Mohon tunggu...
Amaranggana Ratih Mradipta
Amaranggana Ratih Mradipta Mohon Tunggu... Lainnya - history graduates, bachelor of literature

culture, culinary, events and travel enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

[Sabtu Nonton] Misi Pertama (Well, Kedua) Enola yang Kompleks!

24 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 24 Desember 2022   18:02 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enola Holmes 2 on Netflix (sumber: Cineverse)

Enola Holmes 2 sudah tayang di Netflix dan saya sangat bersemangat. Saya memang jarang menonton teaser atau trailer film yang akan tayang, karena saya ingin dikejutkan dengan film tersebut (sangat berlaku untuk film dan series Marvel). Saya sangat menyukai Enola Holmes pertama, dinamika antara Enola dan kedua kakaknya yang melegenda, Sherlock, dan si banyol Mycroft sangatlah menyenangkan. Saya juga merasa Millie Bobby-Brown sangat menikmati menjadi Enola. Film detektif yang dibintangi Millie Bobby-Brown, berlatar tempat dan waktu di Inggris abad ke-19, dan Helena Bonham Carter, serta.....Louis Partridge....tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menonton.

Cerita berawal ketika kasus Brixton, yang dipecahkan oleh Enola, malah dikenal dipecahkan oleh Sherlock. Enola pun berusaha mendapatkan lisensi mandiri atas pekerjaannya sebagai detektif bayaran, namun ia banyak ditolak karena umur, dan bayang-bayang kakaknya yang melegenda. Ketika Enola merasa putus asa, ia malah dipertemukan dengan Bessie Chapman, seorang bocah buruh pabrik korek yang mencari kakaknya, Sarah, yang hilang.

Pada perkembangannya, kasus hilangnya Sarah ini ternyata gelap dan rumit, sebab penuh dengan misteri kematian buruh korek karena tifus. Kasus inipun ternyata berkaitan dengan kasus white-collar corruption yang sedang diselidiki oleh Sherlock. Kasus ini begitu rumit sehingga Sherlock kewalahan menghadapinya. Enola merasa dia harus membuktikan kasus ini, tanpa bantuan Sherlock, ia ingin memiliki nama sendiri. Namun pada akhirnya Enola dan Sherlock memecahkan kasus mereka masing-masing. Meskipun pada akhirnya memang kedua kasus ini memiliki keterkaitan.

Sebenarnya saya (dan mungkin penonton lain) memiliki ekspektasi tinggi mengenai film kedua ini, sebagai pembuktian Enola terhadap karirnya menjadi detektif, terlepas dari bayang-bayang kakaknya. Namun ternyata disini masih ada peran Sherlock dan ibunya, Eudoria, untuk menyelamatkan Enola. Peran Sherlock masih cukup banyak disini, sehingga sedikit kontra dengan konsep film kedua yang ingin menampilkan Enola tanpa membawa kakaknya. Kontras dengan narasi Eudoria pada film pertama, ia memberi nama Enola sebagai anagram dari Alone, karena Enola pada akhirnya akan ditakdirkan untuk menggapai tujuan-tujuan hidupnya secara soliter.

Sepanjang saya menonton, saya merasa puas, tapi hanya sedikit, dan cukup terkesan. Saya sendiri tidak membaca buku Enola Holmes, jadi apapun yang saya ceritakan hanya berdasarkan film. Saya merasa film ini masih kurang klimaks dan kurang 'misterius', beberapa ide dan kehadiran tokoh-tokoh pendukung, seperti Mira Troy, William Lyon, Charles McIntyre dan Grail memang memberikan peran yang cukup signifikan untuk 'membingungkan' penonton (dan juga Enola serta Sherlock). Menurut saya kehadiran Mira Troy (sebagai plot twist) kepada Enola, di ball dance cukup aneh. Enola yang terlalu berapi-api ketika sudah menemukan hubungan antara William dengan Sarah juga membuat kasusnya mudah dibaca.

Satu hal yang perlu saya garisbawahi sebenarnya adalah hubungan Enola dengan Tewkesbury, lagi-lagi, film yang ditujukan untuk usia muda akan selalu membawa genre romansa yang, memang manis, namun tergesa-gesa. Saya memang gemas sekali dengan Tewkesbury pada Enola Holmes pertama, namun saya memang menyukai hubungan platonik diantara mereka, seolah semua orang tahu mereka jatuh cinta kecuali mereka sendiri. Saya juga menyukai peran Tewkesbury sebagai Duke, dengan prestasinya, dan dengan kedudukannya ia bisa menyekap pejabat korup. Namun hubungannya dengan Enola, saya rasa out of character dan terburu-buru. Namun beberapa orang menganggapnya manis, saya memaklumi hal tersebut.

Terlepas dari kritik diatas, saya merasa Millie dan Henry memiliki chemistry yang lebih dari sekedar coworker, mereka terlihat sangat menikmati menjadi Enola dan Sherlock, sehingga hubungan mereka terasa organik. Begitu pula dengan Louis sebagai Tewkesbury. Saya merasa seluruh aktor dan aktris dalam Enola Holmes 2 ini sangat menikmati peran mereka dalam film ini, sehingga akting mereka terasa sangat epik. Tingkah Enola 'breaking the fourth wall' dan menarasikan posisinya selalu bisa menghibur penonton.

Isu yang dibawa (meskipun tidak 100% historically accurate) juga cukup menarik dan 'riding the wave'. Isu mengenai feminisme dan bagaimana seharusnya wanita dipekerjakan, pejabat korup yang akan melakukan apa saja demi mengamankan posisinya dan tidak tertangkap oleh polisi. Namun mungkin karena 'sudah terlanjur' menyinggung masalah sejarah pekerja matchstick girl di Inggris, ekseskusinya masih kurang.

7.5/10 - 'Tis I, Tis Not I.

Sampai berjumpa di malam minggu selanjutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun