Namun terkadang dalam realitasnya sering ditampilkan hal-hal sebaliknya, yakni masih banyak peserta didik yang masih menggunakan istilah SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam hal belajar.Â
Tentu sistem ini justru merusak cara berpikir siswa serta mengganggu kesehatan. Otak dipaksa untuk menguasai semua jenis mata pelajaran hanya dalam tempo yang sangat singkat. Einstein pun sejatinya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Besar kemungkinan, faktor utamanya adalah peserta didik masih belum menyadari tugas pokok mereka yakni belajar.
Kemudian fenomena lainnya adalah, hampir semua siswa masih menggunakan metode belajar dengan sistem menghafal. Mereka menghafal secara buta semua materi yang didapatkan. Hal ini menjadi mungkin karena memang semua soal yang diberikan oleh bapak dan ibu guru pun bersifat tagihan yakni meminta siswa untuk menjawab secara lurus dari apa yang ditanyakan.
 Hal inilah barangkali menjadi penyebab utama mengapa pelajar di Indonesia tingkat kekritisannya masih sangat rendah.
Lalu apa hal penting yang patut diperhatikan oleh peserta didik selama menjelang ujian akhir semester ini?
Pertama adalah mengubah paradigma dalam belajar. Belajar merupakan sebuah aktivitas pokok tidak hanya dalam konteks sekolah melainkan juga dalam konteks kehidupan pada umumnya. Belajar bukanlah hafalan buta. Menghafal tidak sama dengan belajar. Ia justru menumpulkan akal sehat dan fungsi kritis dari peserta didik.
Kedua, hampir pasti bahwa tersebab ujian sebagai indikator untuk mengukur kecakapan siswa, maka motivasi siswa dalan belajar hanyalah sekedar untuk memperoleh nilai yang tinggi.Â
Berbagai macam jenis tindakan pun dilanggengkan demi mencapai nilai yang tinggi, termasuk mencontek, menghafal dan sebagainya. Dalam benak siswa kategori pintar adalah bila memperoleh nilai yang tinggi. Hal ini membuat mereka menjadi cemas dan takut, kalau saja mendapat nilai merah, takut dikeluarkan dari sekolah, dicap bodoh dan sebagainya.
Dengan demikian imbasnya pun akan terbawa terus dalam kehidupan yang sangat luas. Akibat dituntut untuk mengejar nilai yang tinggi, secara tidak langsung membiasakan peserta didik untuk menjadi pribadi yang ambisius. Dalam segala hal ia berambisi dan tak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Akibatnya, ketika apa yang diinginkan itu tidak tercapai, maka yang terjadi adalah kecewa, stres hingga depresi.
Menyadari rentetan fenomena di atas ini, maka hal sederhana yang selalu saya sampaikan kepada peserta didik saya di kelas adalah, bahwa hati-hatilah dalam menggunakan standar yang tinggi dalam mengahadapi ujian akhir sekolah, karena itu akan membuat anda gagal.
Selamat menjelang ujian akhir semester untuk semua lembaga pendidikan di seluruh Nusantara.