Hai, perkenalkan namaku Shanaya Arum. Teman-teman di sekolah biasa memanggilku Arum. Saat ini aku menempuh pendidikan di Kelas XI SMA Negeri di kotaku. Aku suka menulis apa pun yang menurutku bisa aku ceritakan pada buku diary. Karena menurutku, hanya dengan sebuah tulisan beberapa cerita bisa jadi abadi, selamanya bisa terkenang.
Berbicara tentang sekolah, sangat erat hubungannya dengan pertemanan. Pada dasarnya aku terbilang introvert dan kesusahan saat harus berkenalan dengan orang baru. Pada akhirnya, hal itu menyebabkan aku hanya memiliki sedikit teman di sekolah, dan itu pun tidak begitu akrab.
Dahulu aku berpikir tak punya teman juga tak masalah, karena pada dasarnya kewajiban ku di sekolah hanyalah belajar dengan sungguh-sungguh dan bersosialisasi secukupnya jika perlu. Namun pada akhirnya, seseorang berhasil mengubah pandanganku tentang pertemanan. Tak bisa dipungkiri, aku tetap makhluk sosial yang juga perlu bergaul dan berteman dengan orang lain.
Arya Radhika, seseorang yang berhasil mengubah pandanganku tentang pertemanan. Ia adalah sosok laki-laki pertama yang ingin berteman denganku dan kini Arya malah menjadi teman terbaikku di kelas ini, bahkan di sekolah. Aku akan menceritakan sedikit kilas balik tentang awal pertemanan antara aku dengan Arya.
Semuanya diawali pada hari itu, saat perayaan ulang tahun sekolah kami tahun lalu. Saat itu, pihak sekolah mengadakan pesta perayaan sekaligus perlombaan antar kelas. Semua warga sekolah antusias mengikuti perlombaan. Murid perempuan banyak yang memilih lomba pidato, puisi, cerdas cermat, menari dan lain-lain. Sementara murid laki-laki banyak memilih lomba futsal, basket, lari estafet serta berbagai kegiatan perlombaan olahraga lainnya.
Aku sangat kebingungan saat itu, semua orang sudah memiliki pasangan untuk berlomba dan mereka juga mengikuti perlombaan sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Sedangkan aku yang saat itu sangat pendiam dan tak punya teman, seakan terombang-ambing oleh ombak tanpa tahu harus mengikuti lomba apa, karena seluruh murid diwajibkan mengikuti minimal satu perlombaan.
Hingga pada akhirnya, Arya yang notabene-nya adalah ketua kelas menunjukku sebagai peserta lomba nyanyi. Aku yang pemalu dan tidak pernah tampil di depan orang banyak tentu saja menolak hal itu mentah-mentah, meski pada akhirnya juga menyerah dan menerima tawaran karena Arya begitu kekeh.
"Semua orang sudah ikut lomba, cuma kamu yang belum ikut lomba sama sekali, Arum," kata Arya berusaha membujukku. "Nanti aku temenin kamu di atas panggung atau sekalian kita berdua duet nyanyi aja."
Itulah kalimat Arya yang berhasil meyakinkanku untuk mengikuti perlombaan itu. Lomba menyanyi diadakan pada hari terakhir sekaligus puncak acara. Itu artinya, aku dan Arya memiliki waktu  untuk berlatih bersama. Kebetulan, rumahku dengan rumah Arya jaraknya tidak begitu jauh sehingga kita bisa latihan bersama di rumah, bergantian antara rumahku dan rumah Arya.
Menghabiskan banyak waktu bersama Arya membuatku sadar bahwa ternyata dia itu memiliki pribadi yang sangat hangat dan perhatian. Bahkan, ia menawarkan diri untuk menjadi temanku, yang sebelumnya aku tidak pernah mengira akan berteman dengannya. "Arum, aku mau jadi teman kamu," ujar Arya setelah kami selesai latihan pada sore itu. "Kamu kalau punya masalah cerita ke aku aja ya, Arum. Jangan apa-apa dipendam sendiri, nanti malah ke pikiran sendiri."
Aku sempat bingung sekaligus senang mendengar ucapan Arya kala itu. Pasalnya, baru satu kali ada orang yang bersedia menawarkan diri menjadi temanku mengingat selama ini aku begitu susah mendapatkan teman. Pada hari-hari berikutnya  setelah perlombaan berakhir pun, sikap Arya masih saja terus baik kepadaku. Hal itu seolah-olah menunjukkan bahwa dia benar-benar ingin untuk menjadi temanku.
Arya selalu membuktikan bahwa dirinya adalah teman yang baik. Ia selalu ada kapan pun dan di mana pun ketika aku membutuhkan dirinya. Arya selalu membantu saat aku mendapat kesulitan. Contohnya seperti beberapa bulan lalu saat aku terbaring lemah di kasur karena sakit, aku tak bisa berhadir ke sekolah beberapa hari yang menyebabkan aku tertinggal pelajaran. Untungnya saat itu Arya menjengukku dan membawakanku beberapa salinan catatan, katanya ia sengaja membuat salinan catatan untukku agar aku tidak ketinggalan pelajaran. Saat aku sudah masuk sekolah pun, Arya sering kali membelikan aku makanan di kantin, Karena tahu aku belum sepenuhnya pulih.
Arya sering kali mengajari ku matematika, yang dimana aku memang memiliki kesusahan di matematika. Arya mengajariku dengan penuh kesabaran sampai aku benar-benar paham, bahkan sampai tengah malam pun Arya tak mempermasalahkan.
Arya memang sebaik itu. Ia juga bersedia menjadi pendengar yang baik saat aku tidak tahu harus bercerita pada siapa selain diary-ku. Hal itu juga ia tunjukan ketika aku menangis karena masalah asmara, Arya bersedia mendengarkan segala keluh kesah dan memberi nasihat untukku, tanpa menghakimi sedikit pun. Kata Arya, begitulah tugas seorang teman yang baik. "Kalo sudah teman, gak ada kata ngerepotin".
Banyak hal yang aku syukuri, dengan hadirnya Arya menjadi temanku, Aku merasakan hangat dan nyaman saat sedang bersama Arya. Hal yang tidak aku rasakan saat bersama temanku yang lain.
Hadirnya Arya seolah-olah menjadi pahlawan di dalam hidupku. Karena Arya, aku akhirnya memiliki rasa percaya diri ketika berada di keramaian. Arya berhasil mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna seperti sekarang, karena Arya selalu ada untukku. Terima kasih, Arya Radhika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H