Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Roto dan Kesejatian Hidup Kaum Hawa di Kampung

12 Oktober 2022   22:53 Diperbarui: 18 Oktober 2022   09:45 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perkembangan desa. (sumber: KOMPAS.ID/CHY)

Ketika sudah memasuki pemukiman warga kampung, setiap siapa saja yang dijumpai di jalan, selain saling tegur sapa, yang paling pertama mereka 'geledah' adalah isi roto. 

Jika ada jagung muda atau ubi-ubian ataupun juga sayur-sayuran, pasti langsung diminta dan ambil. Bukan semuanya ya. Paling satu dua biji saja. 

Kebiasaan seperti ini sudah menjadi lumrah, pertanda bahwa kemurahan hati dan spontanitas dari kaum hawa kampung sangat tinggi. Ini dapat dijadikan sebagai sebuah pelajaran berharga dalam hidup. 

Sedikit pengalaman, waktu saya masih duduk di bangku SD dulu, setiap kali pulang dari sekolah langsung susul  bapa dan mama ke kebun. Jarak yang ditempuh lumayan juga untuk menguras energi dengan jalan kaki. Terkadang tunggu, sampai di kebun dulu baru makan siang. 

Waktu itu di kebun lagi musim jagung muda. Dan seingat saya waktu itu kebetulan hanya keluarga kami saja yang berani nanam jagung di luar musim. 

Dan ketika perjalanan pulang saya dengan mama selalu pulang bersama. Saya wajib memikul kayu bakar sedangkan mama memikul roto yang berisikan jagung muda, mentimun dan lain sebagainya, hingga roto menjadi penuh. 

Ketika sudah memasuki wilayah perkampungan, setiap siapa saja yang kami jumpai, mereka secara spontanitas menggeledah isi roto mama, sembari melemparkan pertanyaan terkait apa isi dalam roto. 

Dan mama pun dengan ramahnya mempersilahkan untuk mengambil beberapa buah jagung dan sayur. Hingga tak lupa berpesan supaya besok atau lusa mampir-mampirlah ke kebun untuk mengambil jagung muda plus sayur-sayuran. 

Potret seorang nona Manggarai sedang membawakan roto menuju kebun (sumber gambar: Facebook Flora R.) 
Potret seorang nona Manggarai sedang membawakan roto menuju kebun (sumber gambar: Facebook Flora R.) 

Ketika melihat itu, saya pun sedikit protes dengan mama. Kenapa harus kasi, padahal sudah capek pikul jauh-jauh. Mama pun menjawab dengan penuh ketulusan, bahwa hari ini kita punya, besok-besok pasti kita juga seperti mereka. Hmm... 

Yah, itulah roto dengan sejuta kisah ketulusan kaum hawa Manggarai. Ini bukanlah tentang pemutlakan status gender perempuan yang identik dengan roto, melainkan simbol kasih sayang dan ketulusan serta tanggungjawab mereka terhadap kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun