Mohon tunggu...
amara anastasya
amara anastasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya adalah seorang mahasiswi yang memiliki hobi memasak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Perubahan Iklim di Wilayah Tropis Pada Pertanian Padi

19 Juli 2024   09:15 Diperbarui: 19 Juli 2024   10:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto daerah sawah  (Dokumentasi pribadi)

Penelitian ini dilakukan di ladang pertanian padi yang bertempat di lokasi “Jalan Kirab Remaja Sei Semayang, Medan Krio, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara”. Pada hari Sabtu 29 Juni 2024 pada pukul 13.50 WIB.

Ketahanan pangan menjadi salah satu isu global yang tercantum dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu untuk mengakhiri kelaparan mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik serta mendukung pertanian berkelanjutan. Ketahanan pangan, yang merupakan elemen penting dalam pembangunan berkelanjutan, juga terancam oleh perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah salah satu isu terpenting di zaman kita, dengan konsekuensi luas terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan perekonomian. Secara khusus, sektor pertanian rentan terhadap pengaruh perubahan iklim terhadap pengaruh perubahan iklim, termasuk perubahan suhu dan curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrem, dan perubahan penyebaran hama. 

Hama dan penyakit, dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap produksi dan ketersediaan pangan. Selain pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pangan, hal ini mungkin melibatkan penggunaan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan tekanan panas.

Pada saat penelitian kami mewawancarai para petani yang bekerja juga mewawancarai pemilik sawah tersebut.

Foto bersama setelah wawancara dengan para petani yang bekerja (Dokumentasi pribadi)
Foto bersama setelah wawancara dengan para petani yang bekerja (Dokumentasi pribadi)

Para petani mengatakan : Pada saat perubahan cuaca yang dimana hujan terus menerus atau panas yang tinggi, hal tersebut mempengaruhi hasil panen padi karena pada saat musim kemarau, para petani terpaksa menunggu hujan turun karena tidak adanya air yang berlebih, sebaliknya ketika musim hujan yang menyebabkan banjir dapat meningkatkan resiko penyakit pada tanaman dan mengganggu jadwal penanaman dan panen padi. 

Ditengah perubahan cuaca strategi yang para petani lakukan untuk mencegah padi agar tidak rusak, yaitu dengan menambahkan pupuk yang berkualitas, hal itu dilakukan untuk mencegah padi agar tidak rusak karena perubahan cuaca, tapi tidak untuk mencegah adanya hama seperti tikus.

Petani juga mengatakan curah hujan yang berlebih memang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas hasil panen, tetapi memang para petani harus rajin membuka saluran air agar air tidak menumpuk terlalu banyak dilahan padi, namun air dari saluran tidak dibuang melainkan disimpan ke bendungan, agar saat musim kemarau datang petani tidak kekurangan pasokan air lagi. 

Para petani menggunakan irigasi untuk membantu pertanian dengan membuat sumur bor, karena kalau tanaman dan tanah petani kering air dari sumur bor sangat membantu. Air yang dihasilkan cenderung lebih berkualitas dan lebih bersih.

Foto pada saat wawancara dengan pemilik sawah (Dokumentasi pribadi)
Foto pada saat wawancara dengan pemilik sawah (Dokumentasi pribadi)

Selain itu petani mengatakan jenis padi yang lebih tahan terhadap perubahan iklim yaitu jenis padi cap lele dan cap panda, tetapi sekarang harganya bisa disekitaran  Rp.100.000, jika memang kualitas dan tingkat suburnya lebih tahan dan kuat. 

Strategi yang petani lakukan untuk mengusir hama tikus dengan memasang perangkap seperti menggunakan racun tikus dan menjaga habitat disekitar lahan pertanian sedangkan untuk hama burung dengan menggunakan jaring untuk menutupi tanaman padi serta menggunakan pupuk yang dicampur bahan untuk menjauhkan hama yang merusak.

Selain itu bentuk dukungan yang dibutuhkan petani saat ini untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yaitu dengan menyediakan pupuk berkualitas, karena dalam 1 bulan sekali petani mendapatkan pupuk berkualitas, tetapi memang pada saat ini harga yang petani bayarkan setengah dari harga pupuk aslinya saat petani membeli di toko, dan jatahnya 2 karung dalam 1 bulan karena melihat lebar tanah yang dikerjakan.

Petani bisa panen dalam jangka waktu 3-4 kali dalam 1 tahun, jika padi nya mulai menguning petani menyemai lagi kalau sudah selesai panen dan di traktor kan di bulan ke 6.

Para petani berharap sebaiknya kita sebagai masyarakat juga harus peduli dengan masalah ini, dikarenakan sebagai masyarakat kita juga seharusnya bisa menjaga agar tidak terjadinya kelaparan dilingkungan kita, yaitu dengan cara tidak membuang makanan. 

Selain itu pastinya diharapkan juga untuk pemerintah agar lebih peduli dengan para petani, terkhusus petani padi yang dimana merekalah yang menghasilkan beras untuk dijadikan nasi sebagai menu atau makanan pokok di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun