Mohon tunggu...
Amania Khoiru Nisa
Amania Khoiru Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

mahasiswa Perencanaan WIlayah dan Kota Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jika Batik Kliwonan Sragen Menjadi Destinasi Wisata Internasional

28 September 2022   21:50 Diperbarui: 28 September 2022   21:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Indonesia terkenal dengan berbagai keanekaragaman suku dan budayanya. Masing -- masing daerah di Indonesia memiliki ciri khasnya yang unik dan  menarik, Salah satu kebangaan masyarakat Indosensia adalah kain batiknya yang diakui olah dunia. Warisan budaya ini semakin membanggakan saat diakui oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan atau budaya tak benda atau juga disebut sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, tepatnya pada 2 Oktober 2009.

            Penggunaan kain batik sendiri sudah diminati berbagai kalangan. Tak hanya orang -- oran tua saja, namun juga para pemuda mulai menaruh minat pada batik. Beberapa desainer juga menggunakan kain batik sebagai salah satu tren mode yang menarik. Ditambah lagi, muculnya rasa cinta produk local yang mulai ditanamkan pada masyarakat Indonesia membuat batik semakin tenar saja dikalangan masyarakat luas.

Dampaknya, kain batik semakin banyak di digunakan dalam kehidupan sehari - hari. Banyak yang memanfaatkan batik sebagai salah satu model dalam berpakaian, bahkan banyak institusi yang ada memanfaatkan batik sebagai salah satu seragam dinas hariannya. Tingginya minat konsumen terhadap batik inilah yang membuat produsen mau tak mau juga harus menaikkan jumlah produksinya.

Beberapa wilayah di Indonesia terkenal sebagai wilayah produksi batik terbesar di   Indonesia. Beberapa wilayah tersebut seperti, Solo, Jogja, dan Pekalongan sangat terkenal dengan kualitas batik yang mumpuni. Solo dengan Kampung Batik Laweyan nya, Jogja dengan Kampung Batik Giriloyo, dan Pekalongan dengan Kampung Batik Kauman mampu menghasilkan berton-ton kain batik dalam satu bulan.

Jika membicarakan tentang kampung produsen batik, masih ada satu desa produsen batik yang menjadi pemasok batik untuk kluster Solo -- Jogja, yaitu desa Kliwonan di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Lokasinya tidak jauh dari Kota Solo dan Kabupaten Sragen. Berada di dekat Pasar Masaran dan dekat aliran sungai.

Ada sekitar 100 UKM yang aktif di daerah ini dengan total tak kurang dari 1000 orang. Rata-rata, hampir setiap rumah yang ada di Desa Kliwonan memiliki pabrik produksi batik di halaman belakang rumahnya. Hamper setiap kapala keluarga pasti memiliki usaha batik. Meskipun banyak yang home industry, tapi kualitas yang dihasilkan tidak sembarangan. Kualitas batik dari Desa Kliwonan ini sudah diakui bahkan sampai menyentuh pasar ekspor ke luar negri.

Kabupaten Sragen diharapkan bisa menjadi sektor wisata yang terkenal dikancah internasional. Salah satunya dengan mendorong potensi Desa Wisata Batik Kliwonan. Selain Desa Kliwonan, ada beberapa objek wisata lainnya yang bisa ditawaran Kabupaten Sragen, seperti Waduk Kedung Ombo, Situs Manusia Purba Sangiran dan Wisata New Kemukus.  

Kepala Desa Kliwonan menyatakan bahwa berbagai upaya dilakukan agar Desa Kliwonan dapat terkenal hingga potensi wisatanya menarik minat wisatawan internasional datang berkunjung. Salah satu caranya dengan maksimalkan peran BUMDes yang ada. Diharapkan, Desa Wisata Kliwonan dapat mendunia seperti Joger di Bali.

Apa yang mungkin terjadi jika Kabupaten Sragen berhasil menarik perhartian internasional lewat Desa Wisata Lingkungan?

            Hadirnya wisatawan mancanegara memungkinkan bertambahnya potensi kenaikan permintaan produksi kain batik dari Kliwonan. Tingginya produksi pasti akan diimbangi dengan meningkatnya limbah yang dikeluarkan.

            Pada umumnya, limbah dari hasil produksi kain batik merupakan sisa lilin atau malam, sisa mori atau kain, sisa air pewarnaan dan juga sisa air pelorodan. Limbah hasil pembuatan batik ini mengandung banyak bahan pencemar yang harus diolah dengan baik sebelum dibuang, contohnya Cr ( Krom ) dan Pb ( Timbal ). Limbah batik yang tidak diolah dengan baik dapat menimbulkan efek luas seperti masalah kesehatan, punahnya biota sungai dan rusaknya biota laut.

            "Dampaknya itu penyakit, terutama paling banyak penyakit kulit. Jika meresap ke sumur dan kemudian airnya dikonsumsi maka berpotensi menimbulkan kanker. Kalau dibuang ke sungai tentu akan merusak biota. Ikan, ganggang, dan organisme lainnya dapat mati . Jika sudah meracuni sungai, larinya akan ke laut. Kalau itu terjadi maka jumlah populasi ikan yang ada di laut dapat turun drastis. Biota tidak bisa hidup dalam lingkungan yang tercemar" ungkap Dr. Roto, Peneliti di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Banyak masyarakat produsen batik di Desa Kliwonan saat ini membuang limbahnya ke laut. Jarak Sragen dengan laut sangat jauh, itulah sebabnya masyarakat memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo untuk membawa limbah batik menuju ke laut lepas. Jika dibiarkan terus -- menerus, apalgi jika cita -- cita  Kabupaten Sragen ingin membawa Batik Kliwonan terkenal di dunia Internasional, maka proses pembuangan limbah sisa batik tidak dapat dibiarkan terus berjalan seperti ini.

Hasil limbah batik yang tidak dikelola secara serius dapat merugikan masyarakat luas. Tidak hanya masyarakat Kliwonan sendiri yang dirugikan, namun masyarakat Sragen dan sekitarnya juga akan dirugikan. Penduduk yang tinggal di area produksi batik dan area sekitar aliran sungai Bengawan Solo suatu saat dapat terganggu masalah kesehatannya disebabkan efek air yang tercemar.

Selain limbah pabrik kain batik, perlu diperhatikan lagi sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Sragen. Semakin terkenal Desa Wisata Batik Kliwonan, maka akan semakin meningkat jumlah turis dan wisatawan yang datang, baik lokal maupun internasional.

Jalan menuju desa ini tidak begitu luas, meskipun aksesnya mudah. Terlalu pas untuk dua mobil bersimpangan dan sulit untuk kendaraan besar seperti bus bersimpangan di jalan ini. Jika tidak dilakukan pelebaran jalan, dapat dipastikan akan terjadi kemacetan, terlebih salah satu akses masuknya melewati jalan Pasar Masaran yang terkenal selalu ramai. Efeknya, jika rute Pasar Masaran macet, ada kemungkinan ini akan mengganggu jalan raya Solo -- Sragen yang juga jalan provinsi penghubung Jawa tengah dan Jawa Timur.  Tentunya, mobilitas kendaraan yang lewat terutama truk pengangkut barang dan bus penumpang serta kendaraan pribadi akan terhambat. Waktu produktif bekerja bisa berkurang dan terjadi pembuangan waktu yang sia -- sia dikala terjadi macet.

Selain itu, Kabupaten Sragen merupakan Kabupaten yang asri lingkungan alamnya. Dengan background gunung Merapi dan Merbabu serta hamparan sawah, membuat Desa Kliwonan menjadi desa yang masih terasa alaminya. Tentu ini pasti akan berubah jika angka pengunjung terus meningkat. Seperti berkurangnya lahan untuk mendirikan fasilitas pengunjung dan juga meningkatnya sampah yang diproduksi dalam satu harinya.

Terlebih, para turis tidak mungkin hanya singgah di Desa Wisata Batik Kliwonan, dapat dipastikan turis juga berkunjung ke wilayah Sragen lainnya. Wilayah Kabupaten Sragen yang lainnya juga harus bersiap memantaskan diri. Tentu ini semua butuh bantuan pemerintah, mulai dari pengadaan area pengolahan limbah sisa produksi batik, pelebaran jalan hingga pengolahan sampah yang baik di seluruh kawasan Sragen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun