Mohon tunggu...
Amaranggana Ratih Mradipta
Amaranggana Ratih Mradipta Mohon Tunggu... Lainnya - history graduates, bachelor of literature

culture, culinary, events and travel enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Sepuluh Tahun Temaram Kesultanan Yogyakarta

6 Desember 2022   13:48 Diperbarui: 6 Desember 2022   14:04 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kraton Yogyakarta kembali mengadakan pameran temporer akhir tahun. Tajuk pameran kali ini adalah Sumakala, yang berarti masa-masa temaram. Pameran ini menampilkan masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV yang penuh dengan konflik politik dengan koloni Inggris serta Belanda. Pameran ini diadakan di Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta mulai 28 Oktober 2022 hingga 29 Januari 2023 mendatang. 

Adapun koleksi pameran yang ditampilkan adalah visualisasi kejadian yang berlangsung selama pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV dalam bentuk lukisan, yang dihimpun dari berbagai sumber yang bisa ditemukan. Sebab banyak dari buku, serat dan babad yang ada pada masa itu dirampok oleh penjajah.

Koleksi lain dari pameran ini adalah kain dan pakaian, sengkalan lahir dan surud (meninggal) dari Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV, babad dan serat yang menjadi bahan belajar calon Sultan, lukisan, serta kereta kencana miilik Sri Sultan Hamengkubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono IV. 

Pada pameran ini kita bisa menyaksikan kuatnya pengaruh Inggris terhadap situasi yang ada di Yogyakarta. Demi mengamankan pemerintahan dan wilayahnya, Sultan harus mampu berunding dengan penjajah untuk menghasilkan keputusan yang sebisa mungkin menguntungkan bagi Yogyakarta. Berbagai desakan politik dari Inggris juga turut merenggut perekonomian Yogyakarta, sebab, seluruh kerugian perang Inggris harus ditanggung oleh Kraton Yogyakarta.

Setelah meninggalnya Sri Sultan Hamengkubuwono III, putra mahkota, Gusti Raden Mas Ibnu Jarot, diangkat menjadi raja pada usia 10 tahun. Tentu saja, Sultan muda masih harus didampingi wali, yaitu Ibunya, Ratu Kencana dan Patih Danureja. Disinilah peran permaisuri yang kemudian menjadi Ratu Kencana yang cukup besar dalam pengendalian politik pemerintahan di Kraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono IV masih harus didampingi oleh ibu dan wali-walinya sampai pada usia 16 tahun.

Sultan Hamengbuwono pun masih harus menghadapi perpindahan kekuasaan dari Inggris ke Belanda. Tragis, Sultan Hamengkubuwono IV meninggal pada usia 19 tahun ketika sedang mengadakan perjalanan. Ada beberapa versi terkat meninggalnya Sultan Hamengkubuwono IV, satu versi mengatakan beliau mengalami serangan jantung, versi lain mengatakan bahwa beliau diracun oleh penjajah. 

Cerita mengenai 10 tahun masa kegelapan Yogyakarta ini dapat langsung dirasakan di Pameran Sumakala. Pameran ini dibuka dari hari Selasa-Minggu, pukul 09.00 sampai 14.00. Jadilah pengunjung yang bijaksana dengan memperhatikan aturan kunjungan dan tidak menyentuh koleksi, dan memotret beberapa koleksi khusus.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun