(1)Â
Sebelum fajar membuka mata, telah terkumpul potongan kayu-kayu yang didapat dari rimba asing.Â
Dan Bunda, tahu persis untuk memilah potongan-potongan pertama yang siap dijadikan tungku.
Lalu secara bergilir ia merayu dalam semoga, agar di tiap ujung bara perjuangannya, tak lekas dingin lalu menjelma abu.Â
(2)Â
Berkali-kali kujumpai kesetiaan bunda dalam memisahkan arang-arang yang terlanjur dingin dari tungku kehidupan.
Â
Sebab katanya: bila musim tak lagi bersahabat, ia tak lagi menanti arang dari ranting yang berbeda.
Â
Hingga sampai pada gilirannya, ia akan dikenang sebagai arang yang pernah menanak nasi serentak menenun kehidupan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!