' kenapa tidak bawa tongkat ? Aneh dingin banget lagi tangannya ' gumamku dalam hati .
Seorang penumpang dengan bekas codet di wajah dan lehernya menatapku tajam , aku melirik tato yang memenuhi sebagian penuh dari tangannya , aku membuang pandanganku kembali saat melihat mata miliknya yang menyala merah melotot , lalu bergegas menuju kursi dudukku .
Saat aku duduk beranggapan lelah karna hawa dingin masih ada aku mencoba memejamkan mataku , hanya saja tiba- tiba aku mendengar seorang memakan sesuatu bukan keripik namun dia menguyah serasa tepat di sebelah telingaku , aku mencoba tidak peduli , namun suaranya kian keras , sangat keras , saat aku membuka mataku tidak ada siapa-siapa hanya di belakang kursi dudukku ada perempuan seumuranku sedang memakan sesuatu , karna bus ini gelap dan perkiraanku pukul 12 / pukul 1 malam di tambah lagi , bus ini hampir seluruhnya mati lampu di tiap kursinya hanya 2 lampu utama yang ada di tengah dan di atas langit langit supir yang menyala . Wajahnya tak perempuan itu tak terlihat hanya anehnya anak seumuran ku makan sesuatu belepotan ke bibir dan dagunya ,Â
Hening sangat hening dan suhu udara kian dingin aku menggigil membuka ransel yang kuletakan di bagasi tas kursiku , memakai semua sweater dan jaket yang ada , aku berdiri kembali celingukan , namun enggan bertanya sesama penumpang , di belakang sopir duduk sepasang pegawai kantoran berjas berdasi keduanya sibuk membaca koran .
Aku memutuskan berkeliling agar tidak teras dingin , aku mengamati sopir, kondektur , dan penumpang lainnya , kenapa tidak ada yang merasa dingin , sebab kulihat diantara mereka hanya memakai pakaian tipis , aku berjalan maju mendekati si kondektur dan supir bermaksud bertanya sudah sampai manakah ini . Sambil melirik koran yang di baca dua orang karyawan kantor itu ,Â
'Harian Rakjat ' nama koran salah satu diantara mereka , ' harian abadi ' untuk agama , bangsa dan negara .
Setahuku tidak ada nama koran seperti itu .aku tertegun sejenak lalu bertanya pada kondektur .
" Mas ini bus nya sampai terminal lagi kapan mas ? " Tegurku  memberanikan diri pada kondektur .
" Sebentar bung , perhentian terakhir " jawabnya tapi tidak menatap wajahku . Lalu asik pada kesibukannya kembali ,Â
Aku yang merasa jawaban kurang memuaskan menuju kursi supir ,salah satu karyawan  yang membaca koran membalik koran miliknya ,aku tecenggang saat tak sengaja menatap tanggalnya , agak kaget namun aku harus bertanya pada supir aku  segera menepuk pundaknya .
" Pak ini kita kapan sampainya yah ..."Â