Mohon tunggu...
Evi Amanda Yustika
Evi Amanda Yustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Apa aja bisa

Informasi secara tertulis itu penting. Jadi baca sepenuhnya, sebelum menyebarluaskan suatu informasi. Sehingga jadikan membaca sebagai penambah wawasan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Dampak PPKM di Bali

7 Juli 2021   22:10 Diperbarui: 7 Juli 2021   22:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Covid-19 membuat masyarakat resah dengan kehadirannya. Dapat dikatakan semua masyarakat terkena dampak Covid-19 dan bahkan tak sedikit pula yang terkena oleh virus tersebut. Penyebaran yang sangat pesat mengakibatkan banyaknya masyarakat yang terlalu khawatir dibuatnya. Berita Covid-19 yang selalu ditayangkan di televisi mengakibatkan penonton menjadi ketakutan yang berlebihan, sehingga dapat menurunkan imun pada diri tiap individu. Perlunya mengetahui informasi dengan disertai fakta-fakta yang ada, dan tidak menambah kurang dari informasi yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian tidak membuat penerima informasi merasa dibohongi oleh informasi yang ada.

Terdapat beberapa yang beranggapan bahwa informasi tentang Covid-19 yang diberikan kepada masyarakat ialah hoax. Informasi tersebut bukan hoax, memang itulah hal yang terjadi di masyarakat. Sejak kehadiran Covi-19, pemerintah menganjurkan kepada masyarakat untuk dapat mematuhi protokol kesehatan. Hal ini dilakukan ialah tidak untuk untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang meluas. Sekalipun merasa dirinya sehat, tetap perlu untuk terus mematuhi protokol kesehatan. Tubuh sehat pun dapat terkena virus ketika yang memiliki badan tidak mau menjaga dirinya supaya tetap sehat tidak terkena segala jenis virus.

Salah satu yang dapat menjadi faktor penyebab terkena Covid-19 yaitu kerumunan. Selain dianjurkan untuk mematuhi protokol kesehatan, masyarakat juga diharapkan dapat menjaga jarak antar sesama. Dari suatu kerumunan dapat menjadikan Covid-19 yang lebih mudah menyebar. Tidak semua orang paham akan adanya gejala yang disebabkan oleh Covid-19.Virus tersebut dapat diterima oleh orang lain ketika orang tersebut melakukan kontak langsung dengan orang yang sebenarnya positif Covid-19. Dari sanalah, pemerintah melarang masyarakat untuk tidak melakukan salam secara langsung terhdapa orang lain.

Di Indonesia, upaya mencegah kerumunan dilakukan oleh pemerintah dengan mengadakannya PSBB. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dilakukan dan berlangsung cukup lama. Namun hal yang sebenarnya terjadi, terdapat beberapa masyarakat yang dirasa sulit untuk dapat mematuhi PSBB. Seperti halnya adanya larangan mudik, justru jalan menjadi padat dengan kemacetan yang diciptakan masyarakan pemudik.

Covid-19 yang semakin menyebar, pemerintah memberikan vaksin gratis terhadap masyarakat sehingga mendapatkan kekebalan tubuh yang dapat mencegah tertularnya Covid-19. Pemberian vaksin gratis ternyata tidak semua masyarakat memberi respons yang baik. Enggan melakukan vaksin dengan alasan takut tubunya malah menjadi sakit. Namun misalnya ketika masyarakat diwajibkan vaksin dengan cara berbayar, masyarakat beranggapan bahwa pemerintah sedang berbisnis. Yang perlu dipahami, pemerintah memberikan vaksin ialah untuk menjaga kesehatan masyarakatnya sehingga diberikan secara gratis. Sehingga pantasnya kita untuk mengikuti vaksin untuk menjaga kekebalan tubuh dari Covid-19, sebelum dilakukan dengan berbayar yang kemudian menimbulkan banyaknya argument masyarakat yang tak layak didengar oleh orang lain.

Vaksin dilakukan tapi tetap harus menjaga protokol kesehatan termasuk menjaga jarak. Kerumunan yang terus tidak dapat dikendalikan mengakibatkan pemerintah menerapkan PPKM. PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diterapkan pada tiap daerah termasuk di daerah Penarukan, Singaraja, Bali. Waktu kegiatan masyarakat dibatasi yaitu pada pukul 20.00 setempat. Operasional terus dilakukan supaya tidak adanya masyarakat pelanggar PPKM, dan jika ada maka akan diberikan sanksi. Hal tersebut dilakukan supaya semua masyarakat dapat mematuhi aturan sehingga penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas.

Singaraja sebagai kota pendidikan yang biasanya dipenuhi pelajar atau mahasiswa yang lalu lalang, kini dapat dikatakan Singaraja menjadi sepi. Pelajar atau mahasiswa yang tidak hanya dari wilayah Singaraja, mereka pulang ke kampung halaman karena proses pembelajaran yang dilakukan secara daring. Mereka beranggapan bahwa dengan mereka pulang maka dapat menghemat biaya hidup mereka. Uang yang biasanya dapat dibelikan makan, ketika di kampung maka uang tersebut dapat dimanfaatkan untuk membeli kuota belajar sebagai pemenuhan proses pembelajaran berlangsung.

Tidak hanya di Singaraja, semua wilayah di Bali yang setiap harinya banyak pengunjung yang berdatangan untuk berlibur kini dapat dikatakan semua witasa ditutup karena adanya PPKM. Bali yang masyarakatnya banyak memanfaatkan wisata sebagai tempat mencari penghasilan, kini dibuat resah dengan hal ini. tidak dapat dipungkiri, PPKM diterapkan ialah untuk kebaikan kita semua. Sehingga patuhi protokol kesehatan dan aturan yang ada.

-Amanda ystk-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun