Sehingga program Ayo Guru Belajar yang sejatinya dimulai sejak tahun lalu, baru tersampai di tahun 2022 ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya dan semua guru di desa bergerak mencari sinyal ponsel yang memungkinkan untuk ber-online.Â
Di sela-sela jam sekolah kami bergegas menuju hutan yang bertebing di pinggiran kampung. Menangkap jaringan telkomsel yang terpancar dari bukit nun jauh di sana.
Di sana nasib 'profesi' guru yang telah diperjuangkan seakan-akan 'dipertaruhkan' oleh jaringan. Gangguan nyamuk, batu besar dan duri tajam tak dihiraukan.Â
Dengan seragam guru yang necis, semua berposisi mencari jaringan (sinyal telkomsel yang kuat) untuk log.in ke akun belajar.id. Membutuhkan waktu berjam-jam untuk berhasil yang seharusnya Cuma lima menitan saja.
Di tempat berjaringan lancar itu, beberapa guru sedang mengikuti Pendidikan Profesi Guru secara daring dari bawah liang batu besar. Beronline sembari berteduh dalam bahaya yang mengancam seakan tidak berarti demi nasib lewat jaringan.
Begitulah wajah 'asam' kebijakan pendidikan di Indonesia yang semunya harus daring. Apa yang menjadi standar pusat adalah standar untuk semua. Tak terspekulasi dengan keadaan infrastruktur yang jauh dari kemerdekaan.
Ibarat sedang mengikuti perlombaan marathon, guru di kampung selalu start paling belakang, mengejar finish yang sama, sekalipun peluit wasit selalu berbunyi sama.Â
Online sungguh oh-lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H