Mohon tunggu...
A.IBNU.M.
A.IBNU.M. Mohon Tunggu... Pustakawan - freelancer

Mahasiswa Fakultas Sastra INDONESIA .Blog: https://ibnuamargallerys.blogspot.com/?m=1 website : www.senaribnuamar.wordpress.com. Surel: darkamray@gmail.com. Instagram: @amru_ibn_maruf. Twitter: @Aibnum1

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikrar Terbawa Mati

2 November 2020   11:46 Diperbarui: 2 November 2020   12:13 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Tidak usah, usah sayang " Nadhira membalas elusan itu dan mengelus pipi Aziz .

"Terima...kasih , yah.. sayang ..sudah ...ada ...selama ini buat aku ." Ucap Nadhira terbata dengan air mata yang terus mengalir , darah hangat terus mengalir dari belakang kepalanya membasahi jeans Aziz .

" Kamu gk usah ngomong dlu sayang , kita tunggu bantuan dulu aja ," jawab Aziz sambil celingukan mencari kendaraan yang lewat namun , anehnya tak ada satupun yang saat itu lewat . Nadhira menggeleng lalu berucap terbata. 

" Aku ..jika ..aku tak dapat ... memiliki ...kamu .. maka , ...orang ...lain pun ..tak bisa ... memilikimu... " .

Petir menyambar menjawab ucapan tersebut , saat itu mata nya terpejam saat itu saat terakhir Aziz mendengar nya berbicara terakhir kalinya . Aziz terisak meneriakan namanya keras .dan hujan semakin lebat , tak lama kendaraan berdatangan , betapa aneh nya .

                        00__00__00

Aziz mendekap bingkai itu erat , aliran sungai dari kelopak matanya kini terhenti , sudah 2 tahun kecelakaan kejadian aneh tersebut kian terulang setiap tahunnya tak hanya itu , ketika Aziz berjalan berkeliling mall atau rekreasi seolah tiap perempuan selalu menjauhinya , menjaga jarak karena ada beberapa orang perempuan yang seolah melihat Aziz bergandengan tangan dengan seorang wanita dan Aziz belum mempercayainya , namun paman nya menerangkan bahwa ucapan terakhir Nadhira adalah janji, setelah beberapa tahun belakangan setelah aziz mencoba mencari pengganti nya tak kunjung  ia dapatkan barulah ia percaya hal itu .

" Maaf sayang , kita sudah beda alam ,aku mohon , aku gak mau berlarut dalam kesedihan ini ,aku berhak bahagia meski tanpa kamu , " teriak Aziz di kamar kost miliknya .

( Di tulis berdasarkan cerita asli  milik guru saya di ponpes dengan almarhumah yang tidak ingin di tulis ataupun di publikasikan. )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun