Bagaimana menurut Orang Pacar Sendiri?
Masyarakat Pacar merupakan satu dari sekian masyarakat lainnya yang bermukim di bagian utara kabupaten Manggarai Barat dengan pola kehidupan tradisi yang masih terbilang kental. Pola kehidupan masyarakat yang masih terikat dengan adat-istiadat yang dianut memiliki pandangan tersendiri mengenai suanggi dan keberadaannya.Â
Dalam perspektif mereka suanggi diistilahkan dengan poti/kokong (setan/iblis/roh halus yang berwujud binatang dan sebagainnya) yang bersumber dari sesama manusia yang dalam istilah mereka berasal dari ata janto/ata mbeko (dukun/tukang santet). Poti/kokong ini biasanya menyerang warga pada waktu malam hari dalam rupa hewan/binatang.Â
Adapun binatang yang kerap dianggap sebagai suanggi  yaitu  meong (kucing), po (burung hantu), kuis/toak (salah satu jenis binatang malam yang tidak bisa dilihat secara langsung dan hanya bisa mendengarkan suaranya pada malam tertentu. Biasanya pada malam Jumat) dan wiu (jenis suanggi berupa burung besar yang muncul pada malam tertentu juga dan biasanya muncul sekitar jam 1 dan 2 dini hari).Â
Apabila tengah malam terdengar suara kucing atau suara aneh lainnya semua warga dengan segera melakukan ritual khusus seperti tapa ci'e (bakar garam yang telah diracik atau diritualkan secara khusus oleh orang tertentu yang memiliki kekuatan), tapa sendal (bakar sandal) yang menurut mereka apabila suanggi tersebut mencium bau sandal yang terbakar akan lari dan hilang dalam sekejap.
Motif adanya suanggi Â
Pada dasarnya suanggi itu muncul ketika manusia tidak percaya lagi pada manusia lain. Mereka saling mencurigai. Tak ada kebenaran yang dapat dipandang sebagai sebuah nilai penting yang mesti ditanamkan oleh kedua belah pihak. Tak jarang, orang pun saling bertentangan, saling menuduh, dan saling menjatuhkan.
Dalam pandangan orang Pacar, suanggi merupakan setan atau iblis yang sengaja diciptakan melalui daya kerja manusia dengan menggunakan kekuatan gaib, sihir dan sebagainya.Â
Dalam istilah mereka, orang-orang yang memiliki kekuatan gaib tersebut dinamakan ata janto/ata mbeko. Â Umumnya, motif atau alasan yang menganggap Ata janto/ata mbeko sebagai biang kerok adanya suanggi yakni: Beti nai agu ata (cemburu sosial); sikap cemburu ini kerap terjadi apabila melihat sesama yang lainnya sukses atau berhasil dalam pekerjaan, sekolah dan sebagainnya. Adapun motif lainnya itu muncul dari dalam diri ata janto/ata mbeko tersebut yang ingin membuat orang lain menderita bahkan mati.
Salah satu gejala yang sering dikaitkan dengan daya suanggi pada seseorang yakni sakit secara tiba-tiba bahkan ada yang langsung meninggal secara mendadak. Bila demikian, dapat dipastikan bahwa orang tersebut telah menjadi korban serangan suanggi yang mana dalam sebutan warga setempat "sumang agu poti". Apabila sudah demikian, bila korban masih menderita sakit, maka dengan segera melakukan penyembuhan secara tradisional pula.
Hingga kini keyakinan terkait keberadaan suanggi dalam lingkup warga Pacar masih begitu kuat.