Mohon tunggu...
Amanda Syafira Iskandar
Amanda Syafira Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 23107030129

love things related to art and books.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Harapan: Kisah Komunitas Sekolah Marjinal di Yogyakarta

16 Juni 2024   12:12 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:18 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Yogyakarta, kota yang terkenal dengan sejarah dan budayanya, adalah rumah bagi banyak masalah sosial, termasuk masalah pendidikan. Komunitas sekolah marjinal adalah fenomena yang menarik perhatian di tengah kompleksitas masalah ini. Komunitas ini tidak hanya berusaha mendorong anak-anak dari masyarakat terpinggirkan untuk belajar, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat dapat bekerja sama untuk mengubah paradigma pendidikan di Indonesia.

Latar Belakang Isu Pendidikan di Yogyakarta

Yogyakarta seharusnya menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan di mana pendidikan berkualitas dapat diakses oleh semua anak. Tetapi itu tidak benar dalam kenyataannya. Masih banyak anak-anak yang sulit mendapatkan pendidikan formal. Banyak anak terpinggirkan dari sistem pendidikan formal karena masalah seperti kemiskinan, jarak geografis, dan lingkungan.

Anak-anak dari keluarga yang memiliki ekonomi stabil memiliki tingkat partisipasi pendidikan yang lebih tinggi daripada anak-anak dari keluarga miskin, menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Statistik Pendidikan Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan yang harus segera diatasi agar visi pendidikan Yogyakarta menjadi inklusif dan merata.

Komunitas Sekolah Marjinal

Komunitas Sekolah Marjinal (KSM) adalah komunitas non-profit yang diinisiasi oleh beberapa mahasiswa yang peduli akan pendidikan khususnya pada daerah marginal di D.I. Yogyakarta. Komunitas yang didirikan pada 10 November 2019 di Sleman, D.I. Yogyakarta ini pada mulanya bernama Komunitas sekolah pemulung (KSP).

Pada Februari 2020 konsep sekolah diubah menjadi konsep komunitas dengan beberapa program strategis yang berhubungan dengan isu-isu kelompok masyarakat kota yang termarginalkan, salah satunya sekolah marjinal. Seiring berjalannya waktu Komunitas Sekolah Marjinal kemudian membuat beberapa program-program strategis lain. Beberapa program lain yang dirancang dan dijalankan oleh KSM adalah project Bawera, Sekolah Harapan, Sekolah Badran dan Puskesmas Jalanan.

Secara umum KSM adalah komunitas sosial yang bergerak pada isu-isu sektoral terutama pada permasalahan kemandirian dan pemerataan hak bagi kelompok marjinal. Fokus utama KSM adalah pada permasalahan pendidikan, kesehatan, dan kemandirian kelompok marginal. KSM yang awalnya berbentuk sekolah akhirnya menyasar isu-isu lain seperti kesehatan dan identitas kependudukan karena berdasarkan pengalaman yang menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan anak sebenarnya hanya gejala permukaan yang di dalamnya tersimpan permasalahan-permasalahan lain yang lebih kompleks.

Peran Komunitas Sekolah Marjinal

Komunitas sekolah marjinal muncul sebagai salah satu dari sedikit harapan bagi anak-anak yang terpinggirkan di tengah kesulitan ini. Komunitas-komunitas ini umumnya didirikan oleh para sukarelawan, pendidik, dan aktivis sosial yang peduli dengan pendidikan anak-anak di daerah terpencil atau di pinggiran kota Yogyakarta.

Tujuan komunitas sekolah marjinal ini untuk memberikan akses pendidikan formal atau informal kepada anak dan kaum muda disituasi jalanan atau kelompok yang termarjinalkan, agar mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dalam mewujudkan cita-cita mereka. Relawan tidak hanya mengajarkan pelajaran dasar seperti matematika dan bahasa Indonesia, tetapi juga keterampilan yang relevan untuk kehidupan sehari-hari, seperti kebersihan, keterampilan sosial, dan kewirausahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun