Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan dalam Harapan

8 Oktober 2022   17:15 Diperbarui: 8 Oktober 2022   17:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Musim hujan kembali menyapa pulau-pulau di daratan Indonesia, khususnya di Flores. Intensitasnya meninggi sejak memasuki Oktober kemarin. Matahari hanya nampak sekitar 7 jam dari pagi, selebihnya alam dihiasi oleh mendung kemudian diikuti oleh hujan deras, angin dan guntur. Beruntung saja perkampungan tempat saya tinggal dan hidup berada di atas dataran tinggi sehingga luput dari bencana banjir layaknya di Jakarta sana. 

Puncak Musim hujan kali ini terjadi tepat setelah perhelatan Pilkades tahun 2022 di wilayah kabupaten Manggarai Barat, Flores-NTT. Secara politis hujan kali ini bisa jadi untuk menurunkan suhu politik desa yang panas. Menyejukkan kebencian antara sesama keluarga akibat beda pilihan. 

Fakta bahwa, pasca Pilkades kemarin, sampai sekarang masih ada anggota keluarga yang bermusuhan bahkan katanya 'sampai selama-lamanya'. Kan, ngeri dan serem sekali. Kalau begini harapannya semoga hujan kali ini menyirami kembali situasi hidup keluarga di pedesaan yang damai dan asri. Inilah barangkali manfaat hujan secara politis. 

Kemudian, musim hujan kali ini juga menyirami dahaga petani desa yang kini sedang merajut asmara sama komoditas taninya secara khusus komoditas Vanili. Saat ini hampir semua petani desa tengah bereuforia dengan komoditas yang satu ini. Selain karena prospek ekonomi yang menjanjikan juga karena perhatian pelbagai pihak kepada nasib petani desa mulai nampak. 

Salah satu pihak yang bersimpati sama nasib petani desa adalah Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Sudah hampir dua tahun ini mereka hadir dan bermitra bersama petani lokal terutama di desa Loha, kecamatan Pacar, kabupaten Manggarai Barat-NTT.

Selain dengan pemberian materi dasar juga proses eksekusi di lapangan. Hingga kini, para petani di desa saya (Loha) meninggalkan gaya bertani dengan pola lama (tradisional) dan mulai mengikuti pola bertani modern mengikuti asuhan yayasan ini. 

Selain pengolahan lahan baru untuk menanam vanili juga para petani juga ramai dengan proses penyerbukan vanili di kebun masing-masing. Vanili tahun ini memang berbunga banyak tepat ketika musim hujan mulai memuncak di bulan Oktober ini.

Pengolahan lahan baru siap tanam vanili (dokpri.) 
Pengolahan lahan baru siap tanam vanili (dokpri.) 

Tak ayal, semua petani beramai-ramai mengatur waktu sembari mengikuti ritme waktu alam. Sebagaimana mereka semua berada di kebun Masing-masing dari pagi sekali. Sehingga jelang sore ketika hujan sudah mulai runtuh kembali, proses penyerbukan vanili sudah selesai. 

Ketika penyerbukan hari itu selesai, semua mereka saling menghitung jumlah yang sudah 'dikawinkan' kepada sesama lainnya. Setiap hari begitu. Jumlahnya kadang naik dan kadang juga turun. Tergantung kesuburan 'si nyonya hijau' pada hari itu. 

Memang demikianlah fakta dari tanaman vanili mesti butuh pihak kedua untuk dikawinkan. Maksudnya untuk proses penyerbukannya. Beda dengan jenin tanama lainnya yang bisa mandiri dalam hal reproduksi. 

Untuk diketahui, Penyerbukan vanili dibantu manusia karena vanili memiliki bentuk bunga yang unik. Alat kelamin jantan dan betina bunga vanili (serbuk sari dan putik) tertutup oleh mahkota yang tinggi sehingga tidak memungkinkan angin, hewan, serangga membantu penyerbukan pada vanili.

Akan tetapi para tani juga tak lupa menaruh harapan agar kiranya bunga vanili yang sudah dipolinasi tetap sehat hingga menjadi buah vanili yang sehat dan gemuk. Apalagi bersamaan dengan situasi hujan kali ini. Semoga. Amin. 

Salam petani vanili desa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun