Setiap orang terpanggil untuk berkreatif. Berkreatif berarti selalu berhadapan langsung dengan realitas kemudian mengolahnya melalui sebuah proses pencarian yakni dengan belajar atau berpengetahuan. Hal demikian selalu ditempuh hingga mampu menciptakan sebuah pengalaman baru yang berguna bagi kehidupan.
Dengan demikian, dalam praksisnya tidak perlu berpacu dalam realitas yang terlalu sukar dan konpleks melainkan mesti berawal dari hal-hal yang sederhana dan alamiah namun berdaya guna. Salah satu kreativitas yang perlu digali secara mendalam adalah kokor gola (masak gula).
Kokor gola merupakan sebuah kreativitas tradisional dan lazim dilakukan oleh para petani yang bermukim di wilayah pegunungan tropis dengan keadaan alam yang masih asli dan asri.
Secara harafiah, kokor gola (masak gula) adalah proses pembuatan gula merah/batu dengan cara memasak air aren (enau) yang telah ditampung dalam jumlah yang banyak. Pekerjaan ini telah dilakukan sejak nenek moyang dahulu yang kemudian diwariskan kepada para orang tua dan anak muda di pedesaan.
Di tempat saya berasal yakni di Pacar, Manggarai Barat -- Flores -- Nusa Tenggara Timur, kokor gola merupakan sebuah pekerjaan yang masih digeluti oleh para petani. Pasalnya, hampir di setiap hamparan perkebunan milik petani dan di dalam kawasan hutan di sekitarnya banyak ditumbuhi dengan pohon aren. Keadaan demikian dimanfaatkan oleh para petani untuk mengolah pohon aren tersebut melalui pangkal buahnya (yang dalam bahasa setempat biasa dinamakan ndara) untuk memperoleh air aren yang kemudian diolah kembali hingga menghasilkan gula batang yang manis.
Sebatang gula merah yang manis pada dasarnya terbuat dari olahan air aren yang manis dengan cara memasak. Proses pengerjaan untuk mendapatkan air aren tersebut memerlukan pelbagai macam tahap. Tahap-tahap tersebut dilakukan persis sebagaimana yang diwariskan oleh nenek moyang dahulu yang mana dalam bahasa setempat dinamakan pante raping*.
Setelah air aren tertampung banyak dari hasil pante raping tersebut, maka proses selanjutnya adalah memasak air aren tersebut pada sebuah kuali besi yang besar dan di atas tungku api yang besar juga. Pemasakan air aren ini membutuhkan kayu bakar yang banyak dan juga memerlukan waktu berjam-jam untuk menghasilkan gula merah yang keras dalam bentuk batangan. Gula merah tersebut kemudian dimanfaatkan untuk berbagai macama keperluan sehari-hari atau dipasarkan secara langsung dalam pasaran inter-lokal bahkan nasional.
Makna laten dari kokor gola
Selain dinyatakan sebagai sebuah kreativitas yang berdaya guna, kokor gula juga merupakan sebuah tradisi hidup yang diperoleh secara laten. Pertama, kokor gola dimaknai sebagai sebuah tradisi atau sebuah budaya yang bersifat mengikat. Dikatakan demikian, sebab melalui pekerjaan tersebut, para petani menyatu secara holistik dengan alam. Pohon aren merupakan representasi dari keintiman relasi antara alam dan manusia.
Eksistensi dari keduanya sama-sama berorientasi untuk menyempurnakan keseimbangan alam baik manusia (para petani) maupun hutan (pohon aren). Itulah sebabnya, mengapa manusia dan alam sesunguhnya saling bergantung satu sama lain secara erat adalah demi terjaganya keharmonisan. Oleh karena itu, dengan memaknainya sebagai budaya karena sebuah warisan, maka di dalamnya terdapat kaidah atau larangan-larangan yang harus dihayati.
Dua, proses panjang untuk menghasilkan sebatang gula aren yang manis secara intrinsik terkandung nilai-nilai utama kehidupan. Diantaranya, membutuhkan kesabaran, ketenangan dan kemandirian. Orang yang sabar tentunya selalu mengedepankan pertimbangan diri (emosi dan rasio yang saling menyatu) secara mendalam. Keseimbangan antara rasio dan emosi membuat diri tidak mudah menyerah dan putus asa.
Kegagalan yang terjadi tidak semata-mata melunturkan semangat untuk berkreasi melainkan untuk dipertimbangkan lagi dengan jalan dan cara-cara yang baru yang benar. Selanjutnya, untuk memulai segala sesuatu dibutuhkan ketenangan diri. Hal yang dapat dilakukan melalui ketenangan adalah refleksi atau mempertimbangan segala suka dan duka dari kokor gola tersebut. Orang yang selalu memulai dengan ketenangan akan bertumbuh menjadi pribadi yang bijak dan pekerjaan pun akan berbuah manis.
Sedangkan kemandirian berarti tidak bergantung pada pengaruh-pengaruh eksternal yang mematahkan seluruh perencanaan pekerjaan. Petani kokor gola yang mandiri selalu berjuang seturut keputusan diri yang purna. Segala hal yang dikerjakannya menuntut diri untuk selalu fokus dan konsisten. Ia hanya berkeyakinan bahwa pohon aren dan dirinya adalah dua esensi yang saling bekerja sama dan saling membantu. Namun sekalipun demikian, hal yang patut dihindari sebagai pribadi yang mandiri adalah kecurigaan yang egosentris.
Tiga, gula merah yang dihasilkan dari hasil kokor gola sungguh memiliki kandungan yang sangat berpengaruh untuk menunjang hidup dan kebutuhan hidup manusia. Gula aren yang dihasilkan oleh para petani kokor gola sangat baik untuk kesehatan. Mengonsumsi secara langsung dengan takaran yang tepat akan membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit dalam. Gula ini juga dapat diolah menjadi ramuan-ramuan tradisional. Selain itu gula merah sangat bermanfaat bagi perkembangan industri makanan sebagai bahan manisan.
Tanpa campuran gula aren, semua produk yang membutuhkan manisan dari gula merah akan tidak berlaku dan perusahan tentunya tidak bisa lagi dijalankan. Dan masih banyak kegunaan lainnya. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa gula merah yang dihasilkan dari pekerjaan  kokor gola telah berhasil meningkatkan rantai kehidupan manusia. Ia telah berjasa untuk menyelamatkan hidup manusia. Namun, terlepas dari itu semua, orang yang paling berjasa untuk hal demikian tentulah para petani kokor gola.Â
Dari semua makna laten yang diuraikan tersebut maka pekerjaan kokor gola sejatinya sebuah seni untuk menata hidup. Ia tidak hanya sekedar pekerjaan yang dipandang primitif, melainkan sebuah pola atau proses belajar dan berpengetahuan yang sangat penting untuk hidup dan untuk mempertahankan eksistensi kehidupan baik alam maupun manusia.
Catatan:
*Pante secara harfiah berarti pahat sedangkan raping berarti aren atau enau. Pekerjaan pante raping berarti memahat atau mengiris ndara (pangkal buah aren sebagai tempat cikal bakal munculnya air aren yang manis dan segar). Urutan pekerjaannya dimulai dengan tewa (memukul) batang buah secara rutin, paking (mengiris batang buah aren sebagai percobaan pertama untuk menentukan munculnya air yang menetes) dan teong gogong (menggantung tabung yang terbuat dari bambu yang besar) untuk menampung tetesan-tetesan air aren yang muncul dari batang buah atau yang disebut dengan ndara. Semua tahap tersebut masing-masing dilakukan secara berurutan dan memerlukan jangka waktu yang lama untuk mendapatkan air aren yang manis dan segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H