Mohon tunggu...
Amaranggana Ratih Mradipta
Amaranggana Ratih Mradipta Mohon Tunggu... Lainnya - history graduates, bachelor of literature

culture, culinary, events and travel enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Trip

[Senin Plesiran] Jantung Perjuangan Rakyat Kota Pahlawan

26 Agustus 2024   13:39 Diperbarui: 26 Agustus 2024   13:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Mei lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi kembali Museum 10 November Surabaya. Meskipun saya ke Surabaya dalam rangka perjalanan dinas, namun saya tetap have fun jalan-jalan di Kota Pahlawan ini. Tiket masuk Museum 10 November hanya Rp. 8.000 bagi orang dewasa, dan gratis bagi pelajar, wow, nampaknya sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengunjungi museum ini.

Lima tahun yang lalu saya ke Museum 10 November bersama rombongan program studi semasa kuliah. Saya sempat menonton film tentang perjuangan rakyat Surabaya yang membuat saya merinding total. Ditambah, satu patung yang ada di tengah ruang pamer yang membuat bulu kuduk saya merinding. Sungguh mulia perjuangan bunga bangsa yang gugur pada medan pertempuran. 

Museum 10 November memiliki dua lantai, di lantai dasar terdapat pemaparan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan peran arek-arek Suroboyo di dalamnya. Juga ada sejarah pembangunan Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 November untuk menghormati jasa para pahlawan. 

Beberapa narasi juga dilengkapi dengan QR code yang mengarah pada laman blogspot dan laman resmi Dinas Perpustakaan Arsip Kota Surabaya. Tambahan informasi ini menurut saya sangat inovatif, apalagi untuk seseorang yang sedang melakukan penelitian mengenai perjuangan Surabaya.

Bagian yang paling menarik bagi saya adalah diorama audio visual yang ada di lantai 2. Menggunakan teknologi interactive screen, pengunjung akan mendapatkan informasi lengkap dari diorama yang ditampilkan. Uniknya lagi, keterangan audio visual ini tidak hanya ada dalam satu, dua, ataupun tiga bahasa, melainkan ENAM bahasa sekaligus: Bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Korea, Jepang dan Mandarin.

Koleksi Museum 10 November selalu menarik bagi saya, diorama statis dan diorama dapur umum yang menggambarkan peran masyarakat pada saat itu juga terkurasi dengan baik. Meskipun tidak begitu banyak berubah, koleksi yang ada di museum ini terjaga dengan baik, membuat siapa saja yang berkunjung seolah dibawa kembali melalui mesin waktu. 

Seperti museum di Indonesia pada umumnya, Museum 10 November buka hari Selasa-Minggu, mulai pukul 08.00 hingga 15.00. Pengunjung bisa membeli tiket langsung di tempat, atau reservasi melalui laman resmi Museum 10 November Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun