Mahasiswa sekarang malas dan tidak kreatif, dikit-dikit pake chat bot.
Begitulah kurang lebih bunyi statement yang seringkali diucapkan oleh masyarakat saat ini. Statement ini menunjukkan adanya pandangan negatif terhadap penggunaan chat bot di kalangan mahasiswa.  Namun, apakah statement ini benar? Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu melihat lebih dalam tentang apa aitu AI dan chat bot di era digital saat ini.
Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi yang dirancang untuk dapat meniru kemampuan berpikir manusia. Kehadiran AI saat ini sangat digandrungi oleh banyak orang, mulai dari kalangan muda hingga tua. Mahasiswa merupakan salah satu kalangan yang seringkali menggunakan AI di era digital.Â
Salah satu bentuk AI yang cukup sering digunakan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya ialah, chat bot. Chat bot adalah program komputer yang mensimulasikan percakapan manusia melalui perintah suara, obrolan, teks, atau ketiganya.
Beberapa bentuk chat bot yang terkenal belakangan ini, seperti, ChatGPT, Google Bard, Character AI, dan masih banyak lagi. Berdasarkan hasil survei Populix, ChatGPT menjadi aplikasi AI yang paling banyak digunakan.Â
Selain itu, berdasarkan data yang dilansir oleh Similarweb, pengguna ChatGPT terbanyak di dunia berada di Amerika Serikat, yaitu sebesar 14,14%. Kemudian disusul oleh India sebesar 7,63%. Data tersebut tentunya sejalan dengan perkembangan teknologi di tiap-tiap negara. Amerika serikat dan India termasuk dalam 2 dari 10 negara dengan kemajuan teknologi tercepat.
Dalam data tersebut, Indonesia tidak termasuk sebagai negara dengan jumlah pengguna ChatGPT terbanyak, namun perlu diketahui bahwa aplikasi ChatGPT termasuk dalam perangkat AI yang sering di akses oleh masyarakat Indonesia, yaitu sebesar 52%.
Lalu, bagaimana dampak penggunaan chat bot di kalangan mahasiswa?
Penggunaan chat bot di kalangan mahasiswa memberikan dampak yang begitu besar dalam dunia pendidikan. Chat bot dapat membantu mahasiswa untuk mencari, mengakses, dan memahami informasi serta pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, chat bot dapat memberikan sumber dan referensi yang luas, sehingga dapat mempercepat proses pembelajaran.
Namun, dampak negatif dari penggunaan chat bot juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Chat bot dapat menimbulkan ketergantungan, kecurangan, dan ketidakakuratan.Â
Hal ini dapat membuat mahasiswa menjadi malas, pasif, dan kurang kritis dalam berpikir karena mereka hanya mengandalkan jawaban atau konten yang diperoleh oleh chat bot.Â
Mahasiswa yang seringkali ketergantungan dengan chat bot cenderung lebih memilih mencari jawaban melalui fitur-fitur yang telah disediakan oleh chat bot ketimbang mencari sumber secara akurat melalui jurnal ataupun artikel ilmiah.Â
Ketergantungan mahasiswa yang sudah melekat dengan chat bot dapat membuat mereka menjadi tidak percaya diri terhadap hasil pemikiran dan karyanya sendiri. Dalam perkembangannya, chat bot juga dapat menghasilkan informasi yang keliru, karena chat bot tidak memiliki penalaran bijaksana layaknya manusia.
Oleh karena itu, penggunaan chat bot di kalangan mahasiswa harus dilakukan dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Mahasiswa harus menggunakan akal sehat, kemampuan berpikir, kreativitas, dan etika dalam mengakses segala informasi dari berbagai fitur AI yang hadir di era digital ini. Chat bot dapat menjadi teman, tetapi chat bot tidak dapat menjadi guru.
Chat bot adalah teman yang selalu ada, tetapi bukan teman yang selalu benar.
Written by: Amanda Trianita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H