Melalui tulisan yang singkat ini, saya ingin berbagi cerita, berbagi pengalaman mengenai kisah hidup salah seorang hamba Allah. Semoga teman-teman bisa mengambil pelajaran dari sepenggal episode perjalanan hidup ini, sampai aku menduduki bangku kuliah di IAIN Mataram, semester empat. Perkenalkan namaku Hikmatunnisa', teman-temanku biasa memanggil hikmah atau nisa'. Oleh orang tuaku, khususnya ibu, aku memiliki panggilan special. "cantik" begitu ibu memanggilku.Â
Cantik  menurut persepsi ibu.Terkadang panggilan itu bikin kesal juga karena ibu suka lebay kalo' bilang saya cantik. Ibu bilang, aku  wanita paling cantik tiada tanding. Eeits..,,, kecuali Siti Khadijah, Fatimah Azzahra, Siti Aisyah dan perempuan-perempuan cantik  yang disertai akhlakul karimah pada zamannya. Semoga panggilan ibu menjadi do'a untukku, tidak hanya cantik wajah tapi juga akhlak, seperti perempuan-perempuan hebat yang aku sebutkan tadi.Â
Aku anak pertama dan satu-satunya perempuan dari tiga bersaudara. Aku tinggal di sebuah kampung yang jauh dari keramaian kota. Dibesarkan dilingkungan keluarga yang agamais dan ekonomis.Terlahir di  tempat yang jauh dari tempat tinggal saya sekarang, di Karosa-Sulawesi Selatan yang sekarang berubah menjadi Sulawesi Barat.
Banyak orang mengatakan sungguh beruntung seorang Hikmatunnisa' bisa berkuliah saat ini, padahal ibunya hanyalah seorang pedagang serabi keliling. Aah .. sebelumnya orang-orang itu mengucilkanku, "bagaimana mungkin kamu bisa kuliah? Jangan memaksakan kehendak ! ibumu hanyalah pedagang serabi keliling ! ayah yang kamu harapkan entah kemana perginya, Â jangan mimpi bisa kuliah ! syukur syukur kamu bisa makan.
waktu itu mereka sih bisanya ngemeng doang, mereka tidak tau betapa perihnya hati ketika dikatai seperti itu. Dan toh.. saya juga tidak memintai uang mereka, kenapa mereka yang sewot  mendengar keingiananku untuk melanjutkan sekolah. Ya allah ko' saya jadi marah-marah gini. Ammpuun ya roob... hhmm memang benar sih keadaan ibu waktu itu yang tak sanggup membiayaiku kuliah. Tapi akuuu ingin sekolah !!. aku tak pernah berontak untuk di sekolahkan karena aku paham betul keadaan ibu. Yang bisa kulakukan hanya do'a disetiap solatku dan meminta do'a ibu.
Setiap orang tentu memiliki pengalaman yang berbeda-beda tapi hakekatnya tetap sama... mereka yang bisa sukses adalah mereka yang LULUS saat menghadapi ujian dan mereka tidak pernah mengeluh saat itu terjadi, dan tidak pernah berhenti berdo'a dan mencoba.
"Cobaan adalah suatu kejadian yang diperkenankan terjadi oleh tuhan, agar hambanya jauh menjadi lebih baik, dan seseorang diberi cobaan sesuai dengan kemampuannya"
Cobaan pertama !
Semenjak kepulanganku dari Sulawesi aku tinggal bersama kakek dan nenek. Because, orang tuaku saat itu berpisah ketika masih kecil.  Meskipun saat itu aku belum paham betul tentang sebuah perceraian namun  terkadang aku merindukan kehadiran orang tua. Masa kanak-kanakku kulalui tanpa kasih sayang orang tua.  Ayah yang saat itu pergi merantau mencari nafkah. Kemudian ibu yang tak tau entah dimana sampai terdengar kabarnya bahwa dia menikah lagi. Ketidak harmonisan orang tua yang menyebabkan mereka berpisah mungkin banyak  dialami oleh anak-anak lainnya, dan aku adalah salah satu dari sekian anak yang merasakan kurang kasih sayang ortu.  Ini memang belum seberapa bagi orang yang telah mengalami cobaan yang bertubi-tubi. tapi sekali lagi ini adalah kadar kemampuanku ketika itu.  Setiap orang pasti akan mendapat  ujian  seiring dengan  berjalannya waktu  agar kita lebih dewasa dalam berfikir dan lebih arif dalam menyikapi sesuatu. Sesungguhnya tidak hanya dengan musibah dan kesedihan  kita diuji akan tetapi  juga dengan harta benda, istri, suami, anak dan kesenangan dunia lainnya adalah ujian.
Keluarga baruku
Setelah genap berumur tujuh tahun, kakek dan nenek memasukkanku ke madrasah ibtidaiyah. Di sekolah pertamaku, aku mendapatkan  teman teman-baru. Disamping itu, nenek  juga mengantarku  pada seorang ustadz yang memiliki diniyah. Namanya Diniyah Al-Ma'hadi. Diniyah menjadi rumah keduaku. Teman-teman mengaji menjadi keluarga besarku. Disana aku belajar ilmu agama. Pak ustadz sudah ku anggap sebagai orang  tuaku, dari dulu dan selamanya. J
Zam-Zam (berkumpul)
Seteleh sekian lama berpisah akhirnya dua sejoli dipersatukan kembali oleh takdir dan berkumpul  dengan kedua anaknya. baru kemudian lahirlah sibungsu yang diberi nama Zam zami Ardi yang artinya berkumpul di dunia.
Cobaan kedua !
Untuk kedua kalinya ayah dan ibukku berpisah ketika aku duduk dibangku Madrasah Aliyah kelasa tig.  Tiga kali puasa, tiga kali lebaran ayah tak pulang-pulang, kabarnya pun tak terdengar. Eeits.. Ayahku bukan Bang Toyib yang dinyanyikan di lagu dangdut itu, tapi memang  ayah tak pulang-pulang walaupun  hanya sekedar bertemu dengan anak-anaknya ataupun  dengan nenek, ibu yang mengandungnya.  Kabarnya hilang lenyap bagaikan ditelan ombak.. cieeh,  baru kemudian terdengar kabar ayah menikah lagi. Tapi ternyata just issue, tak ada yang tau pasti kabar dan keberadaannya. Aku dan adik-adikku tinggal dengan ibu. Untuk menghidupi kami bertiga ibu berjualan serabi keliling kampung.
Tetap semangat !
Aku tak mau larut dalam kerinduan pada ayah. Aku tetap menjalani aktifitas seperti biasa, sekolah dan mengajar ngaji.
Galau !
Mendekati waktu ujian kelulusan MA, aku dihingapi kegalauan. Kerinduan pada sosok ayah yang selalu coba kutepis tak bisa kubendung lagi.  Belum lagi aku kasian pada ibu yang kesepian tanpa  ayah. Ibu pernah bilang "walau bagaimanapun ayah, ibu tetap menyayanginya". So sweet. Kegalauanku juga karena aku tidak bisa melanjutkan sekolah. Sempat aku tidak sekolah selama tiga hari karena kegalauanku. Tiga hari, tiga malam aku tidak keluar kamar kecuali untuk ambil air whudu' ketika waktu sholat. Dan  keluar untuk makan, tapi sediikit heehe.. nggak ada nafsu makan.
Ibu perihatin dengan keadaanku. Ibu tahu, kuat keinginanku untuk melanjutkan sekolah saat itu. "sabar nak, jika ada ayah mungkin kamu bisa melanjutkan sekolah. Ibu juga sangat ingin melihatmu melanjutkan sekolah. Tapi bagaimana ibu bisa membiayaimu dengan hasil berjualan serabi yang tak seberapa" (dengan raut wajah sedih). Tak ingin melihat ibuku sedih ku katakan pada ibu, "bu' saya Cuma minta do'anya, tahun depan saya akan kuliah, semoga diberi  jalan kemudahan. Ibu tau ucapanku hanya untuk menghiburnya. (dengan wajah tersenyum) "siapa yang akan membiayaimu nak?". "Allah" J... (jawabku mantap). Hah.. teringat sekali moment itu dikepalaku.
Di sayang
Di tengah kegalauanku, aku mencoba untuk bangkit lagi. Ibu, adek-adekku, guru ngaji dan adek-adek di pengajian menjadi motivasiku. Beruntungnya guru-guru di madrasah juga menyayangiku. Aku dekat dengan mereka, kedekatanku  bukan karena aku anak paling pintar, bukan  karena aku anak paling kaya, bukan pula aku anak paling cantik sehingga aku dilirik ustadz-ustadzah di madrasah. Akan tetapi karena aku murid karatan disana hehe.. bayangkan, dari MI, MTS, MA yang selama itu mereka mengenalku sebagai anak yang patuh dan penurut, heheheee,,,  makanya disayang. Aku juga dijadikan ajang curhat kepala sekolahku. Eh.. curhatnya masih tentang ruang lingkup madrasah. Mengenai murud-murid  yang bermasalah sampai guru-guru yang malas  mengajar. Tak jarang aku dimintai pendapat tentang mereka. ciyee..
Pada suatu hari, setelah selesai membaca do'a bersama di lapangan sekolah (rutinitas setiap pagi sebelum masuk kelas)  kepala yayasan memintaku keruangannya. Tak biasanya aku dipanggil sepagi itu, tanpa rasa curiga ku langkahkankan kakiku dengan ringannya menuju ruangan kepala yayasan. "Assalamu'alaikum pak". "Wa'alikumussalam, silahkan duduk Nisa'. Beliau mempersilahkanku duduk kemudian langsung mengutarakan maksudnya memanggiku keruangannya. Sebelumnya beliau sudah mengetahui bahwa aku tidak melanjutkan sekolah . Selepas sekolah beliau memintaku untuk  tinggal  di Madarasah untuk bantu-bantu. Yah.. bantu  buatin guru-guru kopi ketika jam istirahat, menjaga perpus, menjaga koprasi, dan mengerjakan  apa saja yang bisa saya kerjakan . Hebat kan J... dapat pengalaman yang berharga saat-saat di Madrasah. Jadi lebih akrab dengan guru-guruku.
 Do'a ibu terijabah !
Hampir satu tahun telah berlalu, sampai pada akhirnya seorang guru di Madrasah menawarkanku kuliah gratis disebuah perguruan tinggi UNHAS Makasar, dengan memenuhi beberapa persyaratan, mengambil jurusan-jurusan yang telah ditentukan. Namun keluargaku tidak mengizinkan, ibu, dan termasuk nenek yang paling khawatir ketika mendengar itu, karena  menurut mereka Makasar terlalu jauh , dan seorang anak perempuan tak boleh bepergian jauh. Yah ..,,, aku positif thingking aja, itu berarti mereka menyayangiku, takut akan terjadi apa-apa denganku.
Walaupun keluargaku tak mengizinkan aku tetap mengikuti tes,  Eeh .. bandel. Kemudian aku ditawarkan mendaftar lagi di sebuah perguruan tinggi di Mataram, IAIN dan di MUHAMMADIYAH. Ku ikuti saja prosesnya, mulai dari mendaftar, didaftarkan. biaya pendaftaran, sepeserpun tak ada pengeluaran , hanya diminta menyiapkan data-data sebagai persyaratan masuk kuliah. Subahanallah lancarr... betul. Terjawab sudah do'aku dan do'a ibu. Dan  dia memang dikirim Tuhan untuk membantuku J. Eeits.. jangan salah paham dulu. "dia" yang kumaksudkan adalah guru BK yang mengajar di madrasahku dan kebetulan aku memiliki hubungan keluarga dengannya.
CLBK (cinta lama bersemi kembali)
Sang pangeran yang telah lama menghilang, yang dinanti-nantikan kehadirannya oleh tuan putri akhirnya pulang kembali. Sang pangeran kembali ketika anak pertamanya akan masuk kulaih. Singkat cerita, cinta mereka bersatu kembali setelah sekian lama berpisah. Sekarang sang pangeran dan tuan putri hidup bahagia dengan ke tiga anaknya. Hidup bahagia selamanya.. amin
Kenapa saya harus kuliah !
Jika ingin pintar tak mesti dengan kuliah, karena belajar bisa dimana saja dan dengan banyak macam cara. Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan  menjadi kaya tidak diharuskan dengan kuliyah. Karena banyak buktinya orang-orang sukses yang hanya tamatan SMA, tidak bermodalkan uang dan ijazah mereka bisa sukses. Just ketekunan dan keuletan yang tak pernah surut menjadi modal mereka. So what is your reason hikmatunnisa'? "saya ingin menikmati, melewati proses hidup dengan merasakan bagaimana  menuntut ilmu  di bangku kuliah. Dan membuktikan pada orang lain, anak pedagang serabi bisa kuliah, dan aku juga ingin menjadi theperfect Muslimah. Mimpii......,,, mana ada the perfect Muslimah? Nggak ada yang perfect di dunia ini ! Bagaimana bisa menjadi the perfect muslimah?
Menjadi perfect Muslimah
Perfect muslimah bukan perempuan yang turun dari langit yang  memiliki kesempurnaan dalam akhlak, paras cantik, keluasan ilmu pengetahuan, yang nyaris tanpa cela kemudian membuat iri para perempuan lainnya. Perfect muslimah adalah manusia biasa, tetapi ia belajar mengasah jiwa, ia belajar mengasah rasa. belajar mengasah jiwa agar peka terhadap kebaikan. Ia senantiasa meluhurkan budi pekertinya. Ia mengasah intelektualitasnya. Bekerja keras untuk kemandirian dirinya agar tak bergantung pada orang lain.
 Berjuang untuk  menjadikan hidupnya bermanfaat bagi orang banyak. Terus menerus memperbaiki dirinya, melakukan pertaubatan, memperbanyak amal ibadah, karena perfect muslimah bukan manusia tanpa dosa. Hanya saja kebaikan yang terus menerus dilakukan sehingga kesalahan-kesalahan yang ada pada dirinya tidak nampak. Perfect muslimah adalah yang taat pada Allah dan rasulnya kemudian dengan ilmunya dia memberikan kontribusi bagi sesama. Menjadi perfect muslimah mungkin sulit,  tapi setidaknya  kita berusaha mendekati kriteria theperfectmuslimah.
***
Ya allah, ya rabbi cobaan demi cobaan akan engkau berikan padaku. Saat ini mungkin belum seberapa. Diluar sana begitu banyak yang kau uji dengan cobaan yang lebih berat. Pintaku ya Allah "semoga aku bisa melewatinya dengan lapang dada dan semoga cobaan demi cobaan itu bisa menambah imanku.
Ku tahu dari cobaan yang sudah dan belum hamba lalui, bahwa engkau merencanakan sesuatu untukku. Engkau ingin aku belajar tentang kehidupan.
Jika seseorang ingin menggapai mimpi, engkau giring kedalam keterpurukan, kegagalan, kerugian, agar lebih banyak belajar, bisa menjadi lebih dewasa dan bijaksana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H