Pada Pundakmu Kugantungkan Harapan
Telapak Tanganmu Bergariskan Luka
Hendak Kau Berbohong baik-baik sajakan?
Hahaha....Berbohong!Kelopak matamu menangiskan Lelah.
Diam Bersama Hawa dingin,Menabrak Embun pagi
Masuki kubuh kumuh Tetangga
Mengais Paha,Merentangkan Tawa Palsu
Emis Ngemis,Rantangkanku Sedikit Rupiah
“Anak-ku Calon Berdasi”.
Nah..Aku,Saya,Beta Disini?
Bernyanyi Bersama Jangkrik-Jangkrik Berduit
Tenggelam Dalam Nikmatnya Eforia Buana
Menolak Rupa,Berseragamkan Gengsi.
Alangkah Baiknya Kuberkubuh
Berbenah Dalam Nuansa Luar Biasa
Derajatku Kian Kini Berfaedah
Menapak Kepuncak,Menuai Ilmu.
Enggan Kuhempaskan Kerinduan
Dulu,Aku Tak Terpentalkan Dari Ketiak Mama
Kini Menggulung Tikar,Berlabu Mandiri
Melawan Hari Buntu!Melukiskan Nawa Cita.
Baiknya Kuberkubuh,
Menari Bersama Pena,
Menjadi Budak Sajak Penuh Warna Bianglala
Hingga Timbul Baskara,Terangi Jagat Penuh Haru.
Angan Hati Terus Meringgis Kesakitan
Aku Lelah,Sungguh!Dahagaku Merajuk Haus
Kerasnya Buana Mengugah Kalbu
Asa Dan Mimpi Kusudujkan Pada-Mu.
Dalam Asa, Kurapihkan Genggaman Tangan
Kulantukan Sujud Dalam Rantai Kemenangan
Bawalah Daku pada Mimpi Cakrawala
“Anakku Calon Berdasi”.
TDM3,selasa14februari2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H