Mohon tunggu...
Amara Preditaswara
Amara Preditaswara Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Kut..."

29 Juni 2012   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13409571591832336703

[caption id="attachment_185369" align="aligncenter" width="300" caption="gambarterbaru.blogspot.com"][/caption]

Kut..

Di langit malam,

Bulan sudah tidak seperempat lagi..

Sejak kau pergi tanpa kabar berita

Bahkan sekarang

Di langit malam

Yang ada hanya gelap

Dalam pikiranku

Yang ada hanya kosong

Sekosong tatapan mata ini

Saat melihat dunia

Dari kacamata jiwa

Yang ada hanya hampa

Sehampa udara diatas sana

Saat kucoba menggapai bayanganmu

Yang ada hanya bisu

Sebisu malam-malamku

Tanpa kehadiranmu.

Kut..

Masih ingatkah kau mawar putih itu?

Mawar putih lambang kasih tulus

Dari hati yang mencinta

Mawar putih yang jadi teman setia

Dalam setiap malam bersama

Mawar putih yang jadi saksi

Dari indahnya sebuah harapan

Yang dibangun dengan niatan

Kini, mawar putih yang kau berikan

Sudah berubah jadi kering..

Kelopaknya pun telah berguguran

Helai demi helai

Seperti semangat dalam jiwaku

Terbang melayang

Ditempa gemuruh kehidupan.

Kut..

Malamku kini takkan pernah sama lagi

Tak ada suaramu pemberi kesejukan

Tak ada canda tawamu pembangkit semangat

Tak ada senyummu penghapus duka dan kepedihan

Yang tertinggal kini hanya sebuah kekosongan

Dalam jiwa yang merintih

Kut..

Kini yang tertinggal

Hanyalah sebuah goresan panjang

Di hati yang terluka entah sampai kapan

Luka itu akan mengering

Terlalu banyak kepedihan

Yang tersimpan di dalamnya

Bahkan kupun sudah tak mampu lagi

Mengingat arti sebuah kebahagian

Yang dulu pernah kau ciptakan

Dalam malam-malam panjang

Kut..

Bulan sudah tidak seperempat lagi

Mawar putih pun sudah mengering

Seperti hati dan pikiranku

Yang sudah tak mampu lagi untuk merasa

Karena terlalu tersiksa

Dengan segala macam tipu daya

Yang ada dalam dunia

Cinta dan benci

Benci dan cinta

Apa bedanya

Semua hanya dusta

Yang mudah diungkapkan

Semudah dipatahkan

Kut..

Entah sampai kapan kumampu bertahan

Menghadapi begitu banyak persoalan

Yang sepertinya memang diciptakan

Tanpa mampu untuk dihentikan.

Kut..

Ketika hati berubah dingin

Dan cinta berubah jadi hambar

Ketika kaki sudah tak sanggup lagi berdiri

Menopang langkah-langkahku

Maka maafkan aku jika akhirnya

Kuputuskan untuk berlalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun