Mohon tunggu...
Amarendra AbimaneshCC
Amarendra AbimaneshCC Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Jurusan Hubungan Internasional

Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta Jurudan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Temuan Deposit Minyak Baru oleh Rusia di Kawasan Arktik yang Menuai Kontroversi

8 Oktober 2022   21:05 Diperbarui: 9 Oktober 2022   02:54 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arktik merupakan Kawasan strategis yang memiliki berbagai potensi yang besar bagi seluruh negara di dunia yang dikelilingi oleh lima negara (Arctic Five) yakni, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, Denmark dan Rusia.

Pemanasan Global atau Global Warming telah membuat es mencair di kawasan Arktik. Semakin banyak kapal melayari jalur ini sepanjang tahun. Kebanyakan melakukan pencarian minyak dan gas. Badan Survei Geologi Amerika memperkirakan di dalam perairan Arktik di wilayah Amerika sendiri terdapat 26 miliar barel minyak.

Hal ini membuat semakin merebaknya eksplorasi minyak di Kawasan Arktik oleh perusahaan-perusahaan gas dan minyak bumi dari berbagai negara di dunia. Cadangan minyak yang melimpah menjadi perebutan negara-negara yang berada di Kawasan Arktik, salah satunya Rusia.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, meningkatkan fokus kebijakannya pada kepentingan daerah High North, khususnya pada Arktik. Begitu pula pada masa pemerintahan Dimitry Medvedev yang juga memfokuskan kebijakannya pada Arktik dan secara eksplisit menggambarkan bahwa Arktik sebagai basis sumber daya alam Rusia pada abad ke-21.

Menurut Kementerian Sumber Daya Alam Rusia memperkirakan bahwa wilayah bawah laut Arktik, meliputi Laut Barents, Laut Pechora, Laut Kara, Laut Siberia Timur, Laut Chukchi, dan Laut Laptev, yang diklaim oleh Rusia dapat menampung total sebanyak 586 miliar barel cadangan minyak.

Jumlah minyak dan gas alam yang dimiliki oleh Arktik dapat membantu Rusia memenuhi kebutuhan minyak dan gas alam untuk kepentingan dalam negeri baik dalam segi industri maupun untuk kebutuhan rumah tangga Rusia.

Salah satu perusahaan terbesar Rusia yang bergerak dibidang gas alam, Gazprom, berfokus pada eksplorasi geologis, produksi, transportasi, penyimpanan, pemrosesan dan penjualan gas, kondensat gas dan minyak, penjualan gas sebagai bahan bakar kendaraan serta pembangkitan dan pemasaran panas dan tenaga listrik.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan minyak raksasa, termasuk perusahaan Rosneft, milik Pemerintahan Rusia, dan Royal Dutch Shell, telah menghabiskan miliaran Dolar mengeskplorasi minyak di lepas pantai. Rosneft, yang bergerak di bidang minyak, baru-baru ini mengemukakan penemuan deposit minyak yang sangan besar di Laut Pechora yang mengandung sekitar 82 Juta ton minyak.

Temuan ini menjadi sangat penting bagi Rusia di tengah hujan sanksi yang dijatuhkan negara Barat serta krisis energi dunia. Sanksi yang mendera Rusia termasuk di bidang energi memang membatasi pasar, namun masih ada beberapa negara sahabat yang menggantungkan sumber energi mereka dari Rusia.

Cadangan minyak tersebut ditemukan Rusia setelah perusahaan minyak menggelar kampanye pengeboran di wilayah Medynski-Varandeysky. "Selama pengujian, aliran minyak bebas diperoleh dengan laju aliran maksimumnya 220 meter kubik sehari", jelas pihak Rosneft Oil Company.

Rosneft mencatat bahwa pekerjaan eksplorasi minyak di perairan Laut Pechora membuktikan bahwa potensi minyak yang signifikan dari provinsi Timan Pechora dan menjadi dasar untuk melanjutkan studi dan pengembangan wilayah tersebut.

Rosneft sendiri merupakan salah satu perusahaan yang cukup aktif beroperasi di wilayah Arktik. Perusahan itu dilaporkan mengendalikan total 28 lisensi lepas pantai di Kutub Utara.

Di sisi lain, Rusia merupakan salah satu yang terbesar eksportir minyak di dunia. Di tahun 2021, minyak Moskow rata-rata diekspor ke China dan beberapa negara Eropa.

Meskipun begitu, banyak kontroversi yang muncul akibat penemuan ini dikarenakan minyak Rusia terkena ban oleh negara-negara Barat. Ban ini merupakan salah satu bentuk perlawanan Barat Terhadap aksi Rusia menyerang Ukraina.

Ban ini sendiri telah memasang harga minyak hingga level tertinggi. Bahkan harga minyak ini sendiri bisa menembus sampai US$ 119,89 per barrel tak lama setelah Rusia menyerang negeri tetangganya yaitu Ukraina.

Hal ini menjadi salah satu pemicu naiknya harga minyak dunia ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga dipicu oleh para pedagang yang menunggu untuk melihat apakah Uni Eropa akan mencapai kesepakatan melarang minyak Rusia menjelang pertemuan paket keenam sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Seperti halnya kebijakan yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang melarang impor minyak dan Gas Alam dari Rusia.

Joe Biden mengumumkan pemerintahannya melarang impor minyak, gas alam, dan batu bara Rusia ke AS, sebagai respons atas invasi Rusia ke Ukraina. Biden memperingatkan Langkah ini bisa mendorong naiknya harga gas di Amerika Serikat.

"Hari ini saya mengumumkan Amerika Serikat menargetkan arteri utama perekonomian Rusia. Kami melarang semua impor minyak dan gas dan energi Rusia," Jelas perkataan Joe Biden dalam pudatonya dari Gedung Putih, dikutip dari CNN, Rabu (9/3).

Begitu pula para ilmuwan juga turut memperingatkan bahwa eksplorasi minyak besar-besaran di Arktik memiliki dampak jangka panjang yang buruk.
Sehingga dalam hal ini diharapkan perusahaan-perusahaan minyak seperti Gazprom dan Rosneft perlu menelaah Kembali sumber-sumber minyak yang tidak lazim seperti di Arktik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun