Memasuki bulan Desember, hampir semua persekolahan di Indonesia mulai menyibukkan diri untuk menyelenggarakan evaluasi akhir semester atau yang lumrah disebut dengan Ujian Akhir Semester.
Hal ini sejatinya sudah diatur sejak awal di dalam kalender pendidikan melalui dinas pendidikan di masing-masing daerah.
Adapun pelaksanaannya beragam yakni, ada yang dilaksanakan pada awal bulan dan adapula dipertengahan bulan, tergantung jadwal yang ditentukan berdasarkan kalender pendidikan tersebut.
Berdasarkan definisinya Ujian Akhir Semester (UAS) merupakan salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan tujuan untuk mengetahui daya serap peserta didik pada semua kompetensi dasar yang telah dijalani selama enam bulan (satu semester).
Oleh karena itu UAS menjadi tolak ukur yang sangat penting untuk menilai dan mengkaji tingkat kemampuan peserta didik khususnya dalam bidang akademik.
Untuk mewujudkan indikator di atas maka persiapan menjelang ujian sangatlah urgen untuk dilakukan khususnya bagi peserta didik. Guru-guru atau tenaga kependidikan biasanya sibuk menyiapkan soal-soal dan administrasi ujian sedangkan para peserta didik disibukan dengan belajar.
Khusus untuk peserta didik, tentu yang paling utama dan pertama adalah dengan belajar.
Belajar dapat dilakukan untuk mengevaluasi kecakapan peserta didik dari semua materi pelajaran yang sudah didapatkan selama enam bulan.Â
Dengan begitu mereka dituntut untuk menguasai semuanya semaksimal mungkin, sehingga mampu menjawab semua soal-soal yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di sekolah.Â
Ada macam-macam hal yang patut diperhatikan demi keefektifan proses belajar adalah dengan membuat jadwal belajar yang teratur serta memperbanyak melakukan latihan-latihan soal secara mandiri.
Selain belajar, hal lain yang sangat penting adalah menjaga kesehatan fisik dan rohani. Misalnya dengan makan yang teratur, istirahat yang teratur juga menjaga ketenangan batin agar terjaga dari kecemasan yang berlebihan seperti melalui meditasi dan berdoa.
Beberapa hal di atas tentunya sangatlah penting untuk diperhatikan sehingga peserta didik mampu menyiapkan diri secara total dalam menghadapi ujian yang akan berlangsung.
Namun terkadang dalam realitasnya sering ditampilkan hal-hal sebaliknya, yakni masih banyak peserta didik yang masih menggunakan istilah SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam hal belajar.Â
Tentu sistem ini justru merusak cara berpikir siswa serta mengganggu kesehatan. Otak dipaksa untuk menguasai semua jenis mata pelajaran hanya dalam tempo yang sangat singkat. Einstein pun sejatinya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Besar kemungkinan, faktor utamanya adalah peserta didik masih belum menyadari tugas pokok mereka yakni belajar.
Kemudian fenomena lainnya adalah, hampir semua siswa masih menggunakan metode belajar dengan sistem menghafal. Mereka menghafal secara buta semua materi yang didapatkan. Hal ini menjadi mungkin karena memang semua soal yang diberikan oleh bapak dan ibu guru pun bersifat tagihan yakni meminta siswa untuk menjawab secara lurus dari apa yang ditanyakan.
 Hal inilah barangkali menjadi penyebab utama mengapa pelajar di Indonesia tingkat kekritisannya masih sangat rendah.
Lalu apa hal penting yang patut diperhatikan oleh peserta didik selama menjelang ujian akhir semester ini?
Pertama adalah mengubah paradigma dalam belajar. Belajar merupakan sebuah aktivitas pokok tidak hanya dalam konteks sekolah melainkan juga dalam konteks kehidupan pada umumnya. Belajar bukanlah hafalan buta. Menghafal tidak sama dengan belajar. Ia justru menumpulkan akal sehat dan fungsi kritis dari peserta didik.
Kedua, hampir pasti bahwa tersebab ujian sebagai indikator untuk mengukur kecakapan siswa, maka motivasi siswa dalan belajar hanyalah sekedar untuk memperoleh nilai yang tinggi.Â
Berbagai macam jenis tindakan pun dilanggengkan demi mencapai nilai yang tinggi, termasuk mencontek, menghafal dan sebagainya. Dalam benak siswa kategori pintar adalah bila memperoleh nilai yang tinggi. Hal ini membuat mereka menjadi cemas dan takut, kalau saja mendapat nilai merah, takut dikeluarkan dari sekolah, dicap bodoh dan sebagainya.
Dengan demikian imbasnya pun akan terbawa terus dalam kehidupan yang sangat luas. Akibat dituntut untuk mengejar nilai yang tinggi, secara tidak langsung membiasakan peserta didik untuk menjadi pribadi yang ambisius. Dalam segala hal ia berambisi dan tak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Akibatnya, ketika apa yang diinginkan itu tidak tercapai, maka yang terjadi adalah kecewa, stres hingga depresi.
Menyadari rentetan fenomena di atas ini, maka hal sederhana yang selalu saya sampaikan kepada peserta didik saya di kelas adalah, bahwa hati-hatilah dalam menggunakan standar yang tinggi dalam mengahadapi ujian akhir sekolah, karena itu akan membuat anda gagal.
Selamat menjelang ujian akhir semester untuk semua lembaga pendidikan di seluruh Nusantara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI