Sebagai salah satu kota yang berpredikat pariwisata, pesona kota Labuan Bajo sejatinya semakin berubah dari waktu ke waktu.
Jika sebelumnya, yang tampak hanyalah sebuah pemukiman semata, kini hampir di segala sisi telah dihiasi oleh bangunan-bangunan megah berupa hotel, villa, ataupun restoran-restoran ternama.
Juga penataan ruang kota yang digencarkan oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun lokal telah secara masif membuka spot-spot wisata baru juga infrastruktur jalan raya dalam kota yang tiada henti dibangun.
Hal ini memang menjadi prioritas dari pemerintah demi kenyamanan serta kemudahan dalam memobilisasi para wisatawan yang berkunjung.
Dengan begitu, keseimbangan antara keindahan alam seperti pantai, gunung, laut, pemandangan bawah laut, pesona unik dari setiap pulau-pulau kecil sekitar Labuan Bajo serta hewan purba Komodo yang masih eksis di pulau komodo dengan keteraturan penataan kota semakin terjaga dengan baik.
Akan tetapi, satu masalah klasik yang terus menerus mengganggu kemolekan wisata Labuan Bajo adalah persoalan sampah yang masih menghiasi hampir di seluruh spot wisata yang ada.
Dua hari yang lalu, saya coba menjelajah beberapa spot wisata yang ada.Â
Mulai dari wisata pantai seperti yang paling terkenal yaitu pantai Pede hingga menikmati panorama sunset dari atas Bukit Silvia.
Selama dalam perjalanan menuju pantai Pede, benak saya sudah tak sabaran lagi untuk bercumbu dengan suasana pantai yang asri yang banyak dipenuhi beraneka macam pepohonan rindang.
Saya sungguh ingin mengulang lagi pengalaman kunjungan saya pada beberapa tahun sebelumnya.
Namun, sesampainya di tempat tersebut, saya agak kaget, ketika pemandangan yang muncul justru membludaknya lapak-lapak jualan makanan dan minuman yang berderet hampir di sepanjang ruas pantai.
Kemudian di sepanjang bibir pantai, perahu-perahu tua entah yang masih berfungsi maupun yang sudah mubazir terparkir secara bergelantungan.Â
Para pengunjung pun selalu keluar masuk dengan mengisi semua lapak yang tersedia.
Saya sudah mulai menduga, jika pantai ini sudah bukan lagi jadi spot wisata melainkan sebagai pasar makanan dan minuman.Â
Dan pemandangan yang tak asing dari semuanya itu adalah sampah-sampah dengan berbagai warna dan bentuk senantiasa menghiasi keseluruhan pantai tersebut.Â
Mulai dari plastik, botol-botol minuman, bungkusan rokok dan puntung-puntung rokok yang merajalela.
Bahkan terlihat para pengunjung yang datang masih sempat menikmati suasana tersebut sambil duduk-duduk ataupun merebahkan tubuh di atas tumpukan sampah yang membusuk.
Semacam menikmati madu di atas kubangan kerbau. Hadeh.
Melihat keadaan ini, batin saya pun mulai resah dan gelisah bahkan niat untuk menikmati pemandangan pantai pun batal.
Menjelang sore harinya, saya pun berniat untuk menikmati senja dari balik puncak bukit Silvia.Â
Dari sini, setiap pengunjung dapat menghabiskan waktu untuk menikmati panorama senja yang berpijar di atas lautan biru.Â
Bahkan dari atas bukit ini, tampak juga cahaya lampu yang terpancar dari hotel-hotel megah yang berjejeran di kejauhan sana.
Saya juga termasuk salah seorang penikmat senja.Â
Senang menghabiskan waktu dengan menyaksikan pesona jingga yang terpancar dari ufuk barat sana.Â
Akan tetapi, di sela-sela saya sedang menikmati indahnya panorama senja, saya mulai terganggu lagi dengan pemandangan di sekitar saya yang lagi-lagi dipenuhi dengan sampah.
Yang paling banyak di antaranya adalah bungkusan rokok lengkap dengan puntung-puntung yang berhamburan hampir di sepanjang bukit tersebut.
Dalam penglihatan saya, hampir tak satupun dari semua pengunjung yang ada merasa risih dengan keadaan tersebut.
Akhirnya, sepulangnya dari tempat tersebut, dari atas motor butut yang saya kendarai, saya bergumam kesal. Tidak lama lagi, Labuan Bajo akan menjadi kota wisata yang penuh dengan sampah.Â
Ataukah ini juga menjadi peluang baru bagi kota ini dengan menjadikan sampah sebagai spot wisata yang jauh lebih menarik ketimbang pantai dan gunung.
Mari kita bertanya pada sampah yang berkeliaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H