(1)Â
Sebelum fajar membuka mata, telah terkumpul potongan kayu-kayu yang didapat dari rimba asing.Â
Dan Bunda, tahu persis untuk memilah potongan-potongan pertama yang siap dijadikan tungku.
Lalu secara bergilir ia merayu dalam semoga, agar di tiap ujung bara perjuangannya, tak lekas dingin lalu menjelma abu.Â
(2)Â
Berkali-kali kujumpai kesetiaan bunda dalam memisahkan arang-arang yang terlanjur dingin dari tungku kehidupan.
Â
Sebab katanya: bila musim tak lagi bersahabat, ia tak lagi menanti arang dari ranting yang berbeda.
Â
Hingga sampai pada gilirannya, ia akan dikenang sebagai arang yang pernah menanak nasi serentak menenun kehidupan.Â
(3)
Itulah bunda, selalu menjadi simbol dari permulaan kehidupan serta gerbang segala harapan terus mengalir.Â
Ia bagaikan arang yang tak pernah padam dalam menanak kehidupan dan mematangkan peradaban serta semua kualitas hidup yang sejati yaitu cinta dan kebijaksanaan.
NTT, 22/12/2022
Selamat Hari Ibu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H