Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Harga Kakao Meninggi, Petani Kok Buntung?

25 April 2024   08:53 Diperbarui: 29 April 2024   07:20 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret buah kakao yang terserang penyakit busuk buah (sumber: congkasae.com)

Situasi yang sangat langka bahkan kontras dari biasanya. Bahwa kebahagiaan terbesar dari seorang petani adalah ketika produktivitas pertaniannya disambut dengan harga pasaran yang tinggi.

Akan tetapi kondisi ini justru sangat kontras dengan petani kakao khususnya yang ada di kampung. Kegelisahan justru semakin menjadi-jadi ketika mendengar harga komoditas yang satu ini sangat menjanjikan.

Dilansir dari CNBC Indonesia, harga komoditas kakao atau coklat melonjak signifikan sepanjang tahun 2024. Terhitung sejak awal tahun 2024 hingga perdagangan Kamis (21/3/2024) komoditas kakao mencetak rekor kenaikan sebesar 104% di level US$8.559 per ton.

Per medio April 2024, satu kilogram biji kakao kering dipasok dengan harga 172.500 hingga 200.000 rupiah. Dan kemungkinan besar akan terus mengalami kenaikan pada bulan-bulan ke depan.

Sebagaimana dikutip dari KompasTV, melonjaknya harga kakao di Indonesia dipengaruhi oleh anjloknya produksi kakao di Pantai Gading sebagai salah satu penghasil kakao terbesar di dunia. Kenyataan ini berimbas pada menurunnya bahan baku untuk industri di dalam negeri.

Mendengar isu harga yang bukan kaleng-kaleng tersebut, membuat semua petani di kampung melempem dalam kegalauan.

Potret buah kakao yang terserang penyakit busuk buah (sumber: congkasae.com)
Potret buah kakao yang terserang penyakit busuk buah (sumber: congkasae.com)

Realitas Petani Kakao di Kampung

Secara umum, wilayah Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur) tergolong sebagai daerah yang subur sehingga cocok untuk ditanami beraneka macam komoditas pertanian termasuk salah satunya adalah kakao.

Beberapa daerah sebagai sentra penghasil kakao terbesar seperti Kisol, Kecamatan Kota Komba dan hampir sebagian di wilayah kabupaten Manggarai Barat.

Puluhan tahun lalu, daerah-daerah tersebut mengalami masa kejayaan berkat hasil kakao yang melimpah. Beberapa kali mengalami musim panen raya.

Akan tetapi hampir satu dekade terakhir, produktivitas sudah berangsur-angsur menurun bahkan tidak pernah lagi mengalami panen raya.

Semuanya mengeluh bahkan hampir depresi akut, jika melihat keadaan tanaman kakao yang ada, sudah kehilangan produktivitas.

Dari beberapa kajian yang ada, beberapa persoalan pokok sebagai penyebab runtuhnya produktivitas kakao yakni:

Pertama, serangan hama dan penyakit yang masif terhadap tanaman kakao dan keterbatasan sumber daya petani dalam mengambil tindakan pencegahan dan pemberantasan.

Hal ini tentu berimbas pada ancaman gagal panen serta penurunan pada kualitas biji kakao.

Kedua, sebagian besar tanaman kakao yang ada sudah berumur artinya sudah melampaui masa produktivitasnya.

Dalam hal ini, pengetahuan dan pengalaman petani terkait pembudidayaan yang intens masih terbatas. Masih tampak pengolahan tanaman yang masih mentok pada paradigma lama yakni sepenuhnya bergantung pada alam.

Dua problem tersebut secara kuat merupakan alasan dibalik kegelisahan para petani kakao, khususnya dalam menyambut informasi harga yang melonjak saat ini.

Para petani hanya bisa bergeming dengan kenyataan harga yang menggiurkan tersebut.

Beberapa petani akhirnya dengan segala keterpaksaan coba memanen buah yang tersisa bahkan yang sudah terinfeksi penyakit sekadar 'hiburan' demi menyambut harga yang tinggi tersebut.

Oleh karena itu, semoga saja kenyataan kemurungan ini secepat mungkin ditangani sedemikian rupa, tidak hanya mengandalkan kemampuan para petani sendiri melainkan semua pihak termasuk dalam hal ini adalah pemerintah setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun