Dan juga yang menentukan itu semuanya adalah jumlah partisipan atau keluarga yang berminat untuk menerima porsi daging tersebut.
Entah itu dari sesama anggota keluarga dan sanak saudara maupun juga sesama warga sekampung.Â
Sedangkan untuk model pembayaran yang dipakai bersifat fleksibel artinya bisa secara cash atau langsung di tempat bisa juga ditunda tergantung kesepakatan. Dan yang jelas dalam hal ini si tuan julu wajib menyiapkan buku daftar anggota yang tergabung tersebut.
Secara ekonomis, praktik atau kebiasaan julu sangat bermanfaat dalam menunjang ekonomi rumah tangga. Ini juga sangat manjur ketika pasaran resmi dari penjualan babi mengalami pasang surut bahkan hampir tidak ada. Di tambah lagi dengan serangan jasat renik virus ASF yang semakin masih menyerang, seolah-olah mendesak semua peternak babi untuk mengambil alternatif Julu.Â
Babi memang salah satu hewan mandraguna bagi masyarakat.
Selain sebagai pendulang rupiah juga sebagai sarana kultur yang mutlak untuk ditebus. Entah sebagai mahar (belis) juga sebagai sarana kurban terhadap leluhur dalam ritus-ritus budaya khususnya budaya kematian.Â
Kembali ke Topik Awal
Kembali ke topik awal yakni, praktik julu sangat identik dilakukan ketika hari raya keagamaan tiba, tersebab daging babi menjadi salah satu perjamuan khas umat sebagai simbol sukacita paskah.Â
Melalui perayaan paskah, pertemuan dan kebersamaan bersama sanak saudara menjadi momen yang membahagiakan. Dan untuk melengkapi momen tersebut, daging babi menjadi perjamuan yang lezat dan menambah suasana kehangatan.
Dengan demikian, dari seekor babi, perayaan paskah sungguh semakin meresapkan suasana sukacita yang mendalam.Â
Ia mampu menghadirkan pundi-pundi ekonomi bagi umat. Ini menguatkan fakta ekonomi umat yang senantiasa berbasis komunal atau komunitas.