Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian terhadap BIPA telah meningkat secara signifikan karena meningkatnya minat global terhadap bahasa, budaya, dan potensi ekonomi Indonesia. Sebelumnya, pada akhir tahun 2020 tercatat sebanyak 355 lembaga penyelenggara program BIPA di 41 negara dengan total 72.746 pemelajar. Dari jumlah tersebut, Badan Bahasa telah memfasilitasi 146 lembaga di 29 negara. (Badan Bahasa kemdikbud). Menurut Roppolo (1996), kemampuan dua bisnis atau industri, yaitu pendidikan dan pariwisata, akan memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan, pertumbuhan, dan kemakmuran ekonomi di banyak negara di abad ke-21 ini. Â
Pada industri pendidikan bahasa, bahasa Indonesia telah dikenal oleh orang asing. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan untuk pelajar asing belajar bahasa Indonesia. Oleh karena itu terdapat program BIPA untuk orang asing yang menerima berbagai siswa di berbagai negara.Â
Program BIPA ini menjadi industri pendidikan bahasa yang dapat mengenalkan Indonesia pada negara-negara luar. Selain itu juga banyak lembaga-lembaga kursus yang dapat mengajarkan bahasa kepada penutur asing. Dengan begitu dilihat dari segi ekonomi dapat meningkat melalui kursus dan program BIPA.Â
Tidak hanya hal tersebut, namun ada juga industri penerbitan dengan memproduksi buku teks, materi ajar, dan sumber daya pembelajaran lainnya untuk mendukung pengajaran BIPA. Ini menciptakan peluang bisnis bagi penerbit dan penulis yang berkualitas dalam menghasilkan konten pendidikan yang efektif.
Kemudian dalam industri pariwisata. BIPA memiliki peran penting dalam industri pariwisata Indonesia. Ketika wisatawan asing berkunjung ke Indonesia, kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dapat meningkatkan pengalaman mereka secara signifikan. Hotel, restoran, agen perjalanan, dan penyedia layanan pariwisata lainnya mungkin melihat nilai tambah dalam memiliki staf yang terampil dalam berkomunikasi dengan wisatawan dalam bahasa asing, termasuk Bahasa Indonesia. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan wisatawan asing dalam bahasa mereka sendiri meningkatkan pengalaman pelanggan dan dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Namun nyatanya bahasa Indonesia belum mampu menjadi bahasa utama baik sebagai sarana komunikasi maupun sebagai sarana pengungkap produk-produk industri pariwisata. Fenomena kebahasaan ini tercermin pada nama-nama sarana dan prasarana di bidang kepariwisataan, seperti: nama hotel, restoran, dan nama-nama produk makanan lebih banyak menggunakan bahasa asing atau menggunakan pola bahasa asing dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Hal ini juga terjadi pada industri pariwisata di Bali. Sebagai contoh kata masuk dan keluar di pintu masuk dan keluar suatu tempat atau objek wisata justru hanya menggunakan bahasa asing.
Kemudian pada industri budaya, BIPA juga memainkan peran dalam industri budaya, terutama dalam memfasilitasi pemahaman dan apresiasi terhadap budaya Indonesia oleh penutur asing. hal tersebut dapat mencakup pelatihan bahasa untuk para diplomat, ekspatriat, atau pekerja asing yang bekerja di Indonesia. Selain itu, semakin banyaknya orang asing yang dapat berbahasa Indonesia juga membuka peluang kolaborasi budaya dan kreatif antara Indonesia dan dunia atau negara luar.
Pengajar, program, lembaga penyelenggara, dan sebagainya adalah sumber daya yang terkait langsung. Program BIPA yang dikemas dan dipadukan dengan kegiatan budaya, aktivitas luar ruang, dan beberapa atraksi wisata lainnya akan menjadi daya tarik tersendiri. Terdapat sifat-sifat wisatawan baru yaitu digambarkan memiliki kualitas sebagai berikut: tingkat pendidikan yang lebih tinggi, kepedulian terhadap lingkungan dan budaya, keingintahuan yang besar, lebih akademis, sering terlibat dalam pengejaran pribadi, partisipan aktif yang ingin mendapatkan pengalaman langsung, dan nyata (Poon, 1993 dalam). Dengan memperhatikan sifat-sifat tersebut BIPA memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu daya tarik wisata pendidikan.Â
BIPA memiliki peran yang penting dalam industri pendidikan bahasa, pariwisata, dan budaya Indonesia. Dalam industri pendidikan bahasa, BIPA menjadi subjek pengajaran yang berkembang pesat, sementara dalam industri pariwisata, BIPA meningkatkan pengalaman wisatawan asing di Indonesia. Di industri budaya, BIPA memfasilitasi pertukaran budaya antara Indonesia dan dunia luar. Banyak negara industri yang mendorong mahasiswa dan lulusannya untuk belajar atau bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu, seperti satu semester hingga satu tahun, untuk mendapatkan pengalaman lintas budaya. Oleh karena itu BIPA memiliki peluang yang besar dalam perindustrian.
Hambatan dan Tantangan BIPA dalam Industri
Promosi atau pemasaran bahasa masih kurang. Terlepas dari apakah motivasi peserta untuk terlibat dalam kegiatan BIPA cenderung mengutamakan kegiatan belajar (education first) atau cenderung mengutamakan kegiatan wisata (tourism first). Sehingga mengelola, mengemas, mempromosikan, dan mengimplementasikan pengalaman peserta dalam mengembangkan BIPA sebagai daya tarik wisata pendidikan di Indonesia masih tergolong kurang diperhatikan.Â
Persaingan bahasa. Dalam hal ini bahasa lain seperti bahasa inggris dan bahasa mandarin lebih mendunia atau populer bagi penutur asing daripada bahasa Indonesia. Hal ini yang menjadi tantangan untuk menarik penutur dalam program BIPA. Maka dari itu perlu adanya pengenalan bahasa Indonesia beserta budayanya hingga mancanegara dengan dikemas semenarik mungkin
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!