" Tidak usah, usah sayang " Nadhira membalas elusan itu dan mengelus pipi Aziz .
"Terima...kasih , yah.. sayang ..sudah ...ada ...selama ini buat aku ." Ucap Nadhira terbata dengan air mata yang terus mengalir , darah hangat terus mengalir dari belakang kepalanya membasahi jeans Aziz .
" Kamu gk usah ngomong dlu sayang , kita tunggu bantuan dulu aja ," jawab Aziz sambil celingukan mencari kendaraan yang lewat namun , anehnya tak ada satupun yang saat itu lewat . Nadhira menggeleng lalu berucap terbata.Â
" Aku ..jika ..aku tak dapat ... memiliki ...kamu .. maka , ...orang ...lain pun ..tak bisa ... memilikimu... " .
Petir menyambar menjawab ucapan tersebut , saat itu mata nya terpejam saat itu saat terakhir Aziz mendengar nya berbicara terakhir kalinya . Aziz terisak meneriakan namanya keras .dan hujan semakin lebat , tak lama kendaraan berdatangan , betapa aneh nya .
            00__00__00
Aziz mendekap bingkai itu erat , aliran sungai dari kelopak matanya kini terhenti , sudah 2 tahun kecelakaan kejadian aneh tersebut kian terulang setiap tahunnya tak hanya itu , ketika Aziz berjalan berkeliling mall atau rekreasi seolah tiap perempuan selalu menjauhinya , menjaga jarak karena ada beberapa orang perempuan yang seolah melihat Aziz bergandengan tangan dengan seorang wanita dan Aziz belum mempercayainya , namun paman nya menerangkan bahwa ucapan terakhir Nadhira adalah janji, setelah beberapa tahun belakangan setelah aziz mencoba mencari pengganti nya tak kunjung  ia dapatkan barulah ia percaya hal itu .
" Maaf sayang , kita sudah beda alam ,aku mohon , aku gak mau berlarut dalam kesedihan ini ,aku berhak bahagia meski tanpa kamu , " teriak Aziz di kamar kost miliknya .
( Di tulis berdasarkan cerita asli milik guru saya di ponpes dengan almarhumah yang tidak ingin di tulis ataupun di publikasikan. )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H