaza.
Usai genjatan senjara berakhir kini situasi kembali masih memanas, sebelumnya Israel terus memborbardir Gaza, memutus pasokan listrik, air, dan BBM.