Mohon tunggu...
Rahmawati Aisyah
Rahmawati Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Pendidikan Biologi di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Limbah Padi sebagai Bahan Bakar Alternatif, Bisakah?

10 Juni 2023   08:23 Diperbarui: 10 Juni 2023   08:32 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.gamyr.com.mx 

Bagaimana tantangan pengembangan temukut sebagai energi alternatif di masa mendatang? 

Potensi temukut sebagai solusi pengganti bahan baku pangan pembuatan bioetanol memanglah tinggi. Solusi tersebut juga menunjukan penggunaan limbah yang berkelanjutan. Dengan cara tersebut, limbah dapat digunakan secara efisien untuk menghasilkan bioetanol dan total limbah yang dihasilkan selama pemrosesan beras berkurang dan mendukung  tujuan berkelanjutan di sektor pertanian. 

Dalam perjalanan menuju masa depan yang berkelanjutan, tantangan energi menjadi salah satu isu utama yang harus kita atasi. Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil, pencarian solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi telah menjadi prioritas. Salah satu inovasi menjanjikan adalah pengembangan teknologi temukut sebagai energi alternatif yang berpotensi mengubah lanskap energi global.

Namun, seperti halnya dalam setiap perjalanan yang revolusioner, pengembangan temukut juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang menantang. Pertama, masalah keberlanjutan sumber daya menjadi pertimbangan utama. Meskipun temukut dipercaya sebagai sumber energi yang melimpah, namun ada kekhawatiran bahwa peningkatan penggunaan temukut dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya temukut dengan mempertimbangkan dampak ekologis jangka panjang.

Selain itu, tantangan teknologi juga menjadi kendala dalam pengembangan temukut. Saat ini, efisiensi konversi temukut ke energi masih rendah, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi ini. Selain itu, infrastruktur yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, dan mendistribusikan temukut juga perlu dikembangkan secara signifikan agar dapat mengakomodasi permintaan energi masa depan. Investasi yang besar diperlukan untuk membangun fasilitas produksi dan jaringan distribusi yang dapat menangani volume temukut yang lebih besar.

Selanjutnya, tantangan sosial dan politik juga harus ditangani dalam pengembangan temukut sebagai energi alternatif. Perubahan paradigma dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah. Penolakan atau ketidakpercayaan terhadap teknologi temukut bisa menjadi hambatan utama dalam mengadopsi solusi energi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan dan kesadaran publik tentang manfaat dan potensi temukut sangat penting untuk mengatasi tantangan ini.

Namun, meskipun banyak tantangan yang harus diatasi, potensi temukut sebagai energi alternatif sangat menjanjikan. Keberlanjutan sumber daya yang melimpah, potensi konversi yang tinggi, dan dampak lingkungan yang lebih rendah menjadikan temukut sebagai pilihan yang menarik di masa mendatang. Dalam rangka mencapai visi energi bersih global, kerjasama antara ilmuwan, insinyur, pemerintah, dan masyarakat sangat penting. Dengan mengatasi tantangan ini secara kolaboratif, kita dapat membuka jalan bagi pengembangan temukut sebagai salah satu pilar utama energi alternatif di masa depan.

Referensi

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Konsumsi Bahan Pokok 2019. Diakses Online 09 Juni 2023.https://www.bps.go.id/publication/2021/11/25/68b1b04ce68c7d6a1c564165/konsumsi-bahanpokok-2019.html  

Jing, Y., Cai, X., Wu, Y., Wu, H., & Huang, H. (2021). Ethanol production from rice straw by simultaneous saccharification and fermentation using Saccharomyces cerevisiae. Renewable Energy, 175, 927-935. DOI: 10.1016/j.renene.2021.04.036

Kumar, P., Barrett, D. M., Delwiche, M. J., & Stroeve, P. (2017). Methods for Pretreatment of Lignocellulosic Biomass for Efficient Hydrolysis and Biofuel Production. Industrial & Engineering Chemistry Research, 56(23), 6715-6731. DOI: 10.1021/acs.iecr.7b01309

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun