Ya, Anda tidak salah membaca judul diatas. Sebelum anda heran dan emosi dengan judul yang saya tuliskan, saya harap anda meluangkan waktu Anda untuk membaca artikel yang dapat merubah paradigma Anda seumur hidup Anda hingga menyelamatkan hidup Anda!
Beberapa pekan yang lalu, terdapat sebuah brand smartphone sangat ternama yang baru saja mengeluarkan model smartphone foldable (gawai yang dapat menjadi sebuah ponsel sekaligus menjadi sebuah tablet) dengan fitur-fitur dan terutama pada desain yang memikat hati saya sebagai seorang pengamat dunia smartphone -- bahkan saya sempat mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pemasok smartphone bekas sedari saya masih duduk di bangku SMP.
Ketika kita tarik mundur untuk melihat perkembangan sejarah smartphone, kita dapat melihat lompatan eksponensial perkembangan teknologi dunia; mulai dari sebuah telepon berukuran seperti batu bata ringan dengan daya tahan baterai selama 30 menit saja pada tahun 1980an, dilanjutkan dengan munculnya ponsel dengan layar berwarna sederhana dan kamera pada awal tahun 2000an, munculnya Steve Jobs dengan iPhone yang melakukan revolusi dalam bagaimana manusia mempersepsikan sebuah smartphone yang dapat kita operasikan 'alat' yang kita miliki dari kita lahir (yakni kelima jari kita) pada tahun 2007, hingga teknologi termutakhir smartphone lipat dengan prosesor yang berlipat-lipat lebih powerful dibandingkan ponsel sebelumnya.Â
Kembali lagi kepada pengalaman pribadi saya; saya saat ini sebetulnya sudah memiliki sebuah smartphone lipat yang sangat mumpuni untuk kebutuhan saya yang hanya sekedar pengguna kasual, yakni hanya digunakan sebagai alat produktivitas (membaca, mengetik dan mengedit dokumen) dan alat komunikasi saja (meskipun opsi kedua ini tentunya langsung dibantah oleh rekan-rekan saya oleh karena saya sangat lambat dalam merespon pesan WhatsApp mereka). Tetapi saya masih ingin sekali mempunyai smartphone lipat baru dan ternyata saya mendapati kenyataan yang pahit bahwa smartphone tersebut diperkirakan akan dibanderol dengan harga Rp. 32.000.000! Bagi Anda mungkin angka ini terdengar biasa saja, namun bagi saya angka ini sangatlah fantastis -- bahkan menurut saya uang sebanyak itu seharusnya dialokasikan saja untuk modal usaha saja! Setelah saya mengetahui harga gawai tersebut, saya spontan langsung mengelus-elus smartphone saya sambil berkataÂ
Bro, tolong awet-awet ya. Nggak ada duit lagi gue buat beli hape lipet!
Jokes aside, pengalaman saya di atas adalah pembuka artikel ini; saat ini sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak muda (terutama Gen Z) menganggap bahwa mempunyai smartphone terbaru--terutama iPhone--adalah sebuah kebanggaan yang dapat meningkatkan harga diri, atau dengan beralasan menggunakan iPhone oleh karena kameranya sangatlah sempurna untuk keperluan Instagram dan foto-foto. Tak tanggung-tanggung, bahkan banyak berita memuat anak-anak muda yang rela untuk berhutang (baik melalui kartu kredit atau dengan pinjaman online dengan bunga yang tidak masuk akal!) demi meminang sebuah iPhone terbaru. Salah satu berita paling ikonik adalah mengenai pemilik iPhone 15 pertama di Indonesia ternyata diekspos oleh teman-temannya sendiri di sosial media bahwa ia mempunyai banyak hutang, namun masih sempat-sempatnya untuk membeli iPhone!
Pada artikel ini, ada dua hal yang akan saya bahas. Pertama adalah mengenai spesifikasi apa sebenarnya yang kita butuhkan untuk ponsel kita dan kedua adalah mengenai perhitungan dalam membeli ponsel flagship (baca: ponsel termahal oleh setiap produsen).
Pertama: Spekifikasi apa yang sebenarnya Anda butuhkan?
Pada saat kita akan membeli smartphone baru, kita bisa saja masuk kepada bias bahwa kita memerlukan spesifikasi lebih dari yang kita butuhkan. Anda perlu mengetahui bahwa ada banyak sekali kategori seseorang dalam penggunaan smartphone; disini saya akan menguraikan salah ketiganya:
Pertama: Pengguna berat dan/atau professional, yakni anda memerlukan daya dalam smartphone yang lebih kuat. Professional yang saya maksudkan disini bukanlah orang profesional dalam arti pekerja kantoran, namun kepada konten kreator yang memang memerlukan peralatan yang canggih untuk menunjang pekerjaan. Namun saya rasa apabila anda adalah pengguna berat, maka Anda sepatutnya sudah cukup familiar dengan berbagai spesifikasi dibandingkan orang awam.Â
Anda jangan serta merta mengkategorikan diri sendiri dalam kategori ini; Anda harus benar-benar merefleksikan apakah anda membutuhkan spesifikasi yang sangat tinggi, atau anda memang sekedar ingin memuaskan diri anda dengan mendapatkan smartphone tercanggih dan termahal saat ini. Jika iya, maka analoginya adalah seperti anda menggunakan mobil balap F1 di jalan raya Jakarta yang begitu macet. Potensi dayanya terbuang sia-sia, dan Anda juga sudah membuang banyak uang yang seharusnya dapat digunakan untuk kebutuhan lain
Kedua: Pengguna kasual, yakni anda hanya sekedar menggunakan smartphone Anda sebagai alat komunikasi, entertainment (untuk menonton video dan permainan ringan) dan sebagai alat untuk mengambil foto secara sederhana. Seyogyanya pengguna kasual tidak memerlukan smartphone yang terkencang, namun masih saja ada orang yang berpikir bahwa mereka memerlukan spesifikasi yang lebih canggih dengan dalih untuk berjaga-jaga jika ada penggunaan yang lebih intensif.Â
Berikut ini kriteria smartphone yang sesuai untuk pengguna kasual di tahun 2024 menurut saya:
Menggunakan RAM setidak-tidaknya 4GB, namun sangat disarankan untuk menggunakan RAM sebanyak 8GB
Prosesor dengan skor sekurang-kurangnya Antutu Benchmark diatas 200.000 dan fabrikasi (atau ukuran) nanometer yang kecil. Semakin kecil maka cenderung semakin baik dan efisien (tergantung dengan tipe prosesornya).
Tidak perlu tergoda oleh pemikiran bahwa semakin banyak kamera maka akan semakin baik. Lebih baik memiliki satu atau dua lensa kamera namun dengan kualitas yang baik, akan tetapi jangan berharap lebih dalam hal kualitas untuk smartphone budget atau kelas menengah.
Apabila Anda  berani untuk membeli barang seken, maka Anda bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan membeli sebuah smartphone baru. Hal ini akan saya bahas nantinya.
Ketiga: Memang Anda sudah punya banyak uang dan tidak begitu memikirkan biaya depresiasi lagi oleh karena uang yang Anda miliki dapat membeli puluhan atau ratusan smartphone tersebut tanpa harus berhutang dan dapat tidur dengan nyenyak tanpa perlu memikirkan besok akan makan apa.
Kedua: Mengapa Membeli Smartphone Baru adalah Keputusan Orang yang Bodoh?
Selama tujuh tahun saya menjadi pemasok smartphone bekas, saya memiliki sebuah siklus  mengenai depresiasi harga smartphone flagship baru. Dengan membeli smartphone flagship baru, maka Anda telah secara sadar atau tidak telah merelakan uang Anda hilang hampir 50% dalam kurun waktu satu tahun. Sama halnya dengan membeli mobil baru, dengan Anda membuka segel smartphone tersebut maka harga jual kembalinya sudah turun beberapa ratus ribu (atau bahkan beberapa juta)! Hal ini semakin diperparah apabila Anda membelinya dengan menggunakan program cicilan dengan bunga yang tidak sedikit. Sejatinya membeli smartphone flagship baru dengan dana yang pas atau bahkan mencicil adalah sebuah tindakan yang keliru, tetapi kenyataanya banyak anak muda yang rela masuk kedalam 'mulut buaya' ini.
Sebagai contoh akan saya gunakan Samsung Galaxy Z Flip 5 yang dirilis tahun lalu yang dibanderol dengan harga Rp. 16.000.000 di website resmi Samsung (https://www.samsung.com/id/smartphones/galaxy-z-flip5/buy/), kini dapat ditemukan dengan rata-rata 9-10 jutaan saja. Bahkan saya sempat menemukan dengan harga 7 juta saja!
Bayangkan jika Anda menggunakan smartphone tersebut selama beberapa tahun, bisa-bisa malah hanya tersisa 10%-20%nya saja! Sebagai contoh saya akan menggunakan Z Flip 3 yang dikeluarkan dua tahun yang lalu dengan harga baru yang sama dengan Flip 5, kini hanya dihargai 3-4 jutaan saja (yakni Anda bisa kehilangan 80% uang anda dengan membeli smartphone baru!) dan harga ini pastinya akan terus menurun dengan dirilisnya Z Flip 6 di tahun 2024. Saya membeli smartphone saya dengan syarat harus berusia minimal diatas satu setengah tahun dan saya mampu membeli smartphone tersebut sebanyak tiga kali, sehingga depresiasi yang saya rasakan tidak membuat saya 'jatuh miskin'.
Memang benar bahwa smartphone menengah dan produk-produk iPhone mengalami depresiasi yang lebih lambat, namun tetap saja bagaimana Anda bisa 'nyaman' dengan fakta bahwa anda akan kehilangan hampir 80% uang Anda untuk membeli sebuah barang yang sebenarnya terlalu overkill (berlebihan) dalam kurun waktu beberapa tahun saja? Kecuali jika Anda memang memiliki kemampuan dana yang sangat berlebih, hal ini saya anggap sama berbahayanya dengan investasi asal-asalan atau bahkan judi online!Â
Penutup
Artikel singkat ini saya buat dengan sangat sederhana sebagai sebuah kiat sederhana bagi Anda dalam mempunyai kesadaran bahwa Anda tidak memerlukan smartphone termahal, tercanggih atau terbaru untuk memenuhi kebutuhan Anda (baik kebutuhan produktivitas atau kebutuhan harga diri Anda). Ada hal-hal lain yang Anda dapat lakukan untuk meningkatkan rekognisi orang mengenai Anda selain dengan menggunakan iPhone. Uang tersebut dapat Anda gunakan untuk hal-hal yang lebih berdaya-guna di tengah ketidakpastian ekonomi dunia ini. Saya berharap artikel ini dapat menyadarkan Anda perihal 'jebakan finansial' dalam hal membeli smartphone baru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H