Oleh: Amandus Sali Kofi
Mahasiswa Fakultas Hukum Undana.
Bila Takdir Tak Mampu Menyatu
Lalu Untuk Apa Rasa Dan Cinta Ini Tumbuh ?
Doa Akan Menyatu Pada Untaian Yang Sama: Keutuhan
Namun Bulir Syukurku Melambaikan "Rosario Ku "Dan Kau "Pada Salibmu"
Â
Kini Fajar Telah Jatuh Pupus Pada Dunia
Kemulian  Sandyakala Tak Lagi Laksmi
Untuk Apa Menceritakan  Kagum Dan Cinta
Bila Indahnya Jingga Ditenggelamkan Gelap Malam
Â
Di Kala Pagi Matahari Mengalahkan Kuasa Bulan
Remang Bintang Tak Bercahayakan Kenangan
Bulan Tanpa Kecewa Pada Tuhannya
Mengapa Tak Keduanya Memenangkan Bumi.
Â
Kini Syalomu-Mu Dan Salve-Ku Tak Lagi Menyapa
Ibadat-Mu Dan Misa-Ku Tak Dapat Menyatu
Kerabat Imanmu Tak Mungkin  Kau Hempaskan
Sial...Mata Telah Membodohi Hati
Â
Dahulu Aku Kira Kita Adalah 2 Rusuk Yang Satu
Bertemu Dalam Jemari Yang Menguatkan
Raga Berharap Menyatu Di Penghujung Kisah
Bersama Memenangkan Bumi Jadi Kayal Yang Ku Aminkan.
Â
Bukan Lagi Kisah Kita Ini Kisahnya
Dan Aku Akan Terus Menulis Puisi
Menyanyikan Kenyataan Pada Sajak
"Kita Adalah Takdir Yang Tak Bersahabat"
Seiman Tak Se Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H