Mohon tunggu...
A.IBNU.M.
A.IBNU.M. Mohon Tunggu... Pustakawan - freelancer

Mahasiswa Fakultas Sastra INDONESIA .Blog: https://ibnuamargallerys.blogspot.com/?m=1 website : www.senaribnuamar.wordpress.com. Surel: darkamray@gmail.com. Instagram: @amru_ibn_maruf. Twitter: @Aibnum1

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembali ke Masa Lampau

2 November 2020   14:51 Diperbarui: 2 November 2020   15:42 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nafas yang ku hembuskan ke kaca jendela sebuah mini bus mencipta kabut ,

Sudah hampir 3 jam aku duduk di dalam bus ini yang bertujuan mengantarku pulang ke kampung halaman , sudah 3 terminal namun tak ada penumpang yang naik ataupun turun ,

Entah udara yang kian dingin atau hanya  perasaanku saja , aku menggigil lalu berdiri menatap sekeliling mencoba melihat sekeliling bus , hanya ada 13 orang penumpang termasuk aku ,1 orang sopir dan seorang kondektur .

13 , aku melihat sopir yang hanya fokus menyetir dan saat aku melihatnya matanya melirikku dari kaca spion tengah bus mata lelah dengan kantung mata pucat , sedang si kondektur hanya  bolak balik menatap keluar jendela 

Satu orang perempuan berpakaian adat Jawa duduk di depan ku ,tak henti-hentinya menatap kaca make up yang di bawanya sambil terkadang merapikan riasan wajahnya , cantik ujarku dalam hati. 

Satu buah keluarga kecil dengan dua orang anak duduk di kursi paling belakang dekat sebuah toilet kecil sarana milik bus , dua anak itu hanya tertidur dalam posisi tergendong menghadap belakang tubuh ayah dan ibunya ,sehingga dua anak itu tak terlihat oleh ku hanya saja , wajah kedua ayahnya mengganggu ku , gigi ayahnya terus bergemeletuk padahal di langit-langit bus tersebut kulihat semua lubang AC yang mengarah  ke mereka di tutup semuanya. Ibunya hanya memeluk bayinya erat namun ia selalu menatap kosong ke kolong kursinya , memperhatikan kakinya kah ? Tanyaku.

Di seberang bangku milikku penumpang terdapat penumpang lain , perempuan tua berusia lanjut memegang tongkat berpakaian sedikit usang ,rambutnya tertata rapi dengan sanggul dia tertidur bersandarkan tongkat kayu miliknya .

Aku duduk sebentar menutup lobang AC di atas kursi duduk , mengapa tidak sampai - sampai , dan mengapa iudara kian dingin disini tanyaku dalam hati , mungkin aku ke toilet dulu dingin ini akibat aku menahan buang air kecil kali ya . Sergahku 

Aku berjalan menuju toilet , pintunya berderit saat aku tutup , seperti engsel  pintu berkarat yang telah lama tak di gunakan .

'Tok tok tok ' ketuk seseorang  di luar pintu . 

'baru juga masuk , ckck' gerutuku dalam hati , lalu segera membersihkan dan melihat siapa yang mengetuk itu , aku lihat seorang kakek bungkuk berkulit sawo matang , dengan kepala penuh uban meraba dinding ingin masuk , ia terbatuk-batuk , lalu dia memegang tanganku sebagai tumpuan , dingin , lalu masuk ke dalam toilet . 

' kenapa tidak bawa tongkat ? Aneh dingin banget lagi tangannya ' gumamku dalam hati .

Seorang penumpang dengan bekas codet di wajah dan lehernya menatapku tajam , aku melirik tato yang memenuhi sebagian penuh dari tangannya , aku membuang pandanganku kembali saat melihat mata miliknya yang menyala merah melotot , lalu bergegas menuju kursi dudukku .

Saat aku duduk beranggapan lelah karna hawa dingin masih ada aku mencoba memejamkan mataku , hanya saja tiba- tiba aku mendengar seorang memakan sesuatu bukan keripik namun dia menguyah serasa tepat di sebelah telingaku , aku mencoba tidak peduli , namun suaranya kian keras , sangat keras , saat aku membuka mataku tidak ada siapa-siapa hanya di belakang kursi dudukku ada perempuan seumuranku sedang memakan sesuatu , karna bus ini gelap dan perkiraanku pukul 12 / pukul 1 malam di tambah lagi , bus ini hampir seluruhnya mati lampu di tiap kursinya hanya 2 lampu utama yang ada di tengah dan di atas langit langit supir yang menyala . Wajahnya tak perempuan itu tak terlihat hanya anehnya anak seumuran ku makan sesuatu belepotan ke bibir dan dagunya , 

Hening sangat hening dan suhu udara kian dingin aku menggigil membuka ransel yang kuletakan di bagasi tas kursiku , memakai semua sweater dan jaket yang ada , aku berdiri kembali celingukan , namun enggan bertanya sesama penumpang , di belakang sopir duduk sepasang pegawai kantoran berjas berdasi keduanya sibuk membaca koran .

Aku memutuskan berkeliling agar tidak teras dingin , aku mengamati sopir, kondektur , dan penumpang lainnya , kenapa tidak ada yang merasa dingin , sebab kulihat diantara mereka hanya memakai pakaian tipis , aku berjalan maju mendekati si kondektur dan supir bermaksud bertanya sudah sampai manakah ini . Sambil melirik koran yang di baca dua orang karyawan kantor itu , 

'Harian Rakjat ' nama koran salah satu diantara mereka , ' harian abadi ' untuk agama , bangsa dan negara .

Setahuku tidak ada nama koran seperti itu .aku tertegun sejenak lalu bertanya pada kondektur .

" Mas ini bus nya sampai terminal lagi kapan mas ? " Tegurku  memberanikan diri pada kondektur .

" Sebentar bung , perhentian terakhir " jawabnya tapi tidak menatap wajahku . Lalu asik pada kesibukannya kembali , 

Aku yang merasa jawaban kurang memuaskan menuju kursi supir ,salah satu karyawan  yang membaca koran membalik koran miliknya ,aku tecenggang saat tak sengaja menatap tanggalnya , agak kaget namun aku harus bertanya pada supir aku  segera menepuk pundaknya .

" Pak ini kita kapan sampainya yah ..." 

Tegurku menepuk pundaknya ,dia menoleh kearah ku tersenyum , terkekeh sedikit lalu kembali menyet.....'buaarkkkk' supir membanting stir ke kiri dengan kecepatan tinggi dan tak sengaja menabrak pembatas jalan bus tersebut jatuh meluncur menabrak jurang ,aku bergidik panik namun merasa guncagan dari seluruh penumpang dan badannya yang berbenturan dengan sekujur tubuh ...aku kehilangan kesadaran dan .....

Terbangun ,dalam mimpi di sebelah bantalku terlihat koran dengan headline ' kecelakaan bus Bekasi - Bandung '.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun