Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Tradisi "Julu" Daging Menjelang Hari Raya Paskah di Kampung

2 April 2024   08:59 Diperbarui: 2 April 2024   13:36 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Pemotongan Daging 'Julu' Babi Menjelang Hari Raya Paskah di Pacar, Manggarai Barat-NTT (Dokumentasi Pribadi)

Paskah sejatinya adalah perayaan sukacita yang mendalam khususnya bagi umat Nasrani. Kegembiraan paskah bersumber dari peristiwa kebangkitan sang Al-Masih dari alam maut. 

Untuk itulah, merayakan paskah berarti merayakan kemenangan. 

Ada begitu banyak model-model kegembiraan yang dirayakan yang sejatinya turut mewarnai situasi sukacita dari paskah itu sendiri.

Dan salah satu yang paling nampak adalah penyediaan kuliner khusus untuk perjamuan paskah. 

Untuk konteks kami (umat Nasrani) di wilayah Manggarai, Flores-NTT, paskah sangat identik dengan "julu" daging.

Untuk diketahui, "julu" daging merupakan salah satu model pemasaran daging yang bersifat kolektif (kebersamaan). 

Secara etimologis, "julu" merupakan bahasa daerah Manggarai yang kalau di Indonesiakan kira-kira bergotong royong atau komunitas atau juga kebersamaan.

Babi dan kerbau adalah dua jenis hewan yang selalu disiapkan sebagai kurban untuk julu.

Sedangkan untuk takaran nilai rupiah dari daging yang siap diedarkan tersebut biasanya per-ikat dengan porsi yang sama dan seimbang dengan pasokan harga satu ikatnya biasanya Rp. 100.000. 

Besar dan kecilnya nilai rupiah yang didapatkan dari setiap potongan daging yang didapatkan itu tergantung dari kondisi posturnya, yakni bila semakin besar, sehat, dan gumpal ukuran bodinya tentu semakin banyak pula akumulasi rupiah yang akan didapat. 

Dan juga yang menentukan itu semuanya adalah jumlah partisipan atau keluarga yang berminat untuk menerima porsi daging tersebut.

Entah itu dari sesama anggota keluarga dan sanak saudara maupun juga sesama warga sekampung. 

Sedangkan untuk model pembayaran yang dipakai bersifat fleksibel artinya bisa secara cash atau langsung di tempat bisa juga ditunda tergantung kesepakatan. Dan yang jelas dalam hal ini si tuan julu wajib menyiapkan buku daftar anggota yang tergabung tersebut.

Secara ekonomis, praktik atau kebiasaan julu sangat bermanfaat dalam menunjang ekonomi rumah tangga. Ini juga sangat manjur ketika pasaran resmi dari penjualan babi mengalami pasang surut bahkan hampir tidak ada. Di tambah lagi dengan serangan jasat renik virus ASF yang semakin masih menyerang, seolah-olah mendesak semua peternak babi untuk mengambil alternatif Julu. 

Babi memang salah satu hewan mandraguna bagi masyarakat.

Selain sebagai pendulang rupiah juga sebagai sarana kultur yang mutlak untuk ditebus. Entah sebagai mahar (belis) juga sebagai sarana kurban terhadap leluhur dalam ritus-ritus budaya khususnya budaya kematian. 

Kembali ke Topik Awal

Kembali ke topik awal yakni, praktik julu sangat identik dilakukan ketika hari raya keagamaan tiba, tersebab daging babi menjadi salah satu perjamuan khas umat sebagai simbol sukacita paskah. 

Melalui perayaan paskah, pertemuan dan kebersamaan bersama sanak saudara menjadi momen yang membahagiakan. Dan untuk melengkapi momen tersebut, daging babi menjadi perjamuan yang lezat dan menambah suasana kehangatan.

Dengan demikian, dari seekor babi, perayaan paskah sungguh semakin meresapkan suasana sukacita yang mendalam. 

Ia mampu menghadirkan pundi-pundi ekonomi bagi umat. Ini menguatkan fakta ekonomi umat yang senantiasa berbasis komunal atau komunitas.

Juga menguatkan suasana kehangatan dan kebersamaan di dalamnya.

Selamat pesta paskah 2024.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun