Mohon tunggu...
Amanda SalmaFaiqa
Amanda SalmaFaiqa Mohon Tunggu... Jurnalis - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

seorang mahasiswa jurnalistik semester 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sasaran kepada Retorika Dakwah

2 Juli 2024   05:57 Diperbarui: 2 Juli 2024   06:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan amanda Salma Faiqa

Dosen san Mahasisea Retorika UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Secara umum, sasaran retorika dakwah adalah manusia, baik muslim, kafir, dan munafik. Pada masa awal Islam, Nabi berdakwah berdasar titah Allah yang termaktub di dalam al-Qur'an. Untuk membuat peta sasaran dakwah retorika dapat merujuk pada respons manusia terhadap al-Qur'an.

Ayat yang menunjukkan tespons manusia terhadao al-Qur'an terukir secara permanen dalam makna ayat, "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (QS. Fathir/35: 32).

Berdasar ayat ini, kelompok pertama merespons turunnya al Quran dengan cara menganiaya diri sendiri (zalim linafsih).

Frasa ini, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya,  adalah  orang yang lalai terhadap sebagian dari perintah yang diwajibkan dan malah mengerjakan sebagian dari larangan yang diharamkan.

Misalnya, al Quan memerintahkan menyembah Allah, dia malah menyembah berhala. Ketika al Quran menitahkan membayar zakat, dia malah mangkir dan mengemplangnya. Namun ketika al Quran menyuruh berbuat yang makruf, sebaliknya dia malah melakukan yang munkar.

Berdasar respons mereka terhadap turunnya al-Qur'an dapat disimpulkan bahwa mereka adalah kalangan kafir. Mereka adalah sasaran retorika dakwah yang pertama.

Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau pertengahan, yakni bimbang ihwal kebenaran al Quran. Termasuk dalam hal ini, tulis pengarang kitab Tafsir Jalalain, separuh-separuh mengamalkannya.

Padahal Allah menandaskan, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu." (QS. al-Baqarah/2: 23).

Karakter lain dari kelompok kedua ini, menurut Ibnu Katsir, adalah orang yang menunaikan perintah yang diwajibkan kepada dirinya dan meninggalkan larangan yang diharamkan, namun di lain waktu dia tidak mengerjakan sebagian dari perbuatan yang disunahkan dan mengerjakan sebagian dari perbuatan yang dimakruhkan (dibenci).

Secara kontekstual, ini adalah kondisi psikologis orang-orang munafik (hipokrit). Secara historis sikap ini yang paling ditakutkan menimpa umat Nabi, terutama ketika ada sekelompok orang yang mengaku beriman dan ikut Perang Badar, namun ketika musuh datang mereka pulang. Kaum munafik adalah sasaran retorika dakwah yang kedua.

Kelompok ketiga merespons dengan bersegera berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat). Sikap kelompok ini linier dengan perintah Allah, "Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan." (QS. al-Baqarah/2: 148). Frasa "berlomba-lomba (dalam berbuat) kebaikan", bagi pengarang kitab Tafsir Jalalain, artinya segera menaati dan menerimanya. Inilah sasaran retorika dakwah ketiga.

Itulah tiga sasaran retorika dakwah yang didasarkan pada respons mereka terhadap diturunkannya al Quran. Yang disebut terakhir adalah yang terbaik. Mereka adalah sasaran retorika dakwah yang diharapkan mampu melanjutkan gerakan dakwah dari masa ke masa secara konsisten dan kontinu.

Selain dalam konteks di atas, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan dari sisi pelapisan sosial yang memuat kelas atas secara pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, dan kelas bawah. Lebih rinci lagi sasaran retorika dakwah bisa dipetakan dari jenis kelamin, geografis, etnis, dan lain-lain. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun